Krisis Ukraina-Rusia membuka peluang bisnis dan politik bagi Turki dan Israel. Kedua negara tengah menjajaki kerjasama untuk memasok gas ke Eropa.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·3 menit baca
Hubungan Israel-Turki yang cenderung semakin dekat belakangan ini relatif mengejutkan mengingat kedua negara selama ini sering berhadap-hadapan di berbagai isu.
Namun krisis di perbatasan Ukraina-Rusia ternyata membuka peluang ekonomi dan politik bagi kedua negara. Peluang itu datang dari potensi adanya kekosongan pasokan gas dari Rusia ke Eropa jika Rusia akhirnya menginvasi Ukraina.
Jika jadi melancarkan invasi ke Ukraina, sebagaimana ancaman Amerika Serikat (AS), Rusia akan dijatuhi sanksi ekonomi yang berat. Menghentikan suplai gas Rusia ke Eropa adalah salah satunya.
Selama ini, Eropa mengimpor 40 persen kebutuhan gasnya dari Rusia. Dan 30 persen dari total suplai gas Rusia ke Eropa itu dialirkan melalui Ukraina. Jika jadi melancarkan invasi ke Ukraina, sebagaimana ancaman Amerika Serikat (AS), Rusia akan dijatuhi sanksi ekonomi yang berat. Menghentikan suplai gas Rusia ke Eropa adalah salah satunya.
Seiring makin meningkatnya tensi di perbatasan Ukraina-Rusia, peluang kekosongan pasar gas di Eropa semakin terbuka lebar. Wacana mencari sumber gas alternatif untuk Eropa pun berkembang. Qatar, Azerbaijan, dan negara lain dengan wilayah laut Mediterania timur yang kaya gas pun masuk bursa.
Qatar sudah siap menyuplai gas ke Eropa Hal ini sudah dibicarakan dalam pertemuan Emir Qatar, Sheikh Tamim Bin Hamd Al-Thani, dengan Presiden AS, Joe Biden, di Washington DC pada 31 Januari.
Namun Qatar tidak dapat memenuhi semua kekosongan pasokan gas dari Rusia karena selama ini sudah memiliki kontrak untuk memasok gas ke Asia, seperti China, Jepang dan Korea Selatan, dalam jumlah besar. Kekurangan suplai gas dari Qatar ini sedianya akan diisi Azerbaijan atau negara lain yang memiliki wilayah laut Mediterania timur.
Menurut lembaga kajian geologi AS, cadangan gas dan minyak bumi ditemukan di area seluas 83.000 kilometer persegi di laut Mediterania timur. Cadangan gasnya mencapai 287 triliun kubik. Cadangan minyaknya mencapai 1,7 miliar barrel. Israel adalah salah satu negara di wilayah laut Mediterania Timur yang memiliki cadangan gas besar dari wilayah itu. Peluang inilah yang segera ditangkap Turki dengan mencoba menggandeng Israel untuk memasok gas ke Eropa lewat wilayah Turki.
Harian Al-Quds Al-Arabi edisi Minggu (6/2/2022) melansir, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam pertemuan dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, akan fokus membahas hubungan ekonomi Turki-Israel, khususnya wacana pembangunan pipa gas dari Israel ke Eropa melalui Turki. Merujuk media Turki, pertemuan Erdogan-Herzog yang dijadwalkan pekan depan di Ankara, kemungkinan besar ditunda ke Maret, menyusul Erdogan yang terinfeksi Covid-19 varian Omicron.
Bagi Turki, proyek pembangunan pipa gas dari Israel ke Eropa melalui wilayah Turki sangat strategis. Secara ekonomi, proyek itu menjadikan Israel sebagai sumber pasokan gas baru untuk Turki yang selama ini mengimpor dari Iran, Irak, dan Azerbaijan. Proyek itu juga akan menambah sumber devisa ke Turki dari pembayaran pajak dan komisi oleh Israel.
Adapun secara politik, nilai tawar Turki akan naik di mata AS, Israel, dan Eropa. Turki sekaligus bisa melemahkan peran forum East Med, yakni forum gas laut Tengah bagian Timur dengan kantor pusat di Kairo, Mesir. Anggota East Med meliputi tujuh anggota, yaitu Mesir, Yunani, Siprus, Israel, Italia, Jordania, dan Otoritas Palestina.
Turki yang tidak dilibatkan dalam forum tersebut, merasa dikucilkan dan bahkan akan didepak dari jatah pembagian kekayaan gas di laut Tengah bagian Timur. Jika Turki berhasil menggandeng Israel, maka berarti Turki berhasil memecah dan sekaligus melemahkan barisan forum East Med.
Hal ini sangat dicemaskan Yunani yang merupakan musuh regional Turki. Ini yang membuat Menteri Pertahanan Yunani, Nicolaos Panagiotopoulos, bertemu Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, pada 20 Januari.
Jika kedekatan itu berlanjut, Yunani khawatir akan berdampak buruk atas masa depan hubungan Israel-Yunani.
Media Israel melansir, Panagiotopoulos menanyakan kepada Gantz tentang kedekatan Israel-Turki akhir-akhir ini. Jika kedekatan itu berlanjut, Yunani khawatir akan berdampak buruk atas masa depan hubungan Israel-Yunani.
Sementara untuk Israel, proyek itu minimal menjadi peluang bisnis baru yang besar. Israel juga akan semakin terhubung dengan Eropa.