Hanya Memimpin Dua Tahun, Pemimpin Baru NIIS Tewas seperti Baghdadi
Cara tewas Quraishi dan Baghdadi memiliki kemiripan. Keduanya dilaporkan mengakhiri hidupnya dengan cara meledakkan diri, sama-sama di tengah serangan operasi pasukan khusus AS, dan juga di Suriah.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT —Amerika Serikat, Kamis (3/2/2022), menyatakan pemimpin baru kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi, tewas dalam penggerebekan oleh pasukan khusus AS di barat laut Suriah. Ia tewas setelah meledakkan bom bunuh diri. Kematian Quraishi menandai tewasnya pemimpin NIIS kedua dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Quraishi adalah seorang ulama dan mantan tentara Irak di masa pemerintahan Saddam Hussein. Pria berusia 45 tahun itu kemudian menjadi pemimpin organisasi cikal bakal NIIS cabang Irak, bagian dari kelompok militan Al Qaeda, beberapa saat setelah Saddam Hussein digulingkan AS. Ia didaulat menjadi pemimpin tertinggi NIIS tak lama setelah pendahulunya, Abu Bakr al-Baghdadi, tewas pada tahun 2019 di Suriah.
Cara tewas Quraishi dan Baghdadi memiliki kemiripan. Keduanya dilaporkan mengakhiri hidupnya dengan cara meledakkan diri, sama-sama di tengah serangan operasi pasukan khusus AS, dan juga di Suriah. Presiden AS Joe Biden mengonfirmasi langsung tewasnya Quraishi.
Menurut Biden, Quraishi meledakkan diri setelah dikepung dari segala penjuru oleh militer AS di sebuah gedung bertingkat. ”Tindakan terakhir dari pengecut yang putus asa. Meledakkan diri sendiri seperti pendahulunya, pendiri NIIS, Abu Bakr al-Baghdadi,” kata Biden.
Seorang pejabat AS mengungkapkan, ledakan yang terjadi sedemikian dahsyat. Quraishi tewas bersama hampir seluruh orang yang ada di dalam gedung itu. Termasuk di sana adalah anggota keluarga Quraishi. Quraishi juga bukan satu-satunya tokoh NIIS yang tewas dalam operasi tersebut. Pengawal Quraishi dilaporkan juga tewas.
Tewasnya dua pimpinan tertingginya hanya dalam waktu dua tahun diduga menjadi pukulan bagi NIIS. Namun, ini tidak berarti bahwa kubu AS akan menganggap enteng dan harus tetap waspada. Kelompok militan itu pernah menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.
Di luar Quraishi, yang pernah ditahan di AS, sedikit yang diketahui tentang basis kepemimpinan tertinggi kelompok NIIS. Sebagian dari mereka diduga saat ini beroperasi dalam struktur rahasia sel-sel lokal secara otonom. Pilihan itu diambil diperkirakan karena kondisi tersebut lebih memungkinkan diambil daripada melaksanakan sistem koordinasi ”kekhalifahan” yang terpusat.
Quraishi mengambil tampuk pemimpin NIIS ketika kelompok itu berada di bawah tekanan militer yang kuat dari pasukan koalisi pimpinan AS, pasukan Irak, dan lainnya. Koalisi pimpinan AS yang memerangi NIIS mengatakan, pada pertengahan 2019 kelompok itu mempertahankan 14.000-18.000 anggota, termasuk 3.000 warga asing di luar warga Irak dan Suriah. Jumlah itu adalah jumlah anggota NIIS yang bertahan setelah kelompok itu menderita kekalahan di medan laga. Namun, kini jumlah tersebut sulit dipastikan.
Kalangan pengamat menduga, banyak anggota lokal NIIS mungkin telah kembali ke kehidupan normal mereka. Namun, mereka siap kembali ke kelompok mereka dan bertarung di medan perang ketika ada kesempatan.
”(NIIS) Ini adalah organisasi yang telah mempertahankan sejumlah besar anggotanya,” kata Charles Lister dari lembaga Institut Timur Tengah yang berbasis di Washington. ”Lewat sel-sel yang beroperasi secara kinetik, saya pikir, jumlahnya mungkin kecil di kedua negara (Irak dan Suriah) secara bersamaan. Namun, memang kita tidak dapat memastikan berapa jumlahnya.”
Sebelum tewasnya Quraishi, secara acak kelompok NIIS terus beroperasi dan melancarkan serangan-serangan. Sebuah serangan besar di Irak dan Suriah pada bulan lalu menunjukkan kelompok itu masih menjadi ancaman. NIIS menyerang penjara di kota Hasaka di timur laut Suriah dua minggu lalu. Itu operasi terbesar mereka sejak mereka dikalahkan di Baghouz pada tahun 2019. Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi dan menguasai daerah itu mengatakan bahwa 40 tentara mereka, 77 penjaga penjara, dan empat warga sipil tewas.
Berdekatan dengan waktu serangan itu, sejumlah anggota NIIS juga menyerang pangkalan militer Irak di Diyala, timur laut Baghdad. Aksi itu menewaskan 11 tentara Irak. Di luar aksi-aksi itu, kelompok NIIS juga melanjutkan aksi-aksi pembunuhan dengan target khusus. Mereka antara lain menyergap hingga melakukan aksi-aksi bom bunuh diri.
Laporan terbaru Pemerintah AS menyebutkan, NIIS mengklaim 182 serangan di Irak dan 19 serangan di Suriah selama periode tiga bulan terakhir. Meski lebih rendah dari sebelumnya, laporan tersebut mencatat kelompok NIIS masih mampu melakukan operasi yang mematikan dan kompleks.
”Apa yang telah kita lihat dalam enam hingga 12 bulan terakhir, di kedua sisi perbatasan Suriah dan Irak, adalah bahwa sel-sel (NIIS) lebih siap meluncurkan serangan yang lebih berani,” kata Lister. (AP/AFP/REUTERS)