Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menhan AS Lloyd Austin saling berbagi pandangan tentang pentingnya tatanan berbasis aturan di Indo-Pasifik.
Oleh
Edna C Pattisina
·2 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk menjaga tatanan berbasis aturan di kawasan Indo-Pasifik. Aturan ini menjunjung tinggi hukum internasional dengan didasarkan pada prinsip kebersamaan.
Hal ini menjadi agenda pembicaraan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Menhan AS Lloyd Austin di sela kegiatan kedua menteri menghadiri the 17th International Institute for Strategic Studies (IISS) Manama Dialogue 2021 di Bahrain, Minggu (21/11/2021).
Prabowo menyebutkan, pentingnya kerja sama pertahanan, antara Indonesia dan AS. Ia mengapresiasi hubungan bilateral yang telah terjalin antarkedua negara, khususnya dalam sektor militer.
Adapun Lloyd menyampaikan kebijakan AS untuk tetap mendorong penerapan tatanan berbasis aturan di Indo-Pasifik, yang menjunjung tinggi hukum internasional dengan didasarkan pada prinsip-prinsip bersama. Ia juga menyebutkan kalau AS menegaskan dukungannya untuk kepemimpinan Indonesia di kawasan dan pentingnya ASEAN.
”Kami saling berbagi pandangan tentang pentingnya tatanan berbasis aturan di Indo-Pasifik yang mempertahankan hukum internasional,” kata Lloyd sebagaimana disampaikan di akun Twitter resminya.
Dalam acara IISS, saat ditanya tentang AUKUS atau aliansi pertahanan Inggris, Australia, dan Amerika Serikat, Prabowo mengatakan, Indonesia punya pandangan bahwa kawasan Asia Tenggara harus bebas nuklir. Akan tetapi, Indonesia menyadari kalau setiap negara akan melindungi kepentingan nasionalnya.
Dalam forum tanya jawab di Manama Dialogue tersebut, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia berupaya agar ekstremisme tidak tumbuh subur demi terwujudnya perdamaian di Tanah Air dengan cara menghadirkan keadilan dan kemakmuran bagi warganya. Menurut Prabowo, keadilan, demokrasi yang nyata, ada akuntabilitas para pemimpin, perlakuan yang sama di mata hukum akan membuat para penyebar paham ekstremis dan radikal tidak relevan.
”Saya percaya bahwa ekstremisme dan radikalisme akan tumbuh subur ketika ada kemiskinan, ketika ada ketidaksetaraan, ketidakadilan. Ketika rakyat kehilangan harapan, ketika warga miskin tidak mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, ketika mereka merasa ditinggalkan oleh yang berkuasa, ini adalah lahan subur bagi radikalisme, dan ekstremisme,” jelasnya.