Empat nama tengah disiapkan untuk mengganti mantan pemimpin kelompok NIIS yang tewas, Abu Ibrahim Al Quraishi. Serangan diyakini akan lebih brutal.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
BAGHDAD, RABU — Tewasnya pemimpin Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), Abu Ibrahim Al Quraishi, tidak serta-merta membuat kelompok ini melemah. Sebaliknya, kematian Quraishi yang berbarengan dengan momentum naiknya pengaruh mereka di kawasan diyakini membuat para tokoh dan anggota kelompok mencari pemimpin baru yang bisa mengarahkan mereka kembali.
Pejabat keamanan Irak dan tiga analis independen meyakini kelompok ini akan menunjuk pemimpin baru dalam waktu dekat. Menurut mereka, ada empat orang yang dinilai memiliki peluang untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan oleh Quraishi, yaitu Abu Khadijah, Abu Muslim, Abu Salih, dan Abu Yassir Al Issawi.
Fadhil Abu Rgheef, analis keamanan Irak yang merupakan penasihat otoritas keamanan Pemerintah Irak, mengatakan, dalam daftar ada nama Abu Yassir Al Issawi yang sebelumnya diduga tewas dalam sebuah serangan udara pada Januari 2021 oleh pasukan Irak serta koalisi pimpinan Amerika Serikat. Namun, diduga dia masih hidup. ”Dia berharga bagi kelompok itu karena memiliki pengalaman militer yang panjang,” katanya.
Pejabat keamanan Irak memiliki keyakinan yang sama dengan Abu Rgheef, yakni Issawhi masih hidup dan dalam kondisi sehat. ”Jika dia tidak mati, dia akan menjadi kandidat. Dia memiliki pengalaman dalam merencanakan serangan militer dan memiliki ribuan pendukung,” kata pejabat tersebut.
Di samping Issawi, tiga kandidat lainnya juga dinilai memiliki peluang yang cukup kuat untuk menggantikan posisi Quraishi. Abu Khadijah diketahui sempat memimpin NIIS di Irak. Nama Abu Muslim juga dikenal sebagai pemimpin kelompok ini di Provinsi Anbar, Irak. Adapun nama terakhir, Abu Salih, dikenal sebagai orang yang memiliki kedekatan dengan pendiri NIIS, Abu Bakr al-Baghdadi dan Quraishi.
Hassan Hassan, editor majalah New Lines yang telah menerbitkan penelitian tentang Quraishi, mengatakan, pemimpin baru itu adalah seorang veteran Irak. ”Jika mereka harus memilih satu dalam beberapa pekan mendatang, mereka harus memilih calon pemimpin yang berasal dari lingkaran yang sama, yaitu bagian dari kelompok Anbari yang beroperasi di bawah NIIS sejak awal,” kata Hassan.
NIIS Irak selama ini dikenal sebagai bagian dari jaringan kelompok Al Qaeda di Irak. Dua mantan pemimpin kelompok ini, yaitu Baghdadi dan Quraishi, dikenal sebagai anggota Al Qaeda sejak awal keberadaannya di Irak. Keduanya juga pernah ditahan di AS pada pertengahan tahun 2000-an. Empat nama yang digadang-gadang sebagai calon pengganti Quraishi pernah ditahan atau ditangkap oleh pasukan AS.
Para pejabat dan analis di sejumlah negara setuju bahwa kelompok teror ini di bawah tekanan. Namun, mereka terbagi atas seberapa signifikan kemunduran kematian Quraishi bagi kelompok tersebut.
Beberapa analis menyatakan, perang melawan NIIS akan menyedot perhatian AS dan sekutunya selama beberapa tahun ke depan setelah pemimpin baru mengambil kendali. Salah satu pejabat keamanan Irak meyakini, untuk sementara kelompok ini terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil dan beredar di bawah radar keamanan agar terhindar dari pengamatan pasukan koalisi. Walau begitu, mereka tetap bergerak sebagai satu kesatuan unit.
”Oleh karena itu, kami tidak percaya bahwa kematian Quraishi akan berdampak besar,” kata salah satu pejabat keamanan Irak. Kesulitan lain yang akan dihadapi oleh pasukan koalisi adalah informasi keberadaan mereka yang akan semakin susah dilacak karena mereka sudah lama berhenti menggunakan telepon seluler untuk berkomunikasi.
Gaya baru
Abu Rgheef meyakini, calon pemimpin baru kelompok NIIS memiliki kredensial dan kemampuan militer yang lebih kuat daripada pemimpin sebelumnya, Quraishi. Bila seperti itu yang terjadi, serangan dan operasi akan berubah sesuai dengan karakter gaya pemimpin baru NIIS. ”(Pemimpin) Yang baru mungkin percaya pada serangan besar dan intensif, bom, atau bom bunuh diri,” kata Rgheef.
Daniel Milton, Direktur Penelitian pada Pusat Pemberantasan Terorisme Akademi Militer AS, dikutip dari laman Foreign Policy, menguatkan pandangan sejumlah analis bahwa dalam beberapa bulan terakhir Quraishi tengah berupaya menghidupkan kembali NIIS dan mendapatkan kredibilitasnya yang hilang.
”Penangkal terbaik untuk kurangnya kredibilitas adalah melakukan hal-hal yang membuat Anda kredibel,” kata Milton. Dia mengatakan, terlepas dari sosok Quraishi pada 2008 atau yang selama ini dikenal sebagai pemikir bagi kelompok tersebut, keputusan untuk melakukan serangan demi serangan adalah bagian dari upaya untuk mendapatkan kredibilitasnya sebagai pemimpin dan menyatukan kembali NIIS.
”Terlepas dari sosoknya pada 2008, dia memimpin kelompok itu dengan penuh semangat dan kekerasan saat ini,” ujar Milton.
Sepanjang tahun lalu, Milton mencatat ada lebih dari 300 serangan kelompok NIIS di Suriah. Pada Januari 2022, kelompok itu menyerang penjaga Ghwayran di Al Hasakah, Suriah utara, yang dihuni sekitar 5.000 anggota kelompok tersebut. Serangan itu menewaskan sekitar 500 orang.
Para ahli mengatakan bahwa Quraishi bermaksud agar serangan terbaru tidak hanya membebaskan para tahanan semata dan menyatukan mereka kembali dengan kelompok tersebut. Secara tak langsung, serangan itu dinilai ingin menunjukkan pada orang lain bahwa NIIS akan menggunakan segala cara untuk melindungi anggotanya. Dampaknya adalah menambah kuat keinginan calon anggota untuk bergabung.
Lahur Talabany, mantan kepala kontra-terorisme untuk wilayah otonomi Kurdistan Irak, mengatakan, salah satu hal yang bisa menjadi ciri keberadaan calon pemimpin baru dalam kelompok seperti NIIS adalah peningkatan serangan di satu wilayah tertentu.
”Ketika Anda melihat serangan meningkat di area tertentu, saya tidak akan terkejut jika seseorang yang penting telah melewati wilayah itu,” katanya. Dengan hal seperti itu, Talabany memercayai bahwa kelompok ini masih cukup kuat dan pekerjaan untuk menetralisasinya masih sangat panjang serta berliku.
”Kekhalifahan mungkin sudah dikalahkan, tetapi kelompok ini masih ada. Saya tidak percaya kami berhasil menyelesaikan pekerjaan,” ujarnya. (REUTERS)