G-20 Mesti Jadi Contoh dan Pimpin Dunia Atasi Perubahan Iklim
Presiden Jokowi menyampaikan, G-20 harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan tidak ada satu pihak pun yang tertinggal. Penanganan perubahan iklim harus diletakkan dalam kerangka besar pembangunan berkelanjutan.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 sesi II dengan topik perubahan iklim, energi, dan lingkungan hidup, di Roma, Italia, Minggu (31/10/2021).
ROMA, KOMPAS — Indonesia menginginkan G-20 memberikan contoh dan memimpin dunia dalam bekerja sama mengatasi perubahan iklim serta mengelola lingkungan secara berkelanjutan dengan tindakan nyata. Penanganan perubahan iklim dan lingkungan hidup hanya bisa dilakukan dengan bekerja sama dalam tindakan nyata, bukan saling menyalahkan.
Ketika berbicara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 sesi II dengan topik perubahan iklim, energi, dan lingkungan hidup yang digelar di La Nuvola, Roma, Italia, Minggu (31/10/2021), Presiden Joko Widodo menuturkan bahwa G-20 harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan memastikan tidak ada satu pihak pun yang tertinggal. Penanganan perubahan iklim harus diletakkan dalam kerangka besar pembangunan berkelanjutan.
”Indonesia ingin G-20 memberikan contoh. Indonesia ingin G-20 memimpin dunia dalam bekerja sama mengatasi perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan dengan tindakan nyata,” kata Presiden Jokowi yang pada acara tersebut didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo saat berbicara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 sesi II dengan topik perubahan iklim, energi, dan lingkungan hidup, di Roma, Italia, Minggu (31/10/2021).
Penanganan perubahan iklim harus bergerak maju seiring dengan penanganan berbagai tantangan global lainnya seperti pengentasan kemiskinan dan pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki arti strategis dalam menangani perubahan iklim.
”Posisi strategis tersebut kami gunakan untuk berkontribusi. Deforestasi di Indonesia dapat ditekan ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir. Indonesia telah melakukan rehabilitasi 3 juta hektar critical land pada 2010-2019,” kata Presiden Jokowi.
Sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki arti strategis dalam menangani perubahan iklim. Posisi strategis tersebut kami gunakan untuk berkontribusi. (Presiden Joko Widodo)
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa Indonesia telah menargetkan net sink carbon untuk sektor lahan dan hutan selambat-lambatnya tahun 2030 dan net zero di tahun 2060 atau lebih cepat. Kawasan net zero mulai dikembangkan termasuk pembangunan Green Industrial Park di Kalimantan Utara seluas 13.200 hektar yang menggunakan energi baru terbarukan dan menghasilkan produk hijau.
Kompas
Peran industri keuangan pada pembangunan energi baru terbarukan.
Tata kelola yang baik di tingkat global untuk penerapan carbon pricing perlu segera dilakukan agar sesuai dengan tujuan Persetujuan Paris dan memberikan insentif bagi partisipasi swasta dengan memperhatikan kapabilitas dan kondisi setiap negara. ”Saat ini Indonesia sedang dalam tahap akhir penyelesaian regulasi mengenai carbon pricing untuk mendukung pemenuhan komitmen target NDCs (Nationally Determined Contributions),” ujar Presiden Jokowi.
Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden menginformasikan, dalam pidato di depan Sidang Majelis Umum PBB, beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi juga mengingatkan arti penting pemberdayaan negara berkembang melakukan transisi energi dan mendorong inovasi teknologi untuk membangun ekonomi dunia berkelanjutan. ”Saya ingin memberikan perhatian besar terhadap teknologi-teknologi yang dapat ditawarkan negara G-20 bagi negara berkembang dalam transisi energi,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden juga menyampaikan, pada saat presidensi Indonesia di forum G-20 nanti, Presiden berharap akan terdapat sebuah platform yang dapat ditawarkan melalui kemitraan global dan dukungan pendanaan internasional bagi transisi energi. ”Kita perlu pastikan bahwa transisi ke energi baru terbarukan berjalan seiringan dengan prinsip energy security, accessibility, and affordability,” kata Presiden Jokowi.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo dan rombongan terbatas menunggu dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di hari kedua, di La Nuvola, Roma, Italia, Minggu (31/10/2021).
Sebelumnya, pada pidato pembukaan sesi working lunch tentang ekonomi dan kesehatan global yang digelar pada Sabtu (30/10/2021), Perdana Menteri Italia Mario Draghi menuturkan bahwa pandemi telah memisahkan semua warga negara. Kerja sama multilateral adalah jawaban terbaik untuk menjawab tantangan.
Ini adalah satu-satunya jawaban yang mungkin dari pandemi hingga perubahan iklim, hingga perpajakan yang adil dan merata. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mengatasi perbedaan. Dan kita harus mengobarkan kembali semangat yang mengarah pada pembentukan kelompok ini. (PM Mario Draghi)
”Dalam banyak hal, ini adalah satu-satunya jawaban yang mungkin dari pandemi hingga perubahan iklim, hingga perpajakan yang adil dan merata. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mengatasi perbedaan kita. Dan kita harus mengobarkan kembali semangat yang mengarah pada pembentukan kelompok ini,” kata PM Draghi.