20 Tahun ”The Lord of The Rings”, Selandia Baru Berharap Parisiwisata Bangkit
Perayaan 20 tahun film ”The Lord of The Rings” dijadikan Selandia Baru sebagai momentum untuk membangkitkan kembali industri pariwisata dan film. Selama masa pandemi, kedua industri itu terpuruk.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Film pertama dari trilogi The Lord of The Rings yang berjudul ”The Fellowship of The Ring” pertama kali diputar di Bioskop Odean, London, Inggris, 10 Desember 2001. Selandia Baru yang menjadi lokasi syuting berharap perayaan 20 tahun film itu membangkitkan industri perfilman dan pariwisata setempat.
The Lord of The Rings (LOTR) adalah novel trilogi fantasi karya penulis Inggris, JRR Tolkien, yang pertama kali terbit pada 1954. Sebelumnya, Tolkien menerbitkan novel mini berjudul The Hobbit pada 1937 yang tokoh-tokoh di dalamnya kemudian menjadi sejumlah inspirasi bagi trilogi novel yang merupakan salah satu buku paling laku dalam sejarah dunia dengan penjualan mencapai 150 juta eksemplar.
Bagi masyarakat yang tidak berbahasa Inggris, pertama kali mengenal LOTR kemungkinan lewat film The Fellowship of The Ring yang dibintangi, antara lain, Viggo Mortensen, Liv Tyler, Elijah Wood, Orlando Bloom, dan John Rhys-Davies. Film ini tidak hanya laku keras di pasaran, tetapi juga melecut industri pariwisata di Selandia Baru.
Sutradara LOTR, Peter Jackson, yang merupakan warga negara Selandia Baru membawa produksi film tersebut ke tanah airnya. Mereka menyulap sebuah peternakan sapi dan domba di Matamata yang lokasinya 160 kilometer dari kota Auckland menjadi Hobbiton, yaitu kampung para Hobbit. Hobbit adalah makhluk kecil dengan kaki besar berbulu yang menjadi pembawa jalan cerita di novel ataupun film.
Berbagai tempat pun dijadikan Jackson sebagai latar untuk Middle Earth, alam tempat kisah LOTR terjadi. Berdasarakan data Kementerian Pariwisata Selandia Baru pada 2004, jumlah wisatawan asing naik 50 persen berkat trilogi LOTR. Mayoritas mereka mendatangi Hobbiton. Lanskap berikut properti film tetap dipertahankan sekalipun syuting film sudah berakhir.
”Biasanya, pengunjung ke Hobbiton kisarannya 300.000 hingga 1 juta orang per tahun. Akibat pandemi Covid-19, selama dua tahun ini kami hanya kedatangan 90.000 pengunjung,” kata Kepala Pengelola Hobbiton Shayne Forrest, Jumat (10/12/2021) waktu setempat.
Begitu terhantamnya pariwisata Selandia Baru, Hobbiton yang awalnya memiliki pegawai sebanyak 320 orang terpaksa memberhentikan sebagian besar di antaranya. Sekarang, tujuan wisata itu hanya memiliki 50 pegawai. Oleh karena itu, momentum perayaan 20 tahun film LOTR ini diharapkan bisa membawa kembali wisatawan datang ke Hobbiton.
Forrest kepada surat kabar The New Zealand Herald mengatakan, di Hobbiton akan diadakan pemutaran seluruh koleksi film LOTR. Bentuknya berupa layar tancap di luar ruangan sehingga para pengunjung bisa menjaga jarak. Bioskop-bioskop di Auckland dan Wellington juga akan melakukan pemutaran film-film LOTR.
”Kami juga mengadakan lomba lari half marathon (21 kilometer) di sekeliling Hobbiton. Pesertanya dianjurkan memakai kostum tokoh kesayangan mereka,” tutur Forrest.
Salah satu waralaba perhotelan, Woodlyn Park, seperti yang diliput oleh media properti Apartment Therapy juga mengubah beberapa liang Hobbit ini menjadi hotel. Satu liang berbentuk pondok bawah tanah yang bisa memuat enam tamu. Setiap liang dilengkapi dapur dan kamar mandi.
Berkat LOTR, Selandia Baru juga dilirik para pembuat film sebagai lokasi syuting. Sebut saja serial Netflix yang disadur dari komik Sweet Tooth, sepenuhnya dibuat di Selandia Baru. Ada juga film Bright Star yang diadaptasi dari novel Jane Campion, The Last Samurai, yang dibintangi oleh Tom Cruise, Wolverine yang dibintangi Hugh Jackman, dan Avatar yang disutradarai oleh James Cameron. Film-film ini membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat.
Pandemi Covid-19 menghentikan hampir semua kegiatan tersebut. Produksi film dari luar negeri tidak bisa memasuki Selandia Baru karena perbatasan negara ditutup. Bahkan, untuk pariwisata, Pemerintah Selandia Baru mengumumkan bahwa wisatawan asing baru bisa masuk pada April 2022. Itu pun dengan syarat telah menerima vaksin lengkap.
Dilansir dari liputan media Stuff, produksi film dan serial televisi asing akhirnya kabur dari Selandia Baru. Salah satunya adalah pembuatan serial televisi LOTR yang diproduksi oleh Amazon. Perusahaan yang dipimpin oleh Jeff Bezos ini menggelontorkan dana 251 juta dollar Amerika Serikat untuk membeli izin penyaduran ceritanya dari Yayasan Tolkien.
”Dana produksi secara keseluruhan mencapai 650 juta dollar AS hanya untuk musim tayang pertama. Ini serial televisi termahal yang pernah dibuat dan kita beruntung pembuatannya di negara ini,” kata Menteri Pembangunan Ekonomi dan Pariwisata Selandia Baru Stuart Nash kepada Radio New Zealand pada April lalu. Dari ongkos produksi ini, Selandia Baru memperoleh rabat sebesar 160 juta dollar AS.
Namun, kegembiraan ini hanya sejenak. Sama seperti produksi film asing lainnya, Amazon pun memilih meninggalkan Selandia Baru karena ketatnya aturan terkait penanganan Covid-19. Mereka akhirnya memindahkan produksi serial televisi LOTR untuk musim tayang kedua ke Inggris.
Meskipun demikian, Direktur Komisi Film Selandia Baru David Strong tetap optimistis. Menurut dia, seluruh dunia sedang berusaha pulih dari pandemi. Ia memercayai, dengan tetap menjamin keamanan dan protokol kesehatan, suatu saat nanti akan menjadi kunci kebangkitan industri perfilman Selandia Baru. (Reuters/DNE)