Harga Minyak Terus Melambung, OPEC+ Pertahankan Angka Produksi Minyak
Keputusan OPEC+ untuk mempertahankan jumlah produksinya pada angka 400.000 barel per hari memicu kenaikan harga minyak mentah di pasaran. Kondisi itu dikhawatirkan mengganggu pemulihan ekonomi dunia.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
VIENNA, SELASA — Harga minyak dunia melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir setelah OPEC+ atau kelompok gabungan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) serta Rusia dan negara-negara lain non-anggota OPEC bertahan pada rencana untuk tidak menambah produksi minyak dunia. Mereka akan melakukan penambahan produksi secara bertahap.
Keputusan tersebut dikhawatirkan mengganggu upaya pemulihan ekonomi oleh negara-negara konsumen minyak. Keputusan terbaru OPEC+ membuat harga minyak melonjak lagi. Harga minyak patokan WTI kini mencapai 78,38 dollar AS per barel dan harga minyak Brent diperdagangkan pada angka 82 dollar AS per barel. Ini merupakan angka tertinggi sejak November 2014 dan Oktober 2018.
Selain itu, harga gas alam yang luar biasa tinggi mendorong beberapa produsen listrik di Asia beralih dari gas alam ke produk berbasis minyak sehingga ikut menyebabkan harga minyak tinggi.
Pernyataan 23 negara anggota OPEC+ dirilis setelah pertemuan singkat mereka yang berlangsung secara daring, Senin (4/10/2021) atau Selasa dini hari WIB. Mereka menyatakan, tidak ada perubahan rencana dalam organisasi itu untuk meningkatkan jumlah produksi. Negara-negara produsen minyak tetap pada hasil kesepakatan bulan Juli, yaitu pada angka 0,4 juta barel per hari pada November nanti.
Pernyataan mereka yang dikeluarkan setelah pertemuan itu mengatakan bahwa keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan ”fundamental pasar minyak saat ini”. Beberapa negara importir minyak besar, seperti Amerika Serikat dan India, meminta OPEC+ untuk segera menambah kapasitas produksi mereka setelah harga minyak mengalami kenaikan hingga lebih dari 50 persen dibanding pada awal pandemi lalu.
Sejak Agustus, Penasihat Keamanan Pemerintah AS Jake Sullivan telah meminta OPEC+ menaikkan kapasitas produksi mereka. Sullivan menyatakan, upaya yang dilakukan OPEC+ dalam beberapa bulan terakhir untuk secara bertahap meningkatkan produksi mereka tidak cukup membantu proses pemulihan ekonomi.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, dalam pernyataannya, Senin (4/10/2021), menyebut Gedung Putih terus berkomunikasi dengan sejumlah anggota OPEC tentang harga minyak saat ini dan terus mencari cara untuk mengatasi gejolak yang timbul akibat harga yang terus melambung.
”Kami akan terus menggunakan setiap alat yang kami miliki, bahkan kami bukan anggota OPEC, untuk memastikan kami dapat menjaga harga gas tetap rendah untuk publik Amerika,” katanya.
Sebuah penelitian yang dilakukan lembaga Morgan Stanley pekan lalu mencatat kemungkinan melemahnya kembali permintaan jika harga minyak merayap lebih dari 80 dollar AS per barel. Lembaga Goldman Sachs menilai, harga minyak mentah Brent melonjak mendekati 90 dollar AS per barel dalam beberapa bulan ke depan.
”Kami akan memantau situasi. Seperti yang kami tahu, permintaan biasanya turun pada kuartal keempat,” kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, seusai mengikuti perundingan OPEC+. Dia yakin pasar sekarang telah seimbang.
Pemulihan pandemi
Keputusan untuk mempertahankan tingkat produksi tidak terlepas dari kekhawatiran di antara para produsen atas kemungkinan gelombang keempat Covid-19. Sumber di kalangan negara produsen menyatakan, mereka tidak ingin membuat langkah besar ketika pemulihan mungkin terganggu gelombang keempat Covid-19.
Pada Juli lalu, para produsen minyak sepakat menahan produksi mereka pada angka 400.000 barel per hari (bph) hingga setidaknya bulan April 2022. Meski permintaan telah mulai kembali dengan cepat, pasokan minyak terganggu karena badai yang memukul produksi minyak dalam negeri AS dan tingkat investasi yang rendah di seluruh industri selama masa-masa buruk pandemi berlangsung, terutama periode Maret 2020-Januari 2021. Pada periode itu permintaan minyak menurun tajam.
Bjornar Tonhaugen, Kepala Riset Pasar Minyak pada Rystad Energy, sebuah lembaga konsultan, mengingatkan negara-negara produsen supaya berhati-hati untuk tidak membiarkan harga melambung tinggi. ”Jika tidak, kita mungkin akan melihat reaksi negatif yang bisa berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi pascapandemi,” kata Tonhaugen.
Namun, meski hanya menetapkan jumlah produksi pada angka 400.000 bph, kemampuan anggota OPEC+ untuk bisa memenuhi angka produksi tersebut dipertanyakan.
”OPEC hanya mengelola kurang dari setengah dari rencana peningkatan produksi pada Agustus ( berdasarkan data terbaru yang tersedia). Sebagian besar karena gangguan pada operasi di Angola dan Nigeria,” kata Kieran Clancy, analis pada lembaga Capital Economics.
Pertemuan OPEC+ berikutnya dijadwalkan akan berlangsung 4 November mendatang. (AP/AFP/REUTERS)