Kasus Covid-19 Eropa Tertinggi sejak Pandemi Dimulai
Secara global, kasus positif Covid-19 sudah tembus 250 juta kasus. Virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 menyebar di kalangan warga yang belum divaksin.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
Kompas
Warga berjalan di depan posko pengetesan Covid-19 yang telah ditutup di Frankfurt, Jerman, Selasa (2/11/2021). Jumlah kasus Covid-19 di negara ini meningkat lagi, bahkan tertinggi sejak pandemi dimulai pada Maret 2020.
BERLIN, SENIN — Apabila negara-negara maju tengah bergulat memvaksinasi penduduknya, kawasan maju seperti Eropa justru mengalami kenaikan kasus positif Covid-19 tertinggi semenjak pandemi dimulai pada 2020. Virus SARS-CoV-2 ini menyebar di kalangan warga yang belum divaksin.
Secara global, kasus positif Covid-19 sudah tembus 250 juta kasus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, per Senin (8/11/2021) ada 50 juta kasus aktif. Dalam tiga bulan terakhir memang ada penurunan 36 persen. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan tahun 2020, butuh waktu satu tahun hingga akumulasi kasus positif mencapai 50 juta. Galur Delta diyakini sebagai penyebab cepat dan luasnya penularan.
Di Jerman, dalam 24 jam terakhir, seperti yang ditelusuri oleh Institut Robert Koch yang merupakan lembaga pengendalian penyakit negara itu, ada 15.513 kasus baru. Jumat pekan lalu ada 37.120 kasus baru. Total selama tujuh hari terakhir ada 33 kematian.
”Mayoritas pasien positif adalah warga yang tidak divaksin, baik karena alasan kesehatan maupun karena menolak,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn, seperti dikutip oleh Al Jazeera.
Menurut keterangan Institut Robert Koch, angka kasus positif Covid-19 pada Oktober 2021 ialah 201,1 per 100.000 penduduk. Pada Desember 2020, angkanya ialah 197,6 per 100.000 penduduk. Para pakar kesehatan masyarakat menyimpulkan, penyebabnya ialah karena adanya berbagai pelonggaran. Jerman telah memvaksinasi 67 persen warganya.
AFP/ THOMAS LOHNES
Karyawan dengan pakaian steril menguji prosedur pembuatan messenger RNA (mRNA) untuk vaksin Covid-19 di lokasi produksi baru perusahaan Jerman BioNTech di Marburg, Jerman, Sabtu (27/3/2021). BioNTech mulai memproduksi vaksin Covid-19 di pabrik barunya di Marburg, Jerman. Fasilitas baru ini akan meningkatkan pasokan vaksin secara signifikan, terutama untuk Uni Eropa.
Percaya diri dengan persentase vaksinasi, Jerman melonggarkan penerapan protokol kesehatan. Pemakaian masker di ruang tertutup, seperti sekolah, perkantoran, dan kendaraan umum, diatur secara berbeda-beda oleh setiap pemerintah daerah. Jerman juga tidak mewajibkan vaksinasi bagi para tenaga kesehatan, guru, ataupun aparat penegak hukum.
Beberapa kepala daerah telah mengajukan permintaan kepada pemerintah federal Jerman agar segera menggelar tes cepat secara gratis dan membuka posko-posko vaksin, tidak hanya di rumah sakit. Saat ini, warga harus merogoh kocek sebesar 19 euro (sekitar Rp 313.800) jika ingin mengikuti tes Covid-19.
Adapun gagasan untuk melakukan karantina wilayah mendapat tentangan di parlemen karena dinilai tidak adil terhadap warga yang sudah divaksin. Para legislator berpendapat, tidak sepatutnya warga yang sudah divaksin turut dihukum dan dibatasi pergerakannya.
Eropa Timur
Wilayah Eropa Timur merupakan tempat dengan kenaikan kasus tertinggi secara global. Hal ini karena rata-rata negara-negara di Eropa Timur cakupan vaksinasinya masih di bawah 50 persen. Ukraina saja baru 17 persen. Penyebabnya bukan karena kelangkaan vaksin, melainkan lambannya proses vaksinasi dan masyarakat yang mayoritas enggan mengikuti program ini.
AFP/SERGEI SUPINSKY
Keluarga berduka setelah menerima kabar bahwa salah satu anggotanya meninggal akibat Covid-19 di Kiev, Ukraina, Senin (1/11/2021). Pekan sebelumnya, Ukraina mencatat ada 720 kasus positif baru. Ini jumlah tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia.
Rusia pada hari Senin mencatat 39.400 kasus baru. Disusul oleh Ukraina dan Yunani. Para dokter telah mengeluarkan peringatan bahwa rumah sakit bisa kembali dipenuhi oleh pasien positif Covid-19. Padahal, di musim dingin ini mereka harus bersiaga merawat pasien penyakit-penyakit lain.
Di Serbia yang berpenduduk 7 juta jiwa, total kasus positif sejak awal pandemi adalah 1 juta. Per Senin ini, ada 6.100 kasus baru, termasuk di kalangan anak-anak dan bayi yang kondisinya mengharuskan mereka dipakaikan ventilator. Akan tetapi, Pemerintah Serbia bersikap populis dengan tetap tidak mewajibkan vaksinasi, karantina wilayah, ataupun penegakan protokol kesehatan.
Di Kroasia, setidaknya animo masyarakat terhadap vaksinasi meningkat akibat kenaikan kasus. Perdana Menteri Adrej Plenkovic mengungkapkan, posko-posko vaksin mulai ramai didatangi warga. Banyak yang baru memperoleh dosis pertama vaksin Covid-19, sebagian kecil juga ada warga yang meminta suntikan dosis penguat (booster).
WHO menargetkan 40 persen penduduk dunia telah menerima vaksin Covid-19 dosis lengkap pada akhir 2021. Targetnya, pada pertengahan 2022, sebanyak 70 persen warga dunia telah divaksin. Semakin banyak warga yang divaksin, menurut kajian Bank Dunia, semakin cepat ekonomi pulih dan negara-negara kembali bisa membangun dirinya.
”Kami terus mendorong program vaksinasi karena kita harus bisa mengendalikan pandemi Covid-19 pada akhir tahun 2022,” kata epidemiolog WHO, Maria van Kerkhove. (AP/Reuters)