10 Tahun Lagi, China Diprediksi Kalahkan AS sebagai Negara Terkaya
Sebuah lembaga konsultan Inggris memperkirakan porsi AS pada PDB global akan menurun secara bertahap dalam tahun-tahun mendatang. Posisi AS sebagai negara terkaya di dunia akan diambil alih oleh China.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
LONDON, SENIN — China ditaksir menjadi negara terkaya di dunia pada 2031. Taksiran itu membuat China menggusur Amerika Serikat yang menduduki posisi tersebut selama puluhan tahun. Perekonomian Indonesia pun ditaksir akan bertambah lebih dari 100 persen dalam 10 tahun ke depan.
Lembaga konsultan Inggris, Center for Business and Economic Research (CEBR), mengeluarkan taksiran itu lewat laporan pada Sabtu (25/12/2021) malam waktu London atau Minggu dini hari WIB.
Dalam laporan bertajuk ”World Economy League Table (WELT)” yang dikeluarkan sejak 2009 itu, CEBR menaksir produk domestik bruto (PDB) China pada 2031 akan mencapai 37,6 triliun dollar AS. Kini, PDB China bernilai 16,8 triliun dollar AS. Adapun PDB AS berubah dari 22,8 triliun dollar AS pada 2021 menjadi 35,4 triliun dollar AS pada 2031.
”China ingin menjadi negara berpendapatan tinggi pada akhir rencana pembangunan ke-14 atau pada 2025. Keinginan itu membuat mereka (China) harus menaikkan PDB per kapita melebihi 12.695 dollar AS ini,” demikian tercantum di laporan itu.
”Taksiran CEBR menunjukkan target itu akan terlampau pada 2025. China akan resmi menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2024 jika berdasarkan taksiran ini.”
Memang, CEBR juga mencatat bahwa taksiran perebutan posisi AS oleh China terlambat dari taksiran awal. Pada 2020, CEBR menaksir China akan menjadi negara terkaya pada 2029. Karena ada perkembangan mutakhir, CEBR mengoreksinya menjadi 2031.
”Kami memperkirakan porsi AS pada PDB global akan menurun secara bertahap dalam tahun-tahun mendatang dan pada akhirnya (posisi AS sebagai negara terkaya) akan diambil alih oleh China,” lanjut laporan itu.
Salah satu kendala China mengambil posisi AS adalah dampak ekonomi akibat Covid-19. Seperti banyak negara lain, perekonomian China juga dihantam Covid-19. Meski sudah mulai menunjukkan pemulihan, perekonomian China tidak berada di jalur seperti beberapa tahun sebelumnya. Beijing tidak lagi tumbuh di atas 10 persen per tahun. Itu karena modal Beijing terus tergerus.
Dalam riset terpisah oleh Bloomberg, ada keraguan China akan benar-benar bisa mengungguli AS. Keraguan itu terutama disebabkan oleh perubahan tatanan ekonomi global. Sejak masa Donald Trump dan kini Joe Biden, AS memaksakan model perekonomian global baru yang semakin sulit diakses China.
Tren proteksionisme yang didorong AS dan sekutunya menyulitkan China mengakses banyak pasar. Tanpa akses pada berbagai pasar, sulit bagi China terus menaikkan kapasitas perekonomiannya.
Sementara di dalam negeri, China juga semakin kekurangan modal. Kasus gagal bayar raksasa properi China, EverGrande, menggambarkan ada persoalan utang yang akut di perekonomian China. Selama beberapa tahun terakhir, Beijing semakin cemas dengan kemampuan China menanggung beban utang.
Sejumlah pihak di luar Beijing lebih cemas lagi. Itu karena China tidak pernah mengeluarkan data yang benar-benar resmi dan dapat dipercaya soal komposisi utangnya.
Masalah lain yang tidak kalah penting adalah tenaga kerja. Sejak awal abad ke-21, Beijing sudah menyadari kemungkinan penurunan dan penuaan populasi. Kebijakan satu keluarga satu anak membuat China kekurangan orang.
Kini, persoalannya ditambah dengan biaya hidup yang semakin tinggi sehingga banyak orang tidak mau menikah. Akibatnya, populasi China terus menurun. Penurunan populasi berarti pengurangan tenaga kerja dan potensi pasar dalam negeri. Hal itu bisa menekan pertumbuhan ekonomi.
Negara lain
Dalam laporan CEBR, tidak hanya AS yang menurun posisinya. Dengan 5 triliun dollar AS pada 2021, Jepang menjadi negara terkaya ketiga. Pada 2031, Jepang akan digusur India. Itu karena PDB Jepang saat itu ditaksir bernilai 6,5 triliun dollar AS, sementara India melonjak dari 2,9 triliun dollar AS pada 2021 menjadi 6,8 triliun dollar AS pada 2031.
Penurunan posisi Jepang diikuti Jerman yang kini menjadi negara terkaya keempat di dunia dengan PDB 4,19 triliun dollar AS. Pada 2031, PDB Jerman akan menjadi 6,32 triliun dollar AS.
CEBR mencatat, Indonesia sebagai salah satu negara dengan kinerja yang membaik. Dari peringkat ke-16 dengan PDB 1,16 triliun dollar AS pada 2021, Indonesia akan naik ke posisi ke-14 dengan PDB 2,6 triliun dollar AS pada 2031. Bahkan, CEBR menaksir Indonesia menjadi negara terkaya kedelapan dengan PDB 4,13 triliun dollar AS pada 2036.
Dalam laporannya, CEBR memang menyebut pandemi Covid-19 ikut memukul Indonesia, seperti halnya dialami negara lain. Mulai Juli 2021, Indonesia kini berstatus negara berpendapatan menengah. Kinerja Indonesia dinilai membaik dan sudah memulai pemulihan. Indonesia dinilai telah kembali ke tren pertumbuhan seperti selepas mengatasi krisis 1998.
CEBR juga menyebut Indonesia sebagai salah satu negara dengan penanganan Covid-19 terbaik. Sejak puncak pada Juli-Agustus 2021, Indonesia kini bisa menekan laju infeksi di bawah 1 persen. (AFP/REUTERS)