Penyelamatan Korban Banjir Malaysia dan Topan Rai Lamban
Proses penyelamatan para korban bencana banjir di Malaysia dan topan Rai di Filipina berjalan lamban karena transportasi dan komunikasi terputus. Pemerintah segera mengirimkan bantuan makanan, air bersih, dan obat.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, SENIN — Sedikitnya delapan orang tewas di Negara Bagian Selangor, Malaysia, dan lebih dari 32.000 warga di delapan negara bagian terpaksa mengungsi ke kamp pengungsian. Di Selangor, negara bagian terkaya di Malaysia, terdapat sedikitnya 10.000 orang yang terpaksa mengungsi. Jumlah korban di Selangor, daerah yang paling parah terdampak banjir, hanya perkiraan karena diyakini masih lebih banyak korban yang membutuhkan pertolongan. Pemerintah Malaysia mengerahkan tentara dan tim pencari dan penyelamat ke daerah-daerah yang terdampak banjir. Hanya saja, prosesnya lambat karena kekurangan perahu dan tenaga.
Kantor berita Malaysia, Bernama, Senin (20/12/2021), menyebutkan kepastian jumlah korban dan warga yang membutuhkan pertolongan tidak diketahui karena jalur komunikasi ke daerah-daerah terputus. Kelambanan proses penyelamatan pemerintah ini diprotes para anggota parlemen. ”Ini sudah tiga hari dan orang masih berteriak minta tolong dikirimi perahu penyelamat. Pemerintah harus segera mengirim bantuan supaya tidak ada korban tewas,” kata anggota parlemen Malaysia dari Partai Aksi Demokratik, Hannah Yeoh.
Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob sudah memerintahkan agar proses penyelamatan dipercepat. Musim hujan dan banjir kerap terjadi di Malaysia menjelang akhir tahun dan warga juga kerap diungsikan setiap kali terjadi banjir. Hujan deras sejak Jumat pekan lalu membuat air sungai meluap dan membanjiri kawasan perkotaan hingga jalanan terputus dan masyarakat terjebak di rumah dan apartemen. ”Curah hujan di Selangor sangat tinggi. Kira-kira seperti hujan sebulan hanya turun dalam sehari,” ujar Ismail.
Warga daerah Taman Sri Muda, Sazuatu Remly (43), dan keluarganya akhirnya berhasil diselamatkan teman-temannya setelah terjebak di rumah selama tiga hari. ”Tidak ada bantuan dari pemerintah. Semoga pemerintah segera datang membantu korban,” ujarnya.
Ismail berjanji akan memberikan bantuan darurat kepada korban banjir dan pendanaan awal sebesar 23,7 juta dollar AS untuk biaya perbaikan rumah dan infrastruktur. Akibat banjir, puluhan ribu orang kemungkinan akan kesulitan dalam pasokan air bersih karena pengolahan air bersih di Selangor terganggu. Bencana banjir Malaysia yang terparah pernah terjadi pada 2014. Pada waktu itu, sedikitnya 118.000 orang terpaksa mengungsi.
Topan Rai
Seperti halnya Malaysia, Pemerintah Filipina juga menggenjot penyelamatan korban topan Rai dengan memerintahkan militer mengirimkan bantuan untuk warga di daerah bencana menggunakan pesawat dan perahu. Jalur transportasi dan komunikasi juga terputus sehingga menyulitkan proses penyelamatan korban. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengaku kesulitan menyelamatkan korban sehingga yang diprioritaskan adalah pengiriman bantuan makanan, air bersih, dan obat-obatan. ”Kalau perlu, akan dikirimkan lebih banyak tentara,” ujarnya.
Jumlah korban yang tewas akibat topan terkuat di Filipina itu mencapai 375 orang, 500 orang terluka, dan 56 orang masih hilang. Lebih dari 380.000 orang juga mengungsi ketika topan Rai menerjang Filipina. Kawasan pinggiran pantai terdampak paling parah hingga membuat rumah, rumah sakit, dan sekolah luluh lantak rata dengan tanah. Situasi yang sama pernah terjadi pada saat topan Haiyan menerjang tahun 2013 yang menewaskan 7.300 orang.
Topan Rai menerjang Filipina pada akhir musim topan dan kebanyakan angin topan berkembang antara Juli dan Oktober. Kalangan ilmuwan sudah lama memperingatkan topan akan menguat jika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim. Filipina yang termasuk negara paling rentan terdampak perubahan iklim itu diterjang badai rata-rata 20 badai setiap tahun. Biasanya badai-badai itu menyapu habis hasil panen, rumah, dan infrastruktur lain di daerah-daerah miskin.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji akan segera memberikan bantuan lagi sebesar 40 juta dollar AS bagi para korban. Para korban mendesak pemerintah untuk segera mengirimkan bantuan karena sampai sekarang masih banyak yang belum mendapatkan bantuan. ”Tidak ada bantuan yang datang. Saya tidak tahu ke mana para politisi dan kandidat yang mau maju pemilu. Kami sudah bayar pajak mahal. Tidak ada gunanya karena pemerintah tidak datang membantu,” kata warga Surigao, Mindanao, Levi Lisondra. (REUTERS/AFP/AP)