Taliban Tuntut Kembali Pembebasan Raja Narkoba Penyokong Mereka
Taliban menuntut pembebasan raja narkoba dari Afghanistan. Selain isu kedekatan mereka dengan keluarga si gembong narkoba, tampaknya Taliban kembali ke cara lama dan instan untuk mendapatkan uang,
Di tengah tekanan ekonomi, Taliban kembali menuntut pertukaran seorang raja narkoba Afghanistan yang dibui di Amerika Serikat (AS) dengan seorang insinyur AS yang diculik Taliban. Desakan serupa pernah disampaikan Taliban pada akhir Juni 2020, empat bulan setelah Washington dan Taliban meneken perjanjian damai di Qatar, 29 Februari 2020.
Gembong narkoba Afghanistan dimaksud ialah Bashir Noorzai, yang dijuluki “Pablo Escobar dari Timur Tengah”. Escobar asli adalah gembong narkoba tersohor Kolombia, yang di puncak kariernya meraup keuntungan pribadi 28,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 413 triliun dalam setahun.
Siapakah Noorzai bagi Taliban? Noorzai adalah penopang utama keuangan Taliban dan telah mempersenjatai pemberontakan Taliban selama 20 tahun dari perdagangan heroin. Dia ditangkap di New York atas tuduhan perdagangan narkoba pada 2005 dan menjalani dua hukuman seumur hidup sejak 2009.
Noorzai hendak ditukar Mark Randall Frerichs, sarjana teknik sipil dari Illinois, AS, yang diculik di Khost, Afghanistan, awal Januari 2020. Majalah Newsweek, 13 Mei 2020, pernah melaporkan bahwa Frerichs diculik jaringan Haqqani. Salah satu tokoh faksi ini, Sirajuddin Haqqani, telah menjadi Menteri Dalam Negeri Afghanistan saat ini dan salah satu dari dua wakil panglima tertinggi Taliban.
Menurut Foreign Policy, 6 Januari 2022, Taliban telah menekan Washington untuk menukar Noorzai dengan Frerichs, insinyur sipil dan veteran Angkatan Laut AS. Dia diculik saat mengerjakan proyek pembangunan di Khost pada Januari 2020. Saudarinya, Charlene Cakora, pada awal Januari 2022 telah mendesak Presiden AS Joe Biden mewujudkan pemintaan Taliban.
Baca juga: Afghanistan, di Antara Perang dan Narkotika
Steve Brooking, mantan pejabat Inggris, mengatakan, hal yang paling rumit dari tuntutan pembebasan Noorzai adalah Taliban mengancam akan memblokade evakuasi puluhan ribu warga Afghanistan ke AS jika Noorzai tak dibebaskan. Baik itu untuk evakuasi warga Amerika-Afghanistan maupun warga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk dimukimkan kembali di AS.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, ada 62.000 orang warga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk dimukimkan kembali di AS masih berada di Afghanistan. Mereka termasuk 33.000 orang penerjemah dan warga lain yang selama 20 tahun perang bekerja untuk kepentingan AS, serta keluarga mereka.
Brooking, mantan Penasihat Khusus Misi Bantuan PBB Afghanistan, menyamakan tuntutan Taliban dengan “pemerasan”. “Taliban pada dasarnya mengatakan (pada AS) bahwa jika Anda tak menanggapi keinginan kami, kami akan terus menahan Frerich. Kami juga akan menahan ribuan orang yang memenuhi syarat untuk pindah ke AS.”
“Pembebasan yang aman dan segera dari veteran Amerika dan Angkatan Laut Mark Frerichs sangat penting. Kami telah menjelaskannya kepada Taliban. Ketika Taliban membutuhkan legitimasi (atas pemerintahan mereka), mereka tidak bisa terus menyandera warga Amerika, ”kata pejabat Deplu AS.
Ditangkap
Pengacara Noorzai, Alan Seidler, mengatakan kliennya dibujuk ke AS oleh agen federal yang berjanji dia tidak akan menangkap dan menghukumnya. Namun, sepuluh hari setelah tiba di AS, dia pun ditangkap atas tuduhan memasukkan heroin ke negeri “Paman Sam” itu.
Saat ini, Taliban kelimpungan akibat berbagai tekanan, termasuk ketiadaan sumber keuangan yang stabil. Namun, pokok dari berbagai kesulitan itu adalah belum terbentuknya pemerintahan inklusif sehingga membuat pemerintahan mereka juga sulit mendapatkan pengakuan dari komunitas internasional.
Apalagi kabinet Taliban saat ini menampung banyak tokoh yang masuk daftar hitam AS dan PBB. Fakta ini membuat keran bantuan pembangunan dan dukungan uang tunai internasional bagi pemerintah Taliban tetap terkunci.
Baca juga: Kabinet Baru Taliban Diisi Tokoh-tokoh ”Daftar Hitam” AS dan PBB
Padahal pengakuan internasional sangat penting, bisa menjadi modal Taliban, untuk mencegah keruntuhan ekonomi dan bencana kemanusiaan saat ini. Pengakuan memungkinkan investasi asing, bantuan keuangan, dan bantuan kemanusiaan internasional mengalir kembali ke Afghanistan.
