Dukung Langkah AS, Jepang Siap-siap Lepas Cadangan Minyak
Konsumsi minyak Jepang pada masa sebelum pandemi Covid-19 mencapai 3,7 juta barrel per hari. Hal itu menjadikan Jepang konsumen minyak terbesar kelima di dunia, di bawah AS, China, India dan Rusia.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, SENIN — Demi mendorong penurunan harga minyak dunia, Pemerintah Jepang tengah mencari sejumlah cara untuk melepaskan cadangan minyak sesuai aturan hukum yang berlaku. Perubahan undang-undang terkait tata niaga minyak tengah dijajaki bersama untuk mendorong pelepasan cadangan minyak milik sektor swasta yang selama ini mendukung cadangan minyak nasional.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida akhir pekan lalu mengisyaratkan kesiapan untuk mendorong pelepasan cadangan minyak. Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno, Senin (22/11/2021), mengatakan, sejauh ini belum ada yang diputuskan. Sejumlah opsi tengah ditimbang-timbang dan dijajaki.
Sumber dari kalangan Pemerintah Jepang menyebutkan, pemerintah sedang mencari pelepasan porsi saham milik negara di luar jumlah minimum yang disyaratkan sebagai bagian dari solusi hukum. Sumber lain mengungkapkan, opsi pelepasan cadangan minyak didorong melalui perusahaan-perusahaan swasta. Meski bagian dari cadangan minyak nasional Jepang, cadangan milik swasta dapat dilepaskan tanpa batasan. ”Kami tidak punya pilihan selain melakukan sesuatu setelah permintaan datang dari Amerika Serikat,” kata sumber ketiga. Semua sumber menolak untuk diidentifikasi karena rencana tersebut belum diumumkan.
”Kami harus mengubah undang-undang dan itu akan memakan waktu. Namun, beberapa orang berpendapat bahwa persediaan yang bersifat pribadi/swasata dapat dilepaskan,” kata salah satu sumber. ”Kita perlu memperluas definisinya agar bisa dibebaskan,” kata pejabat itu, seraya menambahkan bahwa tidak ada tender dalam waktu dekat.
Seperti diwartakan, Pemerintah AS menggalang sejumlah negara konsumen minyak terbesar di dunia untuk mempertimbangkan pelepasan stok minyak mentah secara terkoordinasi dalam upaya menurunkan harga minyak dunia. Jepang bersama China, India, dan Korea Selatan termasuk di antara negara yang diajak AS. Washington merasa frustrasi terhadap Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya, seperti Rusia, yang tidak mau menambah produksi minyak sehingga harga minyak dunia tinggi.
Di dalam negeri, Biden tengah menghadapi tekanan politik, khususnya menjelang pemilihan paruh waktu tahun depan.
Meski langkah tersebut pernah dilakukan AS, sejumlah pihak menilai tindakan pemerintahan Presiden Joe Biden itu tidak biasa. Di dalam negeri, Biden tengah menghadapi tekanan politik, khususnya menjelang pemilihan paruh waktu tahun depan. Biden juga berupaya meredakan tekanan politik atas kenaikan harga minyak dan beban konsumen yang terdorong naik karena pemulihan ekonomi dari kondisi terpuruk pada awal pandemi Covid-19. Sejumlah pembantu dekat Biden menilai, merosotnya dukungan publik terhadap pemerintah dalam beberapa bulan terakhir antara lain akibat memburuknya inflasi karena kenaikan harga minyak dan makanan.
Perusahaan swasta Jepang, termasuk perusahaan penyulingan, menyimpan sekitar 175 juta barrel minyak mentah dan produk minyak sebagai bagian dari cadangan minyak strategis (SPR). Cadangan itu cukup untuk konsumsi sekitar 90 hari, menurut lembaga negara Jogmec yang mengelola SPR dan menangani pelepasan setelah kebijakan ditetapkan. Cadangan perusahaan minyak Jepang dimanfaatkan selama Perang Teluk 1991 serta setelah gempa bumi dan tsunami 2011. Cadangan negara dalam SPR di Jepang tidak pernah digunakan sejauh ini.
Merujuk data pada akhir September, cadangan minyak Jepang mampu memenuhi kebutuhan minyak harian sepanjang 145 hari, jauh di atas minimum 90 hari yang disyaratkan UU. Adapun cadangan minyak milik sektor swasta cukup untuk memenuhi kebutuhan 90 hari, juga di atas persyaratan minimum selama 70 hari.
Konsumsi minyak Jepang sebelum pandemi Covid-19, merujuk data Badan Energi Internasional, mencapai 3,7 juta barrel per hari. Hal itu menjadikan Jepang konsumen minyak terbesar kelima di dunia, di bawah AS, China, India, dan Rusia. Namun, permintaan minyak di Jepang turun lebih dari 1 juta barrel per hari antara tahun 2012 dan 2019. Faktor struktural seperti populasi yang menurun dan menua, langkah-langkah efisiensi, dan perluasan armada kendaraan hibrida dan listrik terus mengurangi permintaan minyak di negara itu.
Mengutip sumber pemerintah, surat kabar Yomiuri mewartakan, Jepang dan AS akan mengoordinasikan pengumuman pelepasan cadangan minyak awal pekan ini.
Harga minyak mentah Brent turun pada perdagangan awal pekan ini setelah harganya jatuh pada Jumat (19/11). Sentimen negatif datang dari Eropa menyusul diberlakukannya kembali kebijakan karantina total guna mengekang penyebaran Covid-19. Harga tinggi minyak mulai mengakibatkan inflasi dan melemahkan pemulihan dari pandemi Covid-19. (AFP/REUTERS)