Sajian Teknologi Digital Jabar untuk Amerika Serikat
Jabar memamerkan inovasi teknologi digital pada Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y Kim. Ragam peluang ekonomi digital menjadi proyek besar yang bisa dikembangkan kedua belah pihak.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·5 menit baca
Setelah menyambut kedatangan Duta Besar Denmark Lars Bo Larsen dengan pertandingan bulu tangkis, Dubes Korea Selatan Park Tae-sung dengan batik, dan Menteri Luar Negeri Inggris Elizabeth Truss dengan cendol, giliran Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyambut kedatangan Dubes Amerika Serikat Sung Y Kim. Kali ini lewat jamuan inovasi pengembangan teknologi digital.
Segaris senyum cerah tergambar di wajah Dubes Kim saat keluar dari Gedung Sate, Rabu (23/2/2022) siang. Kim puas dengan jamuan yang disediakan Ridwan Kamil dalam kunjungan pertamanya semenjak resmi menjadi dubes tahun 2020.
“Cuaca sedang bagus. Pak Dubes bisa melihat jalur seperti National Mall di Washington DC. Kalau di sini sama. Tapi ujungnya Tangkuban Parahu. Tadi juga ada Bus Bandros lewat yang idenya dari San Fransisco Trem,” ujar Gubernur yang biasa dipanggil Emil itu.
Emil memperlihatkan semua itu pada Dubes Kim dari ketinggian di puncak Gedung Sate sambil makan siang bersama. Alunan kecapi suling mengiringi pertemuan itu. Kim terkesan.
“Gubernur beserta timnya sangat luar biasa menyambut saya di regional (daerah) yang menarik dan dinamis ini. Ini adalah kebahagiaan besar menghabiskan waktu bersama seorang figur yang populer dalam politik. Gubernur masih sangat muda dengan masa depan cerah,” ujar Kim.
Akan tetapi, sajiannya tidak hanya berhenti pada panorama dan yang terlihat di luar kompleks Gedung Sate berwarna dominan putih itu. Berada dalam kompleks yang sama dengan Gedung Sate, ada Jabar Digital Service (JDS) yang berdiri tahun 2019. Emil mengajak Kim mengunjungi tempat itu.
JDS berada di bawah Dinas Komunikasi dan Informatika Jabar. Keberadaannya menjadi unit pelaksana teknis yang mengelola layanan digital, data, dan informasi geospasial. Harapannya, JDS bisa mencegah kesenjangan digital, membantu efisiensi dan akurasi pengambilan kebijakan, serta merevolusi pemanfaatan teknologi dalam kehidupan masyarakat dan pemda.
Uniknya, keberadaannya tidak lepas dari keberadaan Amazon, perusahaan asal Amerika Serikat. Lewat layanan komputasi, Amazon Web Service, JDS mengklaim bisa membuat banyak perbedaan signifikan di bidang aplikasi teknologi.
Melalui layanan Jabar Command Center dan aplikasi Pusat Informasi dan Komunikasi Covid-19, JDS vital saat pandemi. Ragam layanan mulai dari mencegah infodemi, data kasus aktif, dukungan layanan telemedicine, hingga ketersediaan oksigen dikelola secara digital.
Selain itu, ada juga Desa Digital yang mendampingi literasi digital di pedesaan di berbagai bidang seperti perikanan, peternakan, pertanian. Tercatat 1.904 desa menerima manfaat untuk program Desa Digital.
Sapawarga adalah aplikasi komunikasi dan layanan publik warga dengan pemda lainnya. Lewat ketua RW, warga bisa menyalurkan aspirasi pada pemda. Saat pandemi, fungsinya berkembang mennadi layanan verifikasi dan validasi data penerima bansos. Hingga kuartal ketiga 2021, sebanyak 38.117 Ketua RW telah masuk ke aplikasi Sapawarga.
Kim kian semringah mendengar pemanfaatan teknologi di Jabar. Menurut dia, penggunaan ranah digital memberi banyak manfaat. Tidak hanya mendukung potensi bisnis, juga mampu berkontribusi substansial terhadap ragam kehidupan di masa depan.
