Paus Fransiskus: Membuang Plastik di Sungai adalah Perbuatan Kriminal
Paus Fransiskus telah menjadikan upaya-upaya pelestarian lingkungan sebagai landasan kepausannya. Ia mendorong warga dunia untuk lebih mencintai alam sekitar dan semua isinya.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
VATICAN CITY, MINGGU — Membuang plastik di saluran air seperti selokan dan sungai adalah tindakan kriminal dan harus diakhiri jika umat manusia ingin menyelamatkan Bumi bagi generasi mendatang. Hal itu dikatakan pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, dalam sebuah wawancara televisi pada Minggu (6/2/2022).
Paus Fransiskus muncul dalam program Che tempo che fa di stasiun televisi RAI Channel 3. Wawancara itu berlangsung selama satu jam dipandu oleh pembawa acara Fabio Fazio. Paus Fransiskus berbicara aneka topik di luar sejumlah tema utama kepausan. Ia, antara lain, mengecam pengeluaran berlebihan untuk persenjataan, membela hak-hak migran, hingga mengecam kekakuan ideologis oleh kaum konservatif di Gereja Katolik.
Paus Fransiskus telah menjadikan isu pelestarian lingkungan sebagai landasan kepausannya. Ia menceritakan bagaimana para nelayan Italia, khususnya di San Benedetto del Tronto, datang kepadanya dalam beberapa kesempatan sebelumnya. Mereka mengatakan kepadanya harus menelan pil pahit menemui berton-ton plastik di Laut Adriatik. Keluhan serupa diungkapkan mereka kepadanya dalam kesempatan lain. Ironisnya, mereka mengaku bahwa sampah-sampah plastik itu berlipat volumenya dari sebelumnya. Mereka bahkan harus mengambil sampah-sampah itu sendiri untuk membersihkan perairan dari sampah plastik.
”Membuang plastik ke laut adalah kriminal. Itu membunuh keanekaragaman hayati, membunuh Bumi, membunuh segalanya,” kata Paus Fransiskus. ”Menjaga ciptaan (Tuhan) adalah (proses) pendidikan yang membutuhkan keterlibatan kita semua.”
Paus lalu mengutip sebuah lagu penyanyi Brasil Roberto Carlos yang bercerita perihal pertanyaan seorang anak kepada ayahnya. Sang anak bertanya, mengapa ”sungai tidak lagi bernyanyi” dan sang ayah menjawab karena kiamat sudah tiba.
Paus Fransiskus menegaskan kembali tentang perlunya kepedulian terhadap ciptaan Tuhan. Prinsip yang sama harus berlaku bagi Bumi dan segala isinya. ”Ini adalah pelajaran yang harus kita pelajari,” kata Paus Fransiskus seperti dikutip media resmi Vatikan, Vatican News.
Paus menunjuk ke Amazon dan masalah deforestasi, kekurangan oksigen, dan perubahan iklim. Ia menekankan adanya risiko besar bagi keanekaragaman hayati dan bahayanya bagi kehidupan semua mahluk yang ada di Bumi. Ia pun menekankan pentingnya semua orang untuk tidak membuang sampah sembarangan sekaligus mengambil tindakan bersama untuk menjaga kelestarian Bumi, termasuk lautan dan segala isinya. ”Kita harus benar-benar mencamkan dalam kepala kita: kita harus menjaga ibu pertiwi,” kata Paus.
Paus juga menyinggung perihal sikap peduli atas orang dan lingkungan sekitar kita. Ia menilai hal-hal itu cenderung pudar dari sudut pandang sosial. Ia berpandangan telah melihat kecenderungan terjadinya kondisi ”agresi sosial” di sekitar kita. Hal itu, antara lain, terlihat dalam maraknya fenomena perundungan di antara anggota masyarakat. Menurut dia, orang-orang muda di dunia sangat terhubung di satu sisi, tetapi dalam sisi lain juga rawan mengalami rasa kesepian yang luar biasa.
Paus Fransiskus pun meminta orang tua untuk senantiasa memperhatikan kaum muda. Bagi Sang Uskup Roma, hubungan antara orangtua dan anak dapat disimpulkan dalam satu kata: kedekatan. Dia berkata, ”Ketika pasangan muda datang ke pengakuan dosa atau ketika saya berbicara dengan mereka, saya selalu mengajukan pertanyaan: 'Apakah Anda bermain dengan anak-anak Anda?'
Paus ingin melihat hubungan keluarga dengan anak-anak mereka. Ia mengaku sedih ketika mendengar jawaban yang kerap dia temui sebagai gambaran dari kehidupan yang harus dijalani manusia modern. “Ketika saya meninggalkan rumah untuk bekerja, mereka tidur dan ketika saya kembali di malam hari mereka tidur lagi,“ kata Paus Fransiskus perihal ungkapan hati para orangtua yang dia temui. “Ini adalah masyarakat yang kejam yang melepaskan diri dari anak-anaknya.“
Dia menekankan pentingnya relasi yang dekat antara orangtua dengan anak-anak mereka. Seruan senada juga ditujukannya bagi kalangan orang tua secara umum terhadap anak-anak dan kaum muda. Dalam bahasa Paus Fransiskus, orang tua harus mendekat pada anak-anak dan kaum muda, tidak takut dan acuh tak acuh pada anak-anak dan kaum muda. Dengan menyapa lebih banyak anak-anak dan kaum muda, diharapkan relasi yang terjalin dalam keluarga sebagai tingkat komunitas paling kecil akan tecermin juga dalam lingkaran komunitas yang lebih besar di lingkungan sekitarnya. (REUTERS)