India-China Perlu Bangun Hubungan yang Jujur untuk Atasi Konflik di Himalaya
Berbahaya jika India dan China membiarkan ketegangan di antara mereka di perbatasan Himalaya mengarah pada kemerosotan hubungan bilateral. Mereka perlu memperkuat hubungan yang jujur.
Saat ini puluhan ribu tentara India dan China dilaporkan sedang melakukan aktivitas di wilayah masing-masing dekat garis kontrol aktual, garis batas kedua negara di dataran tinggi Himalaya. Konsentrasi militer di tengah musim dingin yang beku itu terjadi 1,5 tahun setelah konflik mematikan di wilayah yang sama.
Pada 15-16 Juni 2020, tentara India dan China terlibat bentrok fisik di lembah Sungai Galwan, dekat garis kontrol aktual (LAC), antara Tibet China dan Ladakh India. Sekitar 20 tentara India tewas, tidak termasuk korban luka-luka. Tidak ada jumlah pasti tentang banyaknya korban jiwa di sisi tentara China. Hanya disebutkan secara umum bahwa 40 tentara China jadi korban.
Dari sudut pandang Beijing, insiden yang terjadi 1,5 tahun silam itu dipicu oleh tentara India yang melanggar perbatasan kedua negara di lembah Sungai Galwan. Tentara India dilaporkan memprovokasi dan menyerang prajurit China, yang memicu konfrontasi fisik di antara pasukan penjaga perbatasan kedua negara.
New Delhi membantah telah memprovokasi. Tentara India mengaku dihalangi kala mencoba membuka jalan perintis di tepi Pangong Tso (Danau Pangong) di lembah Galwan. Jalan itu merupakan bagian dari rencana India membangun ruas penghubung Darbuk, Shayok, dan Daulat Beg Oldie di lembah Galwan.
Baca juga: Tentara India dan China Tewas dalam Baku Tembak di Perbatasan
Daulat Beg Oldie adalah tempat perkemahan tradisional dan pangkalan militer India saat ini yang terletak di tengah Pegunungan Karakoram di Ladakh utara, India. Sudah belasan kali terjadi pembicaraan antara para komandan militer China-India untuk meredakan ketegangan, tetapi konsentrasi militer keduanya kini muncul lagi di tengah musim dingin seperti pada musim dingin 2020.
Satu setengah tahun setelah bentrokan di lembah Galwan terjadi dan tentara China mencegah patroli tentara India ke tempat-tempat yang telah mereka tuju selama bertahun-tahun, kedua belah pihak kini meningkatkan lagi pengerahan militer. Keduanya juga memacu pembangunan infrastruktur permanen di wilayah sengketa yang telah dikuasai oleh tiap-tiap pihak.
Seorang mantan diplomat dan Penasihat Keamanan Nasional India mengatakan, China membangun desa-desa baru di wilayah yang dianggap India miliknya. Beijing mengklaim membangun desa-desa itu di wilayahnya sendiri. Para komandan militer India dan China terus bertemu untuk meredakan ketegangan.
Desa-desa China itu dilaporkan dibangun di seberang LAC sisi wilayah yang diklaim India. Ada pertanyaan spekulatif, mengapa China memasuki dan menduduki wilayah di seberang LAC? Tindakan itu dinilai diplomat tersebut sebagai melanggar protokol perbatasan 2015, yang telah dirundingkan sejak 1980-an, serta Perjanjian Perdamaian dan Ketenangan Perbatasan (BPTA) 1993.
Hal yang pasti dan jelas bahwa tindakan membangun desa-desa baru itu tentu merupakan buah keputusan tingkat tertinggi demi alasan politik dan strategis, bukan hanya karena alasan taktis. Militer China bergerak dalam skala besar dan di banyak lokasi secara bersamaan untuk ”kedaulatan” negara.
Baca juga: Jumlah Korban Tewas Melonjak dalam Konflik di Perbatasan India-China
Dalam pernyataan resmi dan menurut undang-undang perbatasan darat China yang baru, yang dilegislasi pada musim gugur 2021, tindakan itu dibenarkan atas nama kedaulatan negara. Tentu saja hal itu membuat perselisihan atau konflik perbatasan India dan China menjadi semakin sulit untuk diselesaikan.
Beijing sebelumnya telah menggambarkan perbedaan atau ketidaksepakatan soal batas wilayah keduanya sebagai produk sejarah. Namun, mereka tetap memberikan ruang untuk saling memberi, menerima, dan bernegosiasi. Sebaliknya, kedaulatan negara adalah sesuatu yang suci dan tidak dapat diganggu gugat.
Sikap keras China telah mengubah India. Tindakan Beijing di perbatasan telah mengesampingkan opini publik India. New Delhi merasa perlu memperkuat diri dan menjadi penyeimbang China. India kemudian mempererat hubungan militer dan keamanan dengan AS.
India juga bergabung dalam aliansi Quad. Dengan menjadi bagian aliansi dialog segi empat ini, India dapat bekerja sama dengan Australia, Jepang, dan Amerika Serikat untuk mengambil peran yang jauh lebih aktif dalam dialog-dialog keamanan. India juga melakukan negosiasi perdagangan jalur cepat dengan Australia, Uni Eropa, dan Inggris.