Dia yakin hal itu selaras dengan kemampuan AS dalam bidang teknologi. Pihaknya, bisa menyediakan pelatihan untuk para pemuda Indonesia. “Perusahaan di AS telah melakukan pekerjaan yang luar biasa di bidang ini (ranah digital). Jadi, ada banyak hal yang menarik yang bisa dilakukan di sini,” ujarnya.
Dijembatani penerapan teknologi, Emil yakin diplomasi dua negara terbuka lebar. Setelah itu, akan ada banyak hal lain yang bisa mempererat hubungan Jabar dengan AS.
“Kami tidak mau membatasi hanya dengan ekonomi. Pengiriman sumber daya seperti pertukaran program dengan AS saya coba hidupkan lagi. Dalam dua hubungan, semua harus saling bermanfaat,” ujarnya.
Potensi kerjasama Indonesia dengan AS memang tengah terbuka. Kunjungan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada akhir 2021 kembali menegaskannya. Tidak hanya mendukung hubungan antarnegara tapi menggali keunikan potensi ragam daerah di Indonesia.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, angka perdagangan kedua negara pada periode Januari-Oktober 2021 mencapai 29,6 miliar dollar AS.
”Tahun 2020, investasi AS di Indonesia mencapai 749,7 juta dollar AS. Pada periode Januari- September 2021 sudah mencapai 1,3 miliar dollar AS yang berarti meningkat 73 persen walaupun masih dalam hitungan 9 bulan,” kata Retno. (Kompas, 15 Desember 2021)
Ke depan, kata dia, kesempatan investasi di Indonesia terbuka lebar. Dia mencontohkan ada peluang di bidang kesehatan, transisi energi, dan ekonomi digital.
Dalam berbagai kesempatan, Emil berulang kali percaya diri dengan konsep digital di Jabar. Pemerataan akses digital dilakukan hingga tingkat desa untuk menepis gap kesejahteraan.
“Digital itu adalah alat untuk mengurangi kesenjangan. Dengan digital, kegiatan bisa tetap produktif dengan mendekatkan yang jauh,” ujar Emil.
Dukungan digitalisasi juga disebut ikut membuat Jabar meraih realisasi investasi tertinggi di Indonesia, mencapai Rp 107 triliun pada Januari - September 2021. Jabar juga meraih penghargaan Layanan Investasi 2021 Terbaik Kedua di Indonesia.
Akan tetapi, jalan panjang itu masih ada di depan mata. Ketangguhan digitalisasi masih dihadapkan pada meningkatnya kemiskinan. Tahun ini, saat pandemi Covid-19 masih terjadi, tidak mudah bagi Jabar menghadapi dampak kenaikan minyak goreng hingga kacang kedelai. Produk terakhir bahkan banyak diimpor dari AS.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional, jumlah penduduk miskin juga masih terus bertambah. Pada Maret 2021, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat naik kurang lebih 6,82 ribu jiwa dibandingkan September 2020. Dari sebelumnya 4,19 juta jiwa menjadi 4,2 juta jiwa.
Nilai rasio gini juga meningkat, dari 0,398 menjadi 0,412. Nilainya disumbang peningkatan di wilayah perkotaan, dari 0,409 menjadi 0,423. Sedangkan di desa menurun, dari 0,326 menjadi 0,321.
Lima daerah termiskin juga tercatat jauh dari ibu kota Jabar dan bukan sentra industry dan investasi raksasa. Jumlah warga miskin tertinggi ada di Kota Tasikmalaya dengan 13,13 persen. Selanjutnya, jumlah warga miskin berturut-turut ada di pantura. Setelah Kabupaten Kuningan dengan 13,1 persen, ada Indramayu (13,04 persen), Majalengka (12,33 persen), dan Kabupaten Cirebon (12,3 persen).
Ragam upaya Jabar menwujudkan mimpi menjadi provinsi digital harus diapresiasi. Banyak hal sudah dibuat dan bermanfaat bagi warga. Namun, penerapannya menyeluruh pada warga masih ditunggu.
Apalagi, besar kemungkinan waktu Emil tidak lama lagi di Jabar. Dalam berbagai kesempatan, dia mengatakan hendak maju menjadi kepala negara ketimbang meneruskan periode kedua menjadi Gubernur Jabar.