Bantuan darurat dan kemanusiaan untuk korban letusan gunung berapi dan tsunami di Tonga diperkirakan baru tiba paling cepat Jumat pekan ini. Bantuan pertama itu datang dari Selandia Baru.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
WELLINGTON, SELASA – Sebanyak dua kapal Angkatan Laut Selandia Baru yang membawa bantuan kemanusiaan untuk penduduk negara Tonga diperkirakan baru sampai paling cepat Jumat pekan ini. Ini merupakan bantuan pertama yang akan tiba setelah letusan gunung berapi di wilayah negara itu menyebabkan bencana dan memicu tsunami, Sabtu (15/1/2022).
Kementerian Pertahanan Selandia Baru melalui pernyataan tertulis mengatakan, Pemerintah Tonga telah mengizinkan kedatangan dua kapal Angkatan Laut Selandia Baru, HMNZS Wellington dan HMNZS Aotearoa. ”Kapal diperkirakan tiba di Tonga pada Jumat (pekan ini), tergantung kondisi cuaca,” kata Kementerian Pertahanan Selandia Baru.
Gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai di wilayah Tonga meletus pada Sabtu, 15 Januari. Selama tiga hari, komunikasi negara di tengah Samudra Pasifik itu terputus dari dunia internasional. Letusan hebat yang memicu tsunami telah memutus jaringan listrik dan komunikasi di negara kepulauan yang terdiri atas 169 pulau dengan 36 pulau di antaranya berpenduduk tersebut.
Baru tiga hari kemudian, dunia internasional bisa mengakses informasi mengenai situasi mutakhir di negara tersebut. Selandia Baru dan Australia sebagai negara terdekat segera menyiapkan bantuan. Australia sedianya mengirimkan bantuan dengan HMAS Adelaide. Butuh waktu 3-5 hari perjalanan dari kedua negara itu menuju Tonga. Sementara bantuan lewat pesawat masih harus menunggu pembersihan tumpukan abu dari Bandara Tonga. Bantuan lewat udara tidak akan bisa masuk jika abu masih menutupi bandara.
Palang Merah Internasional juga sedang dalam proses mengirimkan 2.516 tempat menyimpan air.
Selandia Baru sudah mengalokasikan bantuan kemanusiaan senilai 680.000 dollar AS. Sementara AS mengalokasikan senilai 100.000 dollar AS.
Bantuan luar negeri sangat dibutuhkan Tonga. Namun, ancaman penyebaran Covid-19 menjadi kekhawatiran tersendiri di negara bebas Covid-19 tersebut. Oleh karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa tengah menyiapkan bantuan kemanusiaan ke Tonga dari jarak jauh agar negara itu tak terdampak Covid-19. Koordinator PBB di Fiji, Jonathan Veitch, mengatakan, operasi pengiriman bantuan akan dilakukan dari jarak jauh dan tidak akan ada personel PBB yang menginjak daratan Tonga.
”Kebijakan bebas Covid-19 di Tonga sangat ketat. Tonga termasuk salah satu negara yang bebas Covid-19 dan jika Covid-19 sampai masuk, bisa berakibat fatal. Mereka sangat hati-hati membuka perbatasan karena dulu pernah ada wabah di Pasifik yang menewaskan banyak orang,” ujarnya.
Ketinggian tsunami yang menghantam Tonga pasca-letusan gunung berapi bawah tanah Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai, Sabtu lalu, mencapai 15 meter. Gelombang setinggi itu menghantam beberapa pulau di Tonga. Ada satu desa yang habis tersapu tsunami dan sedikitnya tiga orang dilaporkan tewas. Setelah empat hari tanpa kejelasan kabar dan informasi mengenai bencana Tonga, Pemerintah Tonga akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi terkait bencana itu.
”Satu desa habis tersapu. Banyak desa yang rumah-rumahnya hancur. Korban yang selamat kini berlindung di tempat seadanya. Tim pencari dan penyelamat sudah dikirim ke lokasi untuk mengevakuasi penduduk,” sebut pernyataan resmi pemerintah, Selasa (18/1/2022).
Kondisi salah satu pulau, Mango, termasuk paling parah terdampak tsunami. Di pulau itu ditemukan korban tewas perempuan berusia 65 tahun. Sementara di Pulau Nomuka, satu korban laki-laki berusia 49 tahun tewas. Banyak korban luka. Pemerintah Tonga sudah mengirimkan kapal-kapal angkatan laut untuk membawa tenaga medis dan kebutuhan darurat, seperti air bersih, makanan, dan tenda. Pengiriman bantuan terkendala jalur komunikasi yang terputus akibat kabel bawah laut yang putus dan kondisi gunung berapi yang belum stabil.
Dari hasil citra satelit dari perusahaan Maxar Technologies, gunung berapi bawah laut yang meletus dan melontarkan abu dan gas setinggi 30 kilometer itu nyaris hilang. Sebelum letusan, struktur gunung berapi masih terlihat di atas permukaan laut, tetapi kini tidak ada lagi. Hanya ada dua pulau kecil yang masih terlihat di atas permukaan laut. Dari foto-foto yang diambil patroli udara pesawat militer Australia P-8A Poseidon, terlihat kapal-kapal besar bermuatan kontainer terguling bagaikan permainan domino di pelabuhan Tonga.
Kepala Ilmuwan Pusat Penerbangan Ruang Angkasa Goddard NASA James Garvin mengatakan, kekuatan letusan gunung berapi di Tonga itu setara dengan 5-10 megaton peledak TNT yang daya ledaknya 500 kali lebih kuat ketimbang daya ledak bom nuklir AS di Hiroshima, Jepang, pada akhir Perang Dunia II.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataan tertulis menyebutkan sudah memperoleh informasi mengenai situasi di Tonga dari perwakilan WHO di Tonga, Yutaro Setoya, yang berkomunikasi menggunakan telepon satelit. Koordinator Kesehatan Kluster Pasifik di WHO Sean Casey mengatakan, sedikitnya 100 rumah rusak dan 50 hancur total di Pulau Tongatapu. Ketebalan abu di Tongatapu sampai 5-10 sentimeter. Simpanan air bersih juga terkontaminasi abu vulkanik. Abu inilah yang dikhawatirkan bisa mencemari udara, makanan, dan minuman.
”Masyarakat diimbau untuk tetap berada di dalam ruangan, mengenakan masker kalau keluar rumah, dan minum air kemasan atau dalam botol karena ada abu ini,” tulis WHO.(REUTERS/AFP/AP)