Dua hari beruntun di awal pekan ini, Arab Saudi mencetak sejarah lewat Formula 1 dan festival film. Gelombang perubahan di negara itu bergulir semakin kencang.
Oleh
REDAKSI
·3 menit baca
Dua ajang bersejarah bagi Arab Saudi itu digelar di Jeddah, kota metropolis di tepi Laut Merah dan salah satu gerbang utama bagi warga dunia, termasuk jemaah haji dan umrah, masuk ke negara itu. Ajang Formula 1 berlangsung di sirkuit jalan raya Jeddah Corniche, Minggu (5/12/2021). Berselang sehari, Senin (6/12/2021), Jeddah langsung menggelar Festival Film Internasional Laut Merah hingga Rabu (15/12/2021) ini.
Lima tahun lalu, festival film di negeri sekonservatif seperti Arab Saudi jauh dari bayangan. Kala itu, pemutaran film di gedung bioskop masih haram. Situasi berubah pada April 2016 saat Putra Mahkota Arab Saudi, pemimpin de facto negeri itu, Pangeran Mohammed bin Salman, menggulirkan Visi Arab Saudi 2030, yang mendorong diversifikasi pendapatan negerinya lepas dari ketergantungan pada minyak.
Sejak itulah satu per satu perubahan terjadi di Arab Saudi. Salah satunya, mulai April 2018, Kerajaan Arab Saudi memberi lampu hijau pembukaan kembali bioskop di berbagai penjuru negeri. Perubahan dramatis lain diperkenalkan dengan memberi ruang publik lebih luas bagi perempuan, seperti izin mengemudikan kendaraan, akses masuk stadion atau menonton konser dan hiburan lain, penghapusan ruang pemisah antara perempuan dan laki-laki, hingga keran lapangan kerja di area publik bagi perempuan.
Awal pekan ini, berkat Festival Film Internasional Laut Merah, gelombang perubahan di negara itu bergulir semakin kencang. Pada pembukaan gala karpet merah, Senin lalu, pemandangan di lokasi acara di Jeddah hampir tiada bedanya dengan Cannes (Perancis) atau Los Angeles (Amerika Serikat), dua lokasi ajang festival film dunia. Para aktris, termasuk dua aktris Arab Saudi, Mila al-Zahrani dan Fay Fouad, berjalan di karpet merah dengan memakai gaun pesta tanpa atribut atau pakaian abaya hitam tradisional yang hingga kini masih menjadi pakaian resmi untuk perempuan Arab Saudi.
Mohammed al-Turki, Direktur Festival Film, menyebutkan, momen itu sebagai hari yang sangat bersejarah bagi Arab Saudi. Akun Twitter festival memasang tanda pagar berbunyi gelombang perubahan (amwaj al-taghyir) dalam unggahan pesan berbahasa Arab. Bagi insan sinema Arab Saudi, festival itu diharapkan menjadi awal kebangkitan film di negara itu. Para talenta sinema Arab Saudi, seperti perempuan sutradara Haifaa al-Mansour, yang pernah menjadi nomine penghargaan Oscar kategori film asing terbaik, bakal mendapatkan atmosfer kondusif untuk membuat karya filmnya.
Patut dicatat pandangan sutradara film Arab Saudi lainnya, Ahmed al-Mulla. Untuk mencapai agar sinema bisa membuka jalan bagi keberhasilan perubahan sosial dan ekonomi di negara itu, butuh standar tinggi kebebasan berekspresi. Tidak hanya memberi peran luas bagi perempuan, tetapi juga memberi ruang kebebasan untuk mengangkat isu yang beragam. Arab Saudi agaknya masih memiliki pekerjaan rumah yang besar.