Ukraina Minta Dukungan untuk Dorong Dialog dengan Rusia
Ukraina menyatakan siap melawan Rusia. Di sisi lain, Ukraina juga berharap komunitas internasional memaksa Rusia menghentikan pendudukan pada Ukraina.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ukraina meminta komunitas internasional mendesak Rusia menghentikan serbuan dan kembali berdialog. Di sisi lain, Ukraina juga siap melawan serbuan Rusia yang dimulai pada Kamis (24/2/2022) pagi waktu Kiev.
Duta Besar Ukraina di Jakarta Vasyl Hamianin mengatakan bahwa serangan pertama Rusia ke Ukraina Timur tercatat pada pukul 05.00 waktu setempat. ”Mereka juga menembakkan rudal ke Bandara Boryspil serta wilayah di utara, barat, dan selatan Ukraina. Semua penjuru diserbu,” ujarnya.
Ia menyebut, hampir seluruh fasilitas militer Ukraina menjadi sasaran rudal Rusia. ”Panglima Tertinggi Ukraina telah memerintahkan pembalasan penuh kepada tentara pendudukan,” kata Hamianin.
Menurut dia, tentara Ukraina telah menjatuhkan lima pesawat dan dua helikopter serbu Rusia. Selain itu, dua tank dan sejumlah kendaraan tempur Rusia juga menjadi sasaran pembalasan. ”Kami di tanah sendiri dan tidak akan menyerah,” kata Hamianin.
Ia menyatakan Ukraina siap melawan. Sebab, bukan kali ini saja bangsa Ukraina berhadapan dengan Rusia. Di sisi lain, Ukraina juga berharap komunitas internasional memaksa Rusia menghentikan pendudukan pada Ukraina. ”Kami tetap siap berdialog. Akan tetapi, dialog butuh kesediaan semua pihak. Tidak bisa hanya kami yang siap,” katanya.
Hamianin menyangkal pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Rusia dan Ukraina bersaudara. ”Saya menyelesaikan doktoral di bidang sejarah. Saya dibesarkan di masa Uni Soviet. Saya tahu betul taktik propaganda Uni Soviet dan sekarang itu sedang dijalankan Rusia,” ujarnya.
Hamianin juga menyebut, alasan Rusia ingin melindungi nyawa sama sekali tidak bisa dibenarkan. Faktanya, banyak orang tewas akibat serbuan Rusia di Georgia 2008 dan Crimea 2014.
Secara terpisah, mantan Duta Besar RI di Kiev Yuddy Chrisnandi mengatakan, Indonesia perlu bersikap sebagai sahabat Ukraina ataupun Rusia. Sikap Indonesia harus mendorong penegakan prinsip internasional soal penghormatan atas keutuhan dan kedaulatan wilayah. ”Indonesia perlu mendorong semuanya kembali ke meja perundingan,” katanya.
Salahkan NATO
Putin mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina pada Kamis dini hari waktu Moskwa. Beberapa jam selepas pengumuman itu, rudal-rudal Rusia dilaporkan menyasar sejumlah kota besar di Ukraina. Semua rudal itu terpantau datang dari timur dan selatan. Rusia punya pasukan dan persenjataan di timur dan selatan Ukraina.
Dalam pidatonya pada Kamis dini hari, Putin kembali menyalahkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang terus mengabaikan permintaan Rusia. Selama 33 tahun sejak 1989, Moskwa selalu minta NATO membahas soal keamanan bersama seluruh Eropa. Sayangnya, ajakan itu selalu ditolak.
NATO malah terus menambah anggotanya sampai ke negara yang berbatasan dengan Rusia. NATO juga menempatkan puluhan ribu tentara dan aneka persenjataan ke negara yang berbatasan dengan Rusia. ”Sejak Uni Soviet runtuh, Rusia tanpa lelah dan terus terbuka mengajak kerja sama dengan Barat. Mereka malah memanfaatkan keterbukaan Rusia untuk meremas kita, menghancurkan kita sepenuhnya,” kata Putin.
Bahkan, pada beberapa waktu terakhir NATO membahas percepatan penguatan tentara dan persenjataan di perbatasan timur Rusia. ”Kita tidak bisa lagi hanya diam saja,” kata Putin, sebagaimana disiarkan dalam laman Kantor Kepresidenan Rusia, Kremlin.ru.
Ia juga menyinggung sebagian anggota NATO bolak-balik melanggar hukum internasional kala menyerbu sejumlah negara. Setelah menyerbu Yugoslavia, NATO melanjutkan serangan ke Irak, Suriah, Afghanistan, hingga Libya. Semua serangan itu tidak pernah disetujui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai satu-satunya lembaga internasional yang berhak mengesahkan penggunaan militer terhadap suatu wilayah.
Ia mengingatkan, Rusia kini menjadi salah satu kekuatan utama dunia. Moskwa punya banyak persenjataan canggih dan tidak bisa lagi diremehkan. Kondisi itu menjadi sebagian pendorong Putin memerintahkan penyerbuan ke Ukraina. Ia berkeras, serbuan itu sesuai dengan piagam PBB dan dibenarkan oleh Senat Rusia. ”Kami tidak berencana menduduki wilayah Ukraina. Kami tidak akan memaksakan apa pun kepada siapa pun,” ujarnya.
Ia meminta militer Ukraina meletakkan senjata dan pulang. ”Semua tentara Ukraina yang melakukan ini bebas meninggalkan medan perang dan kembali ke keluarganya,” katanya.
Putin juga mengancam membalas siapa pun yang ikut campur urusan Rusia di Ukraina. ”Siapa pun yang mencoba menghalangi kami, bahkan mengancam kami, ketahuilah balasan Rusia amat cepat dan tidak akan bisa dilupakan. Kami siap mengerahkan dalam situasi apa pun,” tuturnya.