Korsel Buka Dialog, Korut Uji Rudal Hipersonik Lagi
Korea Utara berhasil melakukan uji coba peluru kendali hipersonik yang diyakini akan menambah ketegangan di Semenanjung Korea. Tindakan ini berlawanan dengan upaya yang tengah dilakukan Korsel.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
SEOUL, KAMIS — Setelah sukses melakukan uji coba rudal hipersoniknya pada September tahun lalu, Korea Utara dilaporkan kembali melakukan uji coba rudal hipersonik mereka, Rabu (5/1/2022), di Provinsi Jagang yang berbatasan dengan China. Uji coba ini dilakukan di tengah keinginan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk mencari terobosan diplomatik sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei nanti.
Kantor berita Korea Utara KCNA, Kamis (6/1/2022), menyebut uji coba itu melibatkan hulu ledak yang bisa mencapai target hingga 700 kilometer dari lokasi peluncuran. Selain itu, uji coba pertama di tahun 2022 tersebut dimaksudkan untuk menguji kembali mekanisme kontrol penerbangan dan stabilitas rudal ketika aktif berada di udara. Uji coba juga menilai kinerja gerakan lateral yang baru disematkan pada hulu ledak.
Uji coba kali ini, menurut KCNA, juga digunakan untuk memverifikasi sistem ampul bahan bakar yang digunakan ketika rudal ditembakkan saat musim dingin.
Seoul dan Tokyo mendeteksi peluncuran rudal balistik itu, yang kemudian jatuh di laut timur Semenanjung Korea. Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan, rudal yang diluncurkan Korut terbang sekitar 500 km atau sekitar 310 mil, jarak tempuh yang lebih pendek dibanding klaim militer Korut.
Dewan Keamanan Nasional Korsel mengadakan pertemuan darurat setelah peluncuran itu berlangsung. Dalam pernyataannya, mereka mengungkapkan keprihatinan soal uji coba rudal itu di tengah situasi eksternal dan internal yang sangat membutuhkan kestabilan. Mereka juga menyerukan Korut untuk segera kembali ke meja perundingan.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyesalkan uji coba tersebut. ”Sejak tahun lalu, Korea Utara telah berulang kali meluncurkan rudal, yang sangat disesalkan,” kata Kishida kepada wartawan.
Kecaman juga datang dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Juru bicara Deplu AS, Ned Price, mengulangi seruan Gedung Putih agar pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mau membuka pintu dialog dengan AS dan Korsel. Dia juga menegaskan, uji coba rudal hipersonik Korut itu melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangga, yaitu Korsel dan Jepang.
Menjaga tensi
Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang semua uji coba rudal balistik dan nuklir oleh Korea Utara, serta telah menjatuhkan sanksi atas program tersebut. Namun, Korut bergeming atas tindakannya melakukan berbagai uji coba rudal balistik. Korut beralasan mereka tidak boleh dihukum karena mengembangkan senjata yang sudah dimiliki oleh negara lain.
Beberapa jam setelah peluncuran, Pemerintah Jepang mengumumkan rencana pembicaraan menteri pertahanan dan menteri luar negerinya dengan Pemerintah AS, Jumat besok. Untuk mencoba mengurangi tensi di Semenanjung Korea, Price menyatakan, Washington siap bertemu dengan Pyongyang tanpa syarat. Price juga menyatakan bahwa Washington tidak memiliki niat bermusuhan dengan Pyongyang.
Niat untuk mengurangi tensi di Semenanjung Korea secara tegas dinyatakan Presiden Moon dalam beberapa hari terakhir. Pada hari peluncuran, Moon tengah berada di Goseong, sebuah kota di pantai timur Korsel yang dekat dengan perbatasan Korut.
Di kota itu, Moon menghadiri upacara peletakan batu pertama jalur kereta api yang diharapkan akan menghubungkan kedua Korea. Moon menyebut jalur kereta api itu adalah batu loncatan untuk perdamaian dan keseimbangan regional bagi kedua Korea.
Dalam sambutannya, Moon mengakui uji coba rudal hipersonik itu menimbulkan kekhawatiran dan ketegangan. Dia pun menyerukan agar Korut secara tulus mau berdialog dengan Korsel.
”Kita tidak boleh menyerah pada harapan untuk berdialog untuk mengatasi situasi ini secara mendasar. Jika kedua Korea bekerja sama dan membangun kepercayaan, perdamaian akan tercapai suatu hari nanti,” kata Moon.
Menghubungkan kembali kedua Korea dengan kereta api adalah masalah sentral dalam pertemuan antara Kim dan Moon pada 2018. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil setelah tersendat pada 2019. (AFP/REUTERS)