Pfizer: Suntikan Dosis Penguat Ampuh Melawan Omicron
Penelitian Pfizer-BioNTech menunjukkan, daya tahan tubuh pasien yang terpapar varian Omicron meningkat hingga 25 kali lipat setelah mendapat suntikan penguat. Namun, WHO bersikukuh pemerataan vaksinasi lebih mendesak.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Perusahaan farmasi Amerika Serikat dan Jerman, Pfizer-BioNTech, mengatakan bahwa suntikan dosis penguat vaksin Covid-19 buatan mereka ampuh untuk mengatasi galur Omicron. Hasil uji laboratorium ini masih harus ditelaah lebih lanjut, tetapi setidaknya memberi secercah harapan kepada dunia.
Pfizer-BioNTech mengumumkan hasil penelitian mereka secara tertulis pada hari Rabu (8/12/2021) waktu setempat. Mereka menyuntikkan dosis penguat (booster) kepada 20 pasien yang terpapar varian Omicron virus Covid-19. Mereka sebelumnya telah menerima dua dosis vaksin lengkap. Setelah darah mereka diperiksa, daya tahan tubuh mereka meningkat hingga 25 kali.
Walaupun demikian, Pfizer-BioNTech mengatakan bahwa hasil temuan ini masih penelitian tahap awal. Perlu dilakukan peninjauan oleh mitra bestari dan penelitian yang lebih lanjut untuk melihat spesifikasi kinerja vaksin Covid-19 terhadap galur Omicron. Pfizer merencanakan selesai membuat vaksis khusus Omicron per Maret 2022.
Para pakar kesehatan global menyambut baik hasil kajian awal Pfizer-BioNTech sambil terus bersikap skeptis. Ini memberi harapan bahwa Omicron yang memiliki 30 mutasi tetap bisa ditangani.
”Butuh ujian yang lebih luas dan banyak untuk melihat apakah betul dosis penguat memang sedemikian ampuh melawan Omicron. Hasil uji pasien di laboratorium tertutup belum bisa dijadikan landasan untuk intervensi lapangan yang faktual,” kata Direktur Eksekutif Institut Kajian Kesehatan Afrika William Hanekom.
Genjot vaksinasi
Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Gebreyesus terus meminta pemerintah semua negara untuk menggenjot vaksinasi mereka. Sejauh ini, penelitian mengenai kemanjuran dosis penguat melawan Omicron belum ada hasil yang pasti. Cara paling efektif melawan pandemi ialah memastikan semua orang divaksin lengkap.
”Omicron ini cepat menular meskipun dari segi gejala ringan. Ini berarti protokol kesehatan harus tertib ditegakkan dan pemerataan akses vaksin harus kita kebut,” ujar Tedros.
WHO menargetkan pada akhir Desember 2022 setidaknya 40 persen warga dunia telah divaksin. Jika gagal, akan sulit mencapai target 70 persen pada Maret-April 2022. Tanpa pemerataan akses vaksinasi, kasus-kasus baru di kalangan mereka yang belum divaksin akan terus muncul dan risiko mutasi virus juga meningkat. Saat ini, Omicron telah terdeteksi di 57 negara.
Imbauan Tedros itu sukar dipenuhi karena negara-negara maju terus mengupayakan memberi lebih banyak dosis penguat kepada rakyat sendiri. Contohnya, di Perancis. Sebanyak 90 persen warga dewasa di negara itu sudah divaksin lengkap. Penasihat Urusan Covid-19 Pemerintah Perancis Jean-Francois Delfraissy mengungkapkan, pemerintah tengah menyusun rencana pemberian dosis penguat yang kedua. Artinya, rakyat Perancis akan menerima dosis keempat.
Sementara itu, di China, yang belum menemukan kasus Omicron, pemerintahnya terus menerapkan kebijakan nihil Covid-19. Tes massal dan pembatasan kegiatan masyarakat diterapkan. Sebanyak 79,76 persen warga China sudah divaksin. Akan tetapi, karena jumlah yang belum divaksin mencapai 300 juta jiwa, pemerintah belum berani melakukan pelonggaran.
”Pada dasarnya, galur Omicron tetaplah virus SARS-Cov-2. Pemerataan vaksinasi tetap merupakan cara yang paling baik sambil kami terus membuat vaksin terbaru,” kata Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China Gao Fu kepada harian China News Weekly. (AFP/REUTERS)