Uji coba Korea Utara yang berkelanjutan akan menggiring Semenanjung Korea ke dalam krisis lagi seperti lima tahun yang lalu. Korsel mendorong agar dialog Korut dan AS kembali dimulai untuk mencegah krisis.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
SEOUL, KAMIS — Uji coba rudal jarak jauh atau persenjataan nuklir Korea Utara akan langsung menghempaskan Semenanjung Korea kembali ke dalam jurang krisis. Rezim Korea Utara pimpinan Kim Jong Un yang sudah tujuh kali menguji rudal dan sistem persenjataannya sejak awal tahun ini menunjukkan kegagalan upaya Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk menggandeng dan membujuk Korea Utara kembali berdialog dan menghentikan program pengembangan rudalnya.
Untuk mencegah krisis di Semenanjung Korea, Moon mengajak berbagai pihak lekas bertindak. Moon mengkhawatirkan sepak terjang Kim yang sesumbar akan menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) atau persenjataan nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017. Agar tidak jatuh ke dalam krisis, para pemimpin politik negara-negara yang berkepentingan harus tetap mengupayakan dialog dan diplomasi bersama.
”Kalau Korut terus-menerus uji rudal sampai menghapuskan moratorium uji rudal jarak jauh, Semenanjung Korea akan langsung masuk ke lubang krisis seperti lima tahun lalu,” tulis Moon dalam wawancara tertulis dengan media di Seoul untuk dipublikasikan pada Kamis (10/2/2022).
Moon khawatir dengan serangkaian uji rudal Korut karena dilakukan berdekatan dengan pemilihan presiden Korsel pada 9 Maret mendatang. Moon mengakui sudah kehabisan waktu karena tampaknya ia tak bisa berdialog dengan Kim dalam waktu dekat. Moon juga tidak bisa mengadopsi usulannya untuk mewujudkan deklarasi mengakhiri Perang Korea tahun 1950-1953. Semula Moon berharap ia bisa mewujudkan itu sebelum masa kepemimpinannya berakhir. Secara teknis, Korsel dan Korut masih berstatus perang karena Perang Korea terhenti hanya karena kesepakatan gencatan senjata.
Pada prinsipnya, Korsel dan Amerika Serikat telah menyepakati teks deklarasi itu. Pertemuan antara Kim dan Presiden AS Joe Biden sebenarnya juga tinggal menunggu waktu saja. Namun, jika hendak mencegah krisis, sebaiknya segera ada dialog. ”Dialog itu satu-satunya cara menyelesaikan masalah dan Presiden Biden serta Ketua Kim pasti suatu saat akan ketemu juga,” kata Moon.
Meski tak ada kemajuan dalam penyelesaian konflik Korsel-Korut, Moon setidaknya sudah ikut membantu mengarahkan ke dialog dan diplomasi ketimbang konfrontasi militer. Namun, Moon menyesal tak bisa mengegolkan dialog AS-Korut karena kedua belah pihak sama-sama belum sepakat tentang penghentian program pengembangan rudal Korut sebagai imbal balik pelonggaran sanksi komunitas internasional.
”Sangat disayangkan pertemuan itu tanpa kesepakatan. Setidaknya kedua pihak memastikan pintu dialog masih terbuka. Kalau belajar dari pengalaman dan mau sama-sama membahas isu ini, saya yakin akan ada peluang tercapai solusi,” kata Moon.
Ketika berbicara melalui telepon dengan mitranya di AS dan Jepang, Menteri Pertahanan Korsel Suh Wook menyampaikan kekhawatirannya bahwa uji rudal Korut itu menjadi ancaman serius dan langsung pada Korsel. Wook berjanji akan memperkuat kemampuan merespons ancaman serangan lewat kerja sama dengan AS. Pemerintahan Biden sudah bersedia bertemu dengan Korut kapan pun dan tanpa syarat apa pun. Hanya, Korut tidak mau berdialog jika AS dan Korsel masih saja latihan militer bersama, menjatuhkan sanksi, dan memperkuat persenjataan.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS, John Kirby, dalam pernyataan tertulis menyebutkan, rudal balistik Korut mengganggu stabilitas keamanan regional dan melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menhan tiga negara itu sepakat akan bertemu langsung dalam waktu dekat.
Dalam laporan PBB disebutkan Korut masih saja mengembangkan rudal balistik dan nuklir selama beberapa tahun terakhir ini. Korut juga terlibat dalam serangan siber dan pertukaran mata uang kripto untuk yang digunakan untuk membiayai program pengembangan rudal dan nuklirnya. (REUTERS)