Paus Serukan Jalan Dialog untuk Selesaikan Konflik di Dunia
Dalam pesannya, Paus Fransiskus antara lain mengajak mengingat konflik Israel-Palestina. Sampai sekarang, sepertinya tak ada tanda-tanda konflik itu akan selesai. Bahkan, malah ada kecenderungan peningkatan ketegangan.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
VATIKAN, SABTU — Paus Fransiskus mengajak warga dunia mengedepankan dialog dan mengingat mereka yang menderita. Ajakan disampaikan dalam pesan Natal, Urbi et Orbi, Sabtu (25/12/2021), di Vatikan.
Pemimpin tertinggi umat Katolik itu mengatakan, Tuhan menginginkan dialog. Tuhan juga telah menunjukkan cara berdialog. ”Apa jadinya dunia tanpa dialog penuh kesabaran dari banyak orang baik yang berusaha menjaga keluarga dan masyarakat bersama?” ujar Paus.
Paus memandang, ada kecenderungan banyak pihak menghindari dialog. Di tingkat masyarakat, ada kecenderungan melakukan semua hal sendirian dan tidak mau lagi berhubungan dengan pihak lain.
”Di aras internasional, ada risiko menghindari dialog, risiko krisis mendorong pengambilan jalan pintas alih-alih jalan menuju dialog. Padahal, hanya jalan (dialog) itu bisa mengarah pada resolusi konflik yang menguntungkan semua,” tutur Paus.
Menurut pemimpin Katolik yang baru berulang tahun ke-85 itu, konflik tidak kunjung mereda di berbagai penjuru Bumi. Di berbagai tempat, konflik, krisis, dan ketidaksepahaman terus meningkat. ”Sepertinya tidak akan berakhir,” kata Paus.
Paus mengakui, ada banyak hambatan untuk mendorong dialog. Walakin, semua pihak harus terus mencoba mendorong dialog. Lewat dialog, diharapkan konflik bisa dicegah atau diakhiri. Karena itu, Paus berdoa agar semua pemimpin tergerak membawa kedamaian kepada setiap orang yang menderita akibat konflik dan ketegangan.
Korban akibat konflik
Paus mengingatkan, semua pertikaian itu menjadi pemicu penderitaan di banyak pihak. ”Mari mengingat warga Suriah, yang sudah lebih satu dekade didera perang yang menghasilkan banyak korban dan pengungsi tak terhingga. Mari melihat Irak yang masih berusaha pulih dari konflik panjang. Mari mendengar tangisan anak Yaman, tempat tragedi didiamkan selama bertahun-tahun,” katanya.
Tidak lupa, Paus juga mengajak mengingat konflik Palestina-Israel. Sampai sekarang, sepertinya tidak ada tanda-tanda konflik itu akan selesai. Bahkan, malah ada kecenderungan peningkatan ketegangan dengan dampak serius pada kehidupan masyarakat.
”Jangan pernah melupakan Bethlehem, tempat kelahiran Kristus, yang tengah mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi, menghambat peziarah ke Tanah Suci dan sangat menurunkan kehidupan warga,” ujarnya.
Paus juga mengajak melihat ke Lebanon yang juga tengah ditekan krisis. Warga dunia juga diajak mengingat Afghanistan yang membutuhkan bantuan setelah lebih dari 40 tahun dilanda perang. Ajakan mengingat warga terdampak perang juga diarahkan ke Myanmar.
”Kuatkan warga Myanmar, di mana intoleransi dan kekerasan semakin sering menyasar komunitas Kristen dan tempat ibadah, menghapuskan kedamaian warga,” kata Paus.
Secara khusus, Paus menyebut sejumlah negara dan kawasan di Afrika yang tengah dilanda konflik. Ia menyoroti Etiopia dan negara di sekitar Sahel. Selain perang saudara, warga di sana menjadi sasaran teror. Sementara di bagian lain Afrika, warga menderita karena tekanan ekonomi.
”Entaskanlah penderitaan saudara-saudara kami dari konflik di Sudan dan Sudan Selatan,” ujar Paus.
Paus berharap semua perang segera berakhir. Dengan demikian, seluruh tentara dan tawanan perang bisa pulang ke rumahnya masing-masing. Harapan agar bisa pulang juga disampaikan terkait nasib pengungsi. ”Mereka memohon agar kita tidak memalingkan muka, mengabaikan kemanusiaan kita. Ingatlah penderitaan mereka,” katanya.
Paus juga berdoa agar seluruh perempuan korban kekerasan selama pandemi mendapat pertolongan. Seluruh anak dan siapa pun yang menjadi korban selama pandemi juga mendapat pertolongan.
Doa pandemi berakhir
Tidak lupa, Paus memberi perhatian khusus untuk mereka yang terkait penanganan pandemi dan dampaknya. “Tuhan, berkahi kesehatan dan inspirasi untuk semua orang yang berusaha mencari penyelesaian krisis ini dan dampaknya. Bukalah hati untuk memastikan semua obat, khususnya vaksin, tersedia bagi semua yang membutuhkan. Berilah imbalan kepada orang baik yang mau merawat mereka yang sakit,” tuturnya.
Rangkaian pesan itu dibacakan Paus di hadapan ribuan umat Katolik yang menyimaknya dari lapangan Santo Petrus. Seperti sebelumnya, Paus membacakan Urbi et Orbi dari balkon. Dalam video dan foto terlihat, Paus tidak mengenakan masker. Sementara sejumlah imam yang mendampinginya mengenakan masker.
Sebagian anggota Garda Swiss, pasukan pengawal Kepausan, juga terlihat mengenakan masker. Mereka berbaris sembari tetap menjaga jarak. Mereka mengenakan seragam yang sudah ratusan tahun tidak berubah warnanya. Seragam warna warni dilengkapi ketopong.
Sebagian besar hadirin di lapangan juga mengenakan masker. Walakin, sebagian mereka berdesakan di bawah gerimis yang mengguyur Vatikan.
Memang, kondisi Natal 2021 sama sekali berbeda bila dibandingkan perayaan Natal 2019 dan sebelumnya. Sampai 2019, warga sudah memadati hampir seluruh sisi Lapangan Santo Petrus sejak malam. Sementara kali ini, sebagian lapangan tetap kosong.
Suasana Natal yang kurang meriah juga dirasakan di Bethlehem. Kota Palestina tempat Kristus dilahirkan itu juga tidak seramai sebelumnya. Pembatasan gerak untuk mengendalikan laju infeksi menggagalkan keinginan banyak orang menuju Bethlehem untuk merayakan Natal di sana. Kondisinya persis yang digambarkan Paus dalam khutbah Natalnya.
Banyak hotel dan kedai di Bethlehem tetap tutup. Padahal, sampai 2019, berbagai kedai dan penginapan tidak pernah sepi dari para peziarah. Otoritas Palestina dan Israel sama-sama tidak mencatat ada satu pun pelancong asing ke Bethlehem pada Natal 2021. (AFP/REUTERS)