Galur Omicron Makin Luas Tersebar di Asia Tenggara
Semakin banyak negara di kawasan Asia Tenggara melaporkan temuan perdana kasus Omicron. Pemerintah menyerukan agar warga tidak bepergian dan menerapkan pengetatan perbatasan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
MANILA, KAMIS — Kasus Covid-19 dengan galur Omicron semakin luas menyebar ke kawasan Asia Tenggara. Filipina, Laos, Kamboja, dan Indonesia menjadi empat negara terbaru yang melaporkan temuan pertama kasus dari galur tersebut. Sebelumnya, Singapura, Malaysia, dan Thailand sudah melaporkan temuan kasus Omicron di wilayahnya. Pemerintah negara-negara tersebut menyerukan agar warga tidak bepergian dan menerapkan pengetatan perbatasan.
Di Laos, kasus Omicron pertama terungkap pada seorang pekerja migran yang baru pulang dari Thailand. ”Kami mencurigai kasus Omicron marak di kalangan tenaga kerja kita yang baru kembali dari negara-negara sekitar. Pengetesan massal akan kami lakukan karena Omicron ini sukar terdeteksi akibat tidak memiliki gejala,” kata Wakil Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Laos Sisavath Soutthanilaxay kepada Vietnam News Agency, Rabu (15/12/2021).
Di negara tetangga Laos, Kamboja, kasus Omicron perdana mereka terdeteksi dari seorang warga negara yang baru pulang bepergian dari Ghana. Sementara otoritas Filipina, Rabu, mengungkapkan, kasus pertama berasal dari seorang pria yang kembali dari Jepang pada 1 Desember, sementara kasus kedua terjadi pada seorang pekerja berkewarganegaraan Nigeria yang tiba di Manila pada 30 November. Keduanya dinyatakan positif setelah tes Covid-19. Hasil tes lanjutan pada Selasa menunjukkan keduanya terinfeksi galur Omicron.
Pejabat kesehatan kembali menyerukan kepada warga Filipina untuk memakai masker dengan benar, sering mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. ”Kami terus mengingatkan masyarakat agar tidak lengah dan segera divaksinasi,” kata juru bicara kepresidenan, Karlo Nograles, dalam konferensi pers.
Filipina termasuk negara yang menerapkan kebijakan pembatasan paling ketat dan paling lama. Akibatnya, perekonomian merosot hingga 9,5 persen tahun lalu, terburuk sejak Perang Dunia II.
Sementara itu, di Selandia Baru, kasus Omicron pertama mereka berasal dari warga negara tersebut yang baru kembali dari Jerman. Pasien itu tercatat telah divaksinasi Covid-19 lengkap dan tidak menunjukkan gejala apa pun. Ia kemudian dikarantina di fasilitas khusus yang dikelola oleh pemerintah.
Dilansir dari media Stuff, Direktur Jenderal Kesehatan Kementerian Kesehatan Selandia Baru Ashley Bloomfield mengungkapkan, pemerintah belum punya rencana untuk melakukan karantina wilayah (lockdown). ”Kita lihat dulu perkembangan situasinya,” ujarnya.
Meskipun begitu, sejumlah pihak meminta pemerintah mempertimbangkan kembali kemungkinan menutup perbatasan negara. Apalagi, saat ini Selandia Baru memiliki gelembung perjalanan dengan Inggris. Padahal, Inggris pada 15 Desember saja mendeteksi ada 79.000 kasus positif Covid-19 baru meskipun belum ada penjelasan rincian kasus Omicron dari jumlah tersebut.
Jalur pernapasan
Berbagai penelitian mengenai galur Omicron tengah dilakukan. Salah satunya oleh Universitas Hong Kong. Tim peneliti menemukan bahwa galur ini berkembang biak sangat cepat di saluran pernapasan, bukan di paru-paru seperti galur Covid-19 lainnya. Di saluran pernapasan, Omicron berkembang 70 kali lebih cepat dibandingkan dengan galur Delta. Akan tetapi, di paru-paru, perkembangan Omicron sepuluh kali lebih lambat dari Delta.
”Kami juga mencari titik-titik pasti di tubuh manusia yang paling rentan diserang oleh Omicron. Kajian ini akan berguna untuk melihat dampak persis virus ini terhadap daya tahan tubuh manusia,” kata ketua tim peneliti, Michael Chan Chi-wei.
Sementara itu, tim peneliti dari Universitas Rutgers di Amerika Serikat menemukan bahwa galur Omicron sangat lengket dengan sel. Duri-duri di permukaan virus SARS-Cov-2 jenis ini mengikat permukaan sel. Joseph Lubin, salah satu peneliti di tim ini, mengibaratkan, koneksi antara virus galur Omicron dan sel seperti dua tangan yang berpegangan dengan cara menjalin jari-jemari mereka.
”Sel-sel daya tahan tubuh akan berusaha menyerang dari segala arah. Misalnya, dari permukaan sel yang tidak terjalin dengan virus. Oleh sebab itu, penting bagi kita semua untuk memastikan adanya daya tahan tubuh yang tinggi,” ujar Lubin.
Hal ini sejalan dengan keterangan dari Penasihat Kesehatan Gedung Putih Anthony Fauci kepada berbagai media di AS. Menurut dia, vaksin Covid-19 yang khusus menyasar galur Omicron sejatinya tidak diperlukan karena vaksin merek apa pun bisa menambah daya tahan tubuh.
Program pemberian dosis penguat (booster) menjadi prioritas di AS dan negara-negara Eropa. Inggris telah memberi dosis penguat kepada 43 persen warga mereka yang berumur 12 tahun ke atas. Di Jerman, Spanyol, Yunani, Hongaria, dan Kroasia, tidak hanya program dosis penguat yang berjalan, tetapi juga gerakan memvaksinasi anak-anak berusia 5-11 tahun.
Direktur Pengelola Covax, program vaksinasi Covid-19 Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi negara-negara miskin dan berkembang, Aurelia Nguyen, mencemaskan demam pemberian dosis penguat ini akan mengakibatkan nasionalisme vaksin di negara-negara maju. Negara-negara miskin akan terkena imbas tidak memperoleh vaksin, padahal mereka sangat membutuhkan. (AP/Reuters)