Prospek solusi perbatasan yang dinegosiasikan India dan China jelas telah surut. Hubungan kedua negara akan lebih antagonis dalam beberapa waktu mendatang. Namun, sangat berbahaya jika India dan China membiarkan ketegangan di perbatasan mengarah pada kemerosotan permanen dalam hubungan bilateral mereka, yang sebenarnya telah saling menguntungkan.
Kebekuan negosiasi dalam menghadapi konflik perbatasan akibat sikap tidak tulus dan tidak jujur di meja perundingan serta tindakan nyata di lapangan, meningkatkan risiko konflik militer di antara dua negara besar itu. Eskalasi ketegangan dapat mengancam kepentingan bersama mereka.
Ikatan yang kompleks
Meskipun saling berhadapan di perbatasan, India dan China sebenarnya memiliki ikatan kompleks yang membutuhkan komunikasi dan kerja sama yang lebih kuat. China adalah mitra dagang utama India pada 2020, tahun ketika terjadi bentrokan di Lembah Galwan.
Baca juga: India Tuding China Lakukan Tindakan Provokasi di Perbatasan
Data yang dirilis Administrasi Umum Bea Cukai China (GAC) pada pertengahan Juli 2021, seperti dilaporkan Global Times, menunjukkan bahwa perdagangan India-China pada 2021 telah memecahkan rekor sebelumnya.
Terlepas dari ketegangan di perbatasan, perdagangan India-China ternyata tumbuh 62,7 persen menjadi 57,48 miliar dollar AS pada semester pertama 2021. Nilai perdagangan itu lebih tinggi dari level pra-pandemi Covid-19, yang senilai hanya 44,72 miliar dollar AS pada semester pertama 2020.
Perdagangan India-China pada paruh pertama 2021 memecahkan semua rekor sebelumnya, tumbuh 62,7 persen year on year, tertinggi di antara mitra dagang terbesar China lainnya. India mengekspor barang senilai 14,7 miliar dollar AS ke China dan mengimpor barang senilai 42,6 miliar AS dari negara tetangganya itu.
Zhao Gancheng, peneliti di Shanghai Institute for International Studies, kepada Global Times mengatakan, peningkatan perdagangan bilateral terjadi karena India mengimpor peralatan medis dari China untuk memacu produksi vaksin dalam negeri di tengah gelombang kedua Covid-19.
Guru Besar Studi Keamanan di Institut Teknologi Massachusetts, AS, Vipin Narang juga tak yakin konflik China-India akan semakin parah mengingat hubungan kedua negara itu kian erat. China juga mitra dagang terbesar India. Mahasiswa India banyak yang kuliah di China. Ada banyak faktor yang diyakini bisa memaksa China-India untuk tidak memperparah situasi keamanan atau setidaknya mempertahankan status quo.
Pertumbuhan yang luar biasa dalam perdagangan bilateral India-China terjadi di tengah ketegangan militer yang besar di antara kedua negara di sepanjang LAC. Fakta ini seharusnya menjadi perhatian utama dalam meningkatkan upaya mengakhiri perselisihan perbatasan dengan jalan damai agar tidak mengganggu hubungan bilateral yang terus bertumbuh itu.
Apalagi kedua negara memiliki minat yang sama dalam memerangi perubahan iklim, terorisme, dan mempromosikan keamanan energi. Sama seperti AS dan China, India dan China harus menemukan cara untuk mengelola persaingan sehingga mereka bisa bekerja sama pada saat-saat dibutuhkan.
Dialog serius
Shivshankar Menon, profesor tamu Hubungan Internasional di Universitas Ashoka, India, mengatakan bahwa semua itu mengharuskan India dan China memulai dialog serius dalam mengatasi masalah bilateral dan mencari kerangka kerja strategis baru untuk membangun dialog tersebut.
”Keduanya bisa mencegah ketegangan di perbatasan dan menemukan landasan bersama dalam isu-isu internasional,” kata Menon dalam artikelnya di Foreign Policy.
Baca juga: Bagi India dan China, Lebih Aman Mempertahankan ”Status Quo”
Namun, untuk New Delhi, dialog itu harus disertai pencegahan konflik perbatasan, dengan langkah-langkah baru yang dapat membuat Beijing bertanggung jawab jika melakukan serangan atau pelanggaran di masa depan. ”Jika tidak, risiko meningkatnya ketegangan dan bahkan konflik militer langsung antara dua kekuatan nuklir itu akan menjadi sangat tinggi,” kata Menon lagi.
Ada beberapa kesamaan hubungan India-China dan hubungan China-AS. Keduanya mencakup unsur kerja sama dan kepentingan bersama di samping masalah keamanan. Kedua negara perlu berkolaborasi meski harus diakui keduanya juga bersaing hingga tahap yang membahayakan.
Masih belum jelas apakah India-AS dapat bekerja sama dengan China untuk merancang kerangka kerja atau pagar pembatas yang akan mencegah hubungan mereka keluar rel. India-China bisa mulai menstabilkan hubungan dengan membangun mekanisme manajemen krisis untuk menangani insiden tidak terduga di perbatasan.
New Delhi dan Beijing perlu meningkatkan komunikasi, termasuk dengan terlibat dalam dialog strategis bilateral tingkat tinggi untuk mengidentifikasi kepentingan masing-masing. Keduanya harus menentukan mana kepentingan yang saling melengkapi dan mana yang bertentangan, lalu memutuskan bagaimana mengelola hubungan itu. (AFP/REUTERS)