Seperti lazimnya tetangga, hubungan Indonesia-Malaysia tidak selalu diwarnai hal baik. Berkali-kali terjadi kasus pelanggaran hak sehingga, secara resmi, Indonesia membatasi pengiriman tenaga kerja ke Malaysia.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
Pemerintah Malaysia kembali menunjukkan komitmen untuk mempererat hubungan dengan Indonesia. Tiga Perdana Menteri Malaysia sejak 2018 menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang disambangi dalam kunjungan luar negeri.
Kunjungan terbaru tengah dilakoni PM Ismail Sabri Yaakob pada 9-11 November 2021. Tiba pada Selasa (9/11/2021) sore, Ismail ditemani Menteri Keuangan Malaysia Zafrul Tengku Abdul Aziz, Menteri Pertahanan Hishamuddin Hussein, dan Menteri Dalam Negeri Saifuddin Abdullah dalam lawatan kali ini. Saifuddin tiba lebih dulu dan menggelar sejumlah pertemuan dengan berbagai perwakilan masyarakat Indonesia.
Agenda perdana Ismail di Indonesia adalah menemui perwakilan redaksi sejumlah media massa. Agenda lain Ismail adalah mengunjungi sejumlah perusahaan di Jawa Barat, serta menjumpai perwakilan pebisnis dan tokoh masyarakat. Puncaknya, Ismail dijamu Presiden Joko Widodo pada Rabu sore.
Saifuddin mengatakan, lawatan Ismail adalah bukti komitmen Malaysia untuk mengeratkan hubungan dengan Indonesia. Kuala Lumpur sangat ingin hubungan dengan Jakarta terus membaik di masa mendatang.
Indonesia-Malaysia sama-sama berkepentingan bangkit dari dampak pandemi Covid-19. ”Lawatan ini akan membuka babak baru hubungan yang sudah kuat dan beragam di antara Malaysia-Indonesia. Lawatan ini memberi kesempatan kepada para pemimpin untuk meningkatkan kerja sama demi pemulihan yang mangkus di antara kedua jiran dari dampak pandemi Covid-19. Para pemimpin juga akan membahas perkembangan kerja sama ASEAN, tantangan terhadap kedamaian, kestabilan, serta kesejahteraan kawasan,” demikian pernyataan resmi Pemerintah Malaysia.
Naik turun
Seperti lazimnya tetangga, hubungan Indonesia-Malaysia tidak selalu diwarnai hal baik. Kadang, Jakarta-Kuala Lumpur agak tegang, antara lain, karena isu perlindungan pekerja migran Indonesia atau wilayah penangkapan ikan di Selat Malaka. Walakin, hubungan keduanya lebih sering hangat dan harmonis.
Isu pekerja migran sudah bertahun-tahun menjadi ganjalan. Berkali-kali terjadi kasus pelanggaran hak sehingga, secara resmi, Indonesia memutuskan pembatasan pengiriman tenaga kerja ke Malaysia.
Bagi banyak perusahaan Malaysia, kondisi itu merugikan. Sebab, ada kekurangan sumber tenaga kerja paling efektif apabila membandingkan produktivitas dan biaya. Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Malaysia Low Kian Chuan menyebut, banyak perusahaan kekurangan tenaga kerja. Sementara Ketua Federasi Pengusaha Malaysia (MEF) Hussain Husman berharap, Pemerintah Malaysia mau mengatasi kesulitan tenaga kerja yang kini dihadapi pengusaha sektor perkebunan, konstruksi, dan manufaktur.
Low dan Hussain sama-sama menyoroti fakta jumlah tenaga kerja migran di Malaysia terpangkas 800.000 orang. Pengurangan itu dampak pembatasan izin kerja bagi migran di Malaysia. Sektor perkebunan, konstruksi, dan manufaktur paling terdampak oleh pembatasan itu. ”Warga Malaysia tidak mau bekerja di sektor itu meski tawaran upah dan subsidinya menarik,” kata Hussain sebagaimana dikutip The Straits Times dan Malay Mail.
Mewakili para pengusaha, Low dan Hussain mendesak pemerintahan Ismail membenahi regulasi soal pekerja asing apabila serius memulihkan perekonomian Malaysia. Lawatan ke Indonesia bagian dari upaya Ismail menjawab desakan itu.
Sebab, salah satu agenda pertemuannya dengan Jokowi adalah perlindungan pekerja migran. Mereka juga membahas soal perundingan perbatasan maritim Indonesia-Malaysia serta pembukaan koridor perjalanan lintas negara di tengah pandemi.
Dalam lawatan pada Oktober 2021, Saifuddin berharap koridor perjalanan lintas negara bisa diterapkan di tingkat ASEAN. Harapan itu menunjukkan Indonesia bersama Malaysia senantiasa menjadi pendorong ASEAN.
ASEAN
Selama puluhan tahun, Indonesia dan Malaysia bersama Singapura selalu menjadi penggerak ASEAN. Trio Soeharto-Mahathir Mohammad-Lee Kuan Yew bekerja keras menjaga kesatuan ASEAN selama hampir dua dekade. Meski tidak ada lagi trio itu, Indonesia-Malaysia-Singapura terus berusaha menjadi penggerak ASEAN antara lain pada isu Myanmar dan penanganan pandemi Covid-19.
Soal kebijakan dan capaian pembangunan, Mahathir secara terbuka memuji Indonesia selama hampir 15 tahun terakhir. Ia menyebut, kestabilan politik membuat Indonesia bisa fokus membangun dan Malaysia bisa tertinggal jika tidak berbuat apa-apa.
Mahathir dan sejumlah politisi Malaysia secara terbuka menunjukkan rasa tidak senang kala berbagai perusahaan global menanamkan miliaran dollar AS ke Indonesia. Bagi Mahathir dan berbagai pihak di Malaysia, fenomena itu menunjukkan kegagalan Malaysia membenahi diri.
Kala kembali menjadi PM, Mahathir memilih Indonesia sebagai negara pertama yang disambangi pada Juni 2018. Kala Jokowi bertandang ke Malaysia, Mahathir sendiri yang mengemudikan mobil yang membawa mereka di Putrajaya. Mahathir melakukan itu sebagai cara membujuk Indonesia bersama-sama memproduksi mobil.
Ajakan itu tidak terwujud sampai Mahathir turun dari kursi PM pada awal 2020 dan digantikan Muhiddin Yassin. Seperti Mahathir, Muhyiddin juga memilih Indonesia sebagai negara pertama yang disambangi. Lawatan pada Februari 2021 terjadi beberapa bulan sebelum Muhyiddin digantikan Ismail pada Agustus 2021.
Beberapa hari setelah dilantik, Ismail sudah mengisyaratkan akan mengikuti jejak Mahathir dan Muhyiddin soal lawatan perdana ke luar negeri. Dalam lawatan ke Indonesia pada Oktober 2021, Saifuddin mengumumkan kepastian kunjungan Ismail. Misinya sama, melekatkan hubungan dua tetangga.