Stok Pangan Semakin Menipis, Militer Filipina Berkejaran dengan Waktu
Warga dan pengungsi topan Rai di wilayah tengah dan selatan Filipina kini membutuhkan bantuan pangan, air bersih, dan obat-obatan karena persediaan di wilayah semakin menipis. Sejumlah negara telah mengirimkan bantuan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
MANILA, KOMPAS — Persediaan bahan pangan dan air bersih warga di daerah-daerah terlanda topan Rai semakin menipis. Diperkirakan stok pangan dan air bersih hanya bisa bertahan satu atau dua hari saja. Situasi darurat ini membuat militer dan badan penanggulangan bencana Filipina harus bekerja cepat memastikan bantuan tersalurkan ke daerah-daerah yang paling membutuhkan.
”Makanan kami hampir habis. Mungkin dalam beberapa hari atau malah besok,” Simplicia P Pedrablanca, Wali Kota Tubajon, salah satu kota di Pulau Dinagat, yang paling parah tersapu topan Rai, kepada stasiun radio lokal DZBB, Kamis (23/12/2021).
Harapan yang sama juga disampaikan Gubernur Bohol Arthur Yap. Dia meminta pemerintah pusat untuk mengirimkan dana agar pemerintah provinsi bisa membeli persediaan bahan pangan dan air minum bagi warganya. ”Jika Anda tidak akan mengirim uang untuk membeli makanan, kirim tentara dan polisi karena akan ada penjarahan di sini,” kata Yap memperingatkan.
Topan Rai yang melanda wilayah tengah dan selatan Filipin dengan kekuatan lebih dari 200 kilometer per jam telah menewaskan hampir 400 warga. Menurut data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOCHA), topan yang dikenal dengan sebutan Odette oleh warga Filipina itu membuat 630.000 warga mengungsi dan berdampak pada 1,8 juta warga lain.
Concepcion Tumanda, warga Bohol yang tinggal di tepi Sungai Loboc, wilayah Visayas tengah, mengatakan, tempat tinggalnya nyaris rata dengan tanah. Dia tidak memiliki apa-apa lagi yang bisa digunakan untuk tempat berlindung. ”Kami tidak punya apa-apa lagi,” katanya.
Hal yang sama dikatakan Gisella Toledo. ”Kami membutuhkan makanan, terutama beras dan air,” ujarnya.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengumumkan situasi darurat di daerah yang dilanda bencana. Duterte menaikkan nilai bantuan, dari semula hanya 40 juta dollar AS menjadi 200 juta dollar AS, untuk tanggap darurat dan pemulihan. Pemerintah pusat juga mulai mengarahkan pemanfaatan dana tanggap darurat bencana untuk mempercepat penyediaan kebutuhan warga dan korban.
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana telah memerintahan Angkatan Bersenjata Filipina untuk mengerahkan kapal, pesawat terbang, helikopter, hingga truk dan kendaraan militer lain untuk mempercepat upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan ke daerah terdampak. Bantuan yang telah dikirimkan adalah bahan makanan, air minum, serta obat-obatan yang dibutuhkan korban dan warga penyintas. Palang Merah Filipina melakukan tindakan serupa.
Namun, pejabat dan warga setempat mengeluhkan kedatangannya yang tidak cukup cepat. ”Tolong percepat bantuannya. Bantuan pemerintah jadi satu-satunya harapan kami karena kami tidak punya apa-apa lagi,” kata seorang pekerja di sebuah restoran terapung di Sungai Loboc yang hancur diterjang badai.
Antrean warga untuk memperoleh air bersih banyak terlihat di kota Bohol. Sementara kerumunan besar pengendara sepeda motor mengantre di SPBU.
”Air adalah masalah utama kami. Kontainer air yang disediakan lembaga bantuan tidak terlalu besar. Hanya 5 liter. Jadi, kami selalu kehabisan air,” kata Jocelyn Escuerdo, salah seorang pengungsi. Dia menambahkan, persediaan bahan pangan untuk dirinya dan keluarga hanya cukup untuk satu hari lagi.
Danilo Atienza, Kepala Badan Bencana di Leyte Selatan, mengatakan, pemerintah telah menyediakan bahan makanan dan nonmakanan, tetapi tidak mencukupi karena banyak warga yang membutuhkan. Bantuan asing mulai berdatangan ke Filipina, termasuk dari Jepang dan China. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa sedang bekerja dengan mitra untuk membantu di urusan tempat tinggal, kesehatan, makanan, perlindungan, dan respons penyelamatan jiwa lainnya.
Alberto Bocanegra, Kepala Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Filipina (IFCR), meminta bantuan sekitar 22 juta dollar AS untuk tanggap darurat dan pemulihan. Pemerintah Inggris menjanjikan bantuan senilai 1 juta dolar AS bagi IFCR. Janji senada juga disampaikan Pemerintah Kanada dan Uni Eropa, masing-masing senilai 2,3 juta dollar AS dan 2 juta dollar AS. (AFP/REUTERS)