Dengan membentuk pemerintahan inklusif dan meraih dukungan internasional, cadangan devisa dan aset Afghanistan yang dibekukan di luar negeri pun bisa kembali. Semuanya itu dapat digunakan untuk memulihkan Afghanistan dari keterpurukan akibat perang dan kekeringan yang sedang melanda negeri itu.
Akan tetapi hingga lima bulan berkuasa pemerintahan inklusif yang dijanjikan itu belum kunjung terwujud. Mimpi Taliban akan mampu membawa Afghanistan keluar dari krisis ekonomi, keuangan, dan kemanusiaan pun seolah menguap. Kondisi ini tampaknya membuat Taliban mulai mengambil langkah instan, yakni memakai cara lama untuk mendapatkan uang: narkoba!
Di situlah Noorzai, gembong yang terbukti piawai menghasilkan uang dari perdagangan narkoba, kembali menjadi harapan Taliban. Apalagi Noorzai telah membuktikan kemampuannya dalam memberikan dukungan keuangan atau logistik kepada Taliban selama 20 tahun perang.
Noorzai adalah penyandang dana terpenting Taliban. Selama 20 tahun perang Taliban mengandalkan uang tunai yang diantaranya berasal dari perdagangan narkoba.
Sejarah kedekatan
Hubungan Noorzai dengan Taliban – termasuk kedekatannya dengan pendiri Taliban Mullah Omar dan berbagi afiliasi suku dengan pemimpin tertinggi Taliban saat ini, Haibatullah Akhunzada, dan tokoh senior lainnya, – telah didokumentasikan dengan baik oleh AS.
Seorang jurnalis, Gretchen Peters, dalam bukunya Seeds of Terror: How Drugs, Thugs, and Crime Are Reshaping the Afghan War, menyebutkan, ayah Noorzai, Mohammed Issa Noorzai, adalah penyelundup heroin kaya yang mengelola sejumlah laboratorium di Afghanistan. Peters kini adalah Direktur Eksekutif Center on Illicit Networks and Transnational Organized Crime.
Dukungan Noorzai sangat penting untuk kebangkitan Taliban pada tahun 1996 dan kemunculan kembali kelompok tersebut setelah invasi AS pascaserangan Al Qaeda di AS, 11 September 2001. Dalam buku Peters, Noorzai digambarkan sebagai “sponsor sejati" Mullah Omar serta pembuat keputusan utama dan anggota terkemuka dewan penguasa, yaitu Taliban.
Baca juga: Tanpa Pemerintahan Inklusif, Taliban Sulit Raih Pengakuan Internasional
Menurut dokumen pengadilan, Noorzai adalah produsen utama, penyulingan, dan penyelundup heroin. "Taliban mengizinkannya melanjutkan kegiatan budidaya dan perdagangan obat biusnya dengan impunitas sebagai imbalan atas dukungan keuangan Noorzai,” kata Hakim Sirkuit AS, Denny Chin dalam keputusannya untuk menolak banding Noorzai pada Juli 2013.
Haji Bashir Noorzai adalah pemimpin suku Noorzai di Kandahar, provinsi berpenduduk sekitar 1 juta orang. Dia juga bagian dari suku Durrani. Menurut Brooking, banyak pemimpin Taliban berasal dari suku ini. Mengamankan pembebasan Noorzai akan “menebus utang kehormatan” kepada salah satu pendukung bersejarah utama mereka tersebut.
Kembalinya Noorzai ke Afghanistan juga akan membawa kohesi suku pada saat Taliban sedang menghadapi perpecahan internal karena faksi-faksi yang berkuasa sedang merebut posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Salah satu persoalan yang menghambat terbentuknya pemerintahan yang inklusif karena adanya perpecahan itu, namun dugaan itu dibantah Taliban.
Sulit
Namun, tuntutan Taliban agar Noorzai dibebaskan tampaknya akan sulit dipenuhi karena perlu persetujuan dari Presiden Joe Biden. Pengampunan oleh presiden akan bertentangan dengan kebijakan tanpa konsesi yang bertujuan untuk mencegah penculikan. Penculikan sering digunakan untuk mendapat tebusan, yang telah menjadi sumber dana yang menguntungkan bagi teroris di seluruh dunia.
Membebaskan seorang raja narkoba Afghanistan dari hukuman berat juga akan berisiko memantik kembali kritik atas penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Penarikan yang terburu-buru menyebabkan jatuhnya pemerintah Afghanistan dukungan Barat dan kembalinya Taliban.
Keputusan yang terburu-buru itu juga membuat puluhan ribuan orang memenuhi syarat untuk tinggal di AS dan di negara lain masih terjebak di Afghanistan. Noorzai bakal menjadi masalah serius dalam hubungan AS-Taliban ke depan. (AP/AFP/REUTERS)