Eropa Genjot Vaksinasi untuk Meredam Gelombang Baru Penularan Covid-19
Sejumlah negara Eropa kembali membuat kebijakan baru menyusul adanya lonjakan kasus Covid-19. Perancis, misalnya, mewajibkan semua warga berusia di atas 65 tahun harus mendapat dosis tambahan vaksin Covid-19.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
PARIS, RABU — Lonjakan kasus baru Covid-19 membuat sejumlah negara Eropa kembali membuat kebijakan baru. Sejumlah negara mewajibkan vaksinasi tambahan pada kelompok umur tertentu. Sebagian lagi mewajibkan vaksinasi minimal dua dosis jika ingin tetap bekerja.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengumumkan, semua warga berusia di atas 65 tahun wajib mendapat dosis tambahan. Kewajiban berlaku mulai 15 Desember 2021. Ia menambahkan, Eropa tengah mengalami penularan Covid-19 gelombang kelima.
”Lebih dari 80 persen pasien di unit perawatan intensif berusia di atas 50 tahun. Karena itu, kami mengulang kampanye ini. Kami telah berkomunikasi dengan otoritas sains sehingga mereka bisa memberikan arahan praktis dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya, Selasa (9/11/2021) malam waktu Paris atau Rabu dini hari WIB.
Tambahan vaksinasi bagi orang berusia 65 tahun ke atas diperlukan untuk memastikan izin pergerakannya tetap berlaku. Izin itu dibutuhkan untuk memasuki tempat umum dan menaiki kendaraan umum jarak jauh.
Setelah menurun sejak pertengahan Agustus 2021, jumlah kasus baru Covid-19 di Perancis kembali naik sejak pertengahan Oktober 2021. Pada Selasa, Perancis melaporkan 12.476 kasus baru.
Tren kenaikan kasus baru menjadi salah satu alasan mayoritas pelajar kembali diwajibkan mengenakan masker selama di kelas. Hanya sebagian kecil sekolah yang muridnya tidak diwajibkan mengenakan masker.
Perancis melakukan berbagai upaya untuk mendorong sisa 25 persen populasinya mendapat vaksinasi lengkap. Dari seluruh penduduk dewasa Perancis masih ada 6 juta orang yang belum divaksinasi lengkap. Upaya Paris, antara lain, dengan menggratiskan biaya tes Covid-19 bagi yang sudah divaksinasi lengkap. Sementara penduduk yang tidak lengkap vaksinasinya harus membayar 44 euro atau Rp 726.000 setiap kali tes.
Pekerja kesehatan
Kewajiban vaksinasi juga diberlakukan bagi seluruh pekerja layanan kesehatan Inggris. Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid menyebut, hanya pekerja yang sudah divaksinasi bisa tetap bekerja di sistem layanan kesehatan Inggris mulai April 2022. Pengecualian diberikan kepada orang yang tidak bisa divaksinasi karena alasan kesehatan atau tidak berhubungan langsung dengan pasien. ”Kita harus melindungi pekerja dan pasien layanan kesehatan,” ujarnya.
Saat ini diperkirakan hampir 100.000 dari 1,3 juta pekerja sistem layanan kesehatan Inggris belum mendapat vaksinasi Covid-19. Sebagian memang menolak divaksinasi karena berbagai alasan.
Ketua Asosiasi Mitra Penyedia Jasa Layanan Kesehatan Inggris Chris Hopson mengatakan, pemerintah harus menimbang matang dampak keputusan itu. Sebab, keputusan itu bisa membuat sistem layanan kesehatan Inggris kekurangan pekerja.
Inggris menetapkan tenggang sampai April 2022 untuk mencegah terjadi kekurangan pekerja selama musim dingin. Belajar dari pengalaman 2020, jumlah pasien Covid-19 paling banyak tercatat selama musim dingin.
Sementara di Italia, para pekerja diwajibkan menunjukkan bukti sudah divaksinasi sekurangnya satu dosis, hasil tes negatif minimal dua hari, atau sembuh dari Covid-19 paling lama enam bulan.
Semua data tersebut harus dicantumkan dalam aplikasi yang wajib ditunjukkan jika akan masuk ke tempat kerja. Jika data itu tidak ada, pekerja akan dirumahkan tanpa bayaran. Saat ini, kewajiban itu sudah berlaku bagi seluruh pekerja kesehatan dan lembaga pendidikan. Roma akan memperluasnya ke pekerja di sektor lain.
Kewajiban serupa diberlakukan di Belgia. Walakin, Brussels baru memberlakukan untuk sebagian lokasi dan tempat saja. Di beberapa daerah yang dekat dengan Perancis, kewajiban itu belum berlaku.
Pemberlakuan kewajiban di wilayah Belgia yang dekat Belanda tersebut, antara lain, karena kasus di Belanda juga mulai naik lagi selepas liburan musim panas. Bahkan, sejumlah rumah sakit di Limburgh mengaku tidak akan bisa lagi merawat pasien baru Covid-19. Pengelola lima rumah sakit di provinsi dekat perbatasan Belanda-Belgia itu menyebut, ruang-ruang perawatan pasien Covid-19 kembali penuh sejak beberapa waktu terakhir. ”Kami khawatir, hal ini akan segera terjadi di seluruh Belanda,” demikian pernyataan mereka.
Sementara sejumlah rumah sakit di Romania sudah kehabisan tempat di kamar jenazah. Sebagian jenazah terpaksa diletakkan di luar kamar jenazah. Para pakar menyalahkan lonjakan kematian terjadi gara-gara angka vaksinasi rendah di Romania. Sampai sekarang, baru 40 persen penduduk Romania mendapat vaksinasi lengkap.
Kepala Kamar Jenazah RS Pendidikan Buchares Maria Sajin mengatakan bahwa kamar jenazah rumah sakit itu biasanya hanya menerima 10 jenazah per hari. Sementara pada Senin saja ada 14 jenazah pasien Covid-19 dan 12 jenazah pasien bukan Covid-19.
”Keluarga mereka tidak tahu mengapa bisa terkena dan, masalah terbesarnya, mereka tidak tahu bahwa vaksin dibutuhkan. Tidak ada yang memahami bahwa vaksin dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa,” kata Sajin.
Lonjakan kasus baru di tengah populasi dengan tingkat vaksinasi rendah juga tercatat di Ceko. Pada Selasa tercatat 14.539 kasus baru atau hampir sama banyak dengan kasus pada puncak pandemi di Januari 2021. Kini, baru 58 persen dari keseluruhan penduduk Ceko yang sudah mendapat vaksinasi.
Lonjakan kasus baru juga tercatat di Jerman. Pada Rabu, Berlin mencatat hampir 40.000 kasus baru di seluruh Jerman. ”Kita dalam situasi darurat. Ada 15 juta orang yang seharusnya sudah divaksinasi,” kata Kepala Departemen Virologi pada RS Charite di Berlin, Christian Drosten.
Kini, rata-rata kasus di antara 100.000 penduduk mencapai 232 orang. Pada Desember 2020, kala pandemi mencapai angka tertinggi, rata-ratanya tidak sampai 200 kasus per 100.000 penduduk. (AFP/REUTERS)