Presiden Xi Jinping: Jangan Ada Perang Dingin di Indo-Pasifik
Alih-alih berkonflik dengan negara lainnya, Presiden China Xi Jinping mengatakan, bangkit dari bayang-bayang pandemi dan mencapai pemulihan ekonomi yang stabil adalah tugas yang paling mendesak bagi kawasan Indo-Pasifik.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
WELLINGTON, KAMIS — Presiden China Xi Jinping, pada Kamis (11/11/2021), memperingatkan, dinamika di Indo-Pasifik tidak boleh mengakibatkan munculnya kembali fenomena perang dingin. Pernyataan itu disampaikan Xi dalam Forum CEO, acara pendamping Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC, di Wellington, Selandia Baru. Pekan depan direncanakan Xi bertemu secara virtual dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Xi mengatakan, upaya untuk menarik garis ideologis atau membentuk grup kecil dengan alasan geopolitik pasti akan gagal. ”Wilayah Asia-Pasifik tidak dapat dan tidak boleh kembali masuk dalam konfrontasi dan perpecahan era Perang Dingin,” kata Xi.
Seperti diwartakan, ada dua aliansi yang tengah berkembang di kawasan Indo-Pasifik, yakni Quad dan AUKUS. AS mengonsolidasikan Quad, aliansi yang melibatkan Australia, India, dan Jepang. Quad fokus pada kerja sama nonmiliter. AS pula yang mengoordinasikan AUKUS yang menggandeng Inggris dan Australia. AUKUS fokus pada aliansi militer. Semua bertujuan menghadang China.
Pertukaran diplomatik AS yang agresif dengan China di awal pemerintahan Biden cukup membingungkan, termasuk bagi sekutu-sekutu AS. Para pejabat AS percaya kontak langsung dengan Xi adalah cara terbaik untuk mencegah hubungan dua negara adidaya itu berujung konflik terbuka. Militer China, Selasa (9/11/2021), mengatakan telah menggelar patroli kesiapan tempur ke arah Selat Taiwan. Ini setelah Kementerian Pertahanan China mengecam kunjungan delegasi Kongres AS ke Taiwan.
Xi dalam kurun waktu 21 bulan terakhir belum keluar dari China karena kebijakan negara itu untuk tidak menoleransi Covid-19
Tanggal pertemuan virtual antara Xi-Biden belum diumumkan. Menurut sumber dari pemerintahan AS, pertemuan itu diharapkan berlangsung pekan depan. Xi dalam kurun waktu 21 bulan terakhir belum keluar dari China karena kebijakan negara itu untuk tidak menoleransi penularan Covid-19. Di dalam negeri, Xi pekan ini dipastikan ikut ambil bagian dalam sidang pleno Partai Komunis China.
Alih-alih berkonflik dengan negara lain, menurut Xi, bangkit dari bayang-bayang pandemi dan mencapai pemulihan ekonomi yang stabil adalah tugas paling mendesak bagi kawasan Indo-Pasifik. Ia menekankan negara-negara harus menutup kesenjangan vaksinasi Covid-19. ”Kita harus menerjemahkan konsensus, bahwa vaksin adalah barang publik global, ke dalam tindakan nyata untuk memastikan distribusi yang adil dan merata,” kata Xi.
Persaingan AS-China
Meski demikian, sekali lagi KTT APEC tetap bakal dibayangi aroma persaingan AS-China. Salah satunya terkait keinginan Taiwan bergabung dengan pakta perdagangan regional Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP). China, yang juga telah mendaftar untuk bergabung dengan CPTPP, menentang keinginan Taiwan. AS menarik diri dari CPTPP semasa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.
Pakta perdagangan regional 15 negara yang didukung China, Perjanjian Kemitraan Komprehensif Regional (RCEP), juga akan berlaku mulai 1 Januari 2022. Xi menegaskan sikap Beijing menjelang implementasi RCEP dan berlanjutnya negosiasi CPTPP. China akan mengurangi daftar negatif pada investasi asing, mempromosikan pembukaan menyeluruh sektor pertanian dan manufaktur, memperluas pembukaan sektor jasa, serta memperlakukan investor domestik dan asing sama sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Terkait forum APEC, AS menawarkan diri menjadi tuan rumah KTT tahun 2023. Ini akan menjadi pertama kalinya bagi AS dalam lebih dari satu dekade. Jika terealisasi, ini semakin menegaskan keinginan Biden untuk mengalihkan sumber daya dan perhatian Washington ke Asia-Pasifik setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Namun, belum ada konsensus yang dicapai di antara anggota APEC tentang tawaran tersebut.
Perubahan iklim juga telah menjadi poin utama dalam agenda KTT APEC, yang berlangsung secara paralel dengan KTT Perubahan Iklim (COP 26) di Glasgow, Skotlandia. Xi mengatakan, China akan mencapai target netralitas karbon dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan dan pengurangan karbon akan membutuhkan investasi besar-besaran. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan dalam pidato pembukaan bahwa APEC telah mengambil langkah-langkah untuk menghentikan subsidi bahan bakar fosil bagi industri di kawasan Asia Pasifik. (AP/REUTERS)