Bennett dan Putin Bertemu Bahas Nuklir Iran dan Perang Suriah
Israel menekankan pentingnya Rusia dalam isu-isu di Timur Tengah, terutama terkait Iran dan Suriah. Namun, Kremlin menyatakan, butuh waktu untuk membuat dekat hubungan Presiden Putin dan PM Bennett.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
SOCHI, JUMAT — Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mendarat di Sochi, salah satu daerah tujuan wisata paling populer di Rusia, Jumat (22/10/2021). Di sana dia bertemu Presiden Vladimir Putin untuk membahas isu-isu penting Timur Tengah dengan fokus utama pada isu nuklir Iran dan perang Suriah.
Menurut The Times of Israel (TOI), Bennett melakukan sebuah kunjungan kilat ke Rusia dengan mendarat di Sochi, kota wisata di tepi Laut Hitam, Jumat pagi waktu setempat. Bennett berada di Sochi hanya selama sekitar lima jam sebelum terbang kembali ke Israel pada sore harinya untuk menyambut hari Sabat.
Berbicara di Bandara Tel Aviv sebelum lepas landas, Bennett menggembar-gemborkan pentingnya hubungan dengan Moskwa. Bennett melihat Rusia sebagai pemain utama di kawasan Timur Tengah karena kuatnya dukungan Moskwa kepada Presiden Suriah Bashar Assad dan pengaruhnya terhadap Teheran.
Kremlin mengatakan, butuh waktu untuk membuat dekat hubungan Putin dan Bennett. ”Kami mencoba tidak membandingkan Netanyahu dengan PM Bennett. Netanyahu bertahun-tahun bekerja bersama Putin. Mereka saling mengenal dengan sangat baik. Butuh waktu untuk membangun hubungan dengan pribadi baru,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada i24News, merujuk pendahulu Bennett, yakni Benjamin Netanyahu.
Menurut juru bicara Bennet, lawatan pertama Bennett ke Rusia sejak menjadi PM Israel itu dilakukan atas undangan Putin. Bennett mengatakan, hubungan Israel dan Rusia adalah "elemen penting" dari kebijakan luar negeri Israel.
”Hubungan antara Rusia dan Israel adalah pilar penting kebijakan luar negeri Israel karena posisi khusus Rusia di kawasan dan pengaruh internasionalnya. Juga karena ada sejuta penutur bahasa Rusia di Israel yang menjadi jembatan di antara kedua negara,” kata Bennett lewat video yang dirilis kantor PM Israel, seperti dilaporkan TOI.
”Secara umum, kebijakan luar negeri dan status internasional Israel menguat secara signifikan. Ada energi yang cukup besar dan arahnya sangat bagus,” ucap Bennett.
Pekan lalu, kantor PM Israel mengatakan bahwa pertemuan Bennett dengan Putin akan membahas program nuklir Iran dan peran Rusia di Timur Tengah, khususnya dalam perang Suriah. ”Keduanya membahas serangkaian masalah diplomatik, keamanan, dan ekonomi yang melibatkan kedua negara serta masalah regional yang penting, terutama program nuklir Iran,” kata kantor PM Israel.
Terkait nuklir Iran, Rusia termasuk enam negara kuat yang meneken kesepakatan nuklir dengan Iran, yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), di Vienna, Austria, 14 Juli 2015.
Dalam JCPOA, enam negara kuat yang terdiri atas lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman (P5+1) menyepakati keringanan sanksi bagi Iran. Sebagai imbalan, Iran harus membatasi kemampuan nuklirnya.
Namun, AS di bawah Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan penting itu, Mei 20218. Penarikan diri Washington dari JCPOA itu justru diikuti penerapan kembali sanksi oleh AS kepada Iran.
Langkah AS direspons Teheran dengan secara bertahap membatalkan komitmen nuklirnya dengan meningkatkan kembali pengayaan uranium. Israel dan AS mencurigai program nuklir Iran sudah mendekati level pembuatan bom nuklir.
Bennett mengatakan kepada Majelis Umum PBB pada akhir September lalu bahwa Iran telah melewati ”semua garis merah” dalam program nuklirnya. Dia bersumpah, Israel tidak akan mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir.
Saat itu Bennett mengatakan, Iran telah berusaha keras untuk membawa Timur Tengah berada di bawah ”payung nuklir”. Dia mendesak adanya upaya internasional yang lebih terpadu untuk menghentikan kegiatan nuklir Iran. Namun, dia juga mengisyaratkan potensi Israel untuk bertindak sendiri terhadap Iran, sesuatu yang telah berulang kali dikemukakan di masa lalu.
”Program nuklir Iran telah mencapai titik krusial dan begitu juga toleransi kita. Kata-kata tidak cukup untuk menghentikan sentrifugal berputar,” kata Bennett. ”Israel tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir.”
Israel saat ini dilaporkan sedang melobi AS untuk tidak bergabung dalam kesepakatan nuklir dengan Iran, setelah Washington menyatakan keinginan untuk kembali ke meja perundingan.
Pada Kamis lalu, Menteri Keuangan Israel Avigdor Liberman, yang sebagian besar basis politiknya terdiri atas penutur bahasa Rusia, mengatakan, bentrokan militer Israel dengan Iran ”hanya soal waktu”.
Mantan PM Benjamin Netanyahu pernah mengatakan bahwa hubungannya yang dekat dengan Putin memungkinkan Israel bisa melancarkan kampanye udara selama bertahun-tahun melawan milisi loyalis Iran di Suriah. Kampanye itu terus berlanjut di bawah Bennett meski laporan baru-baru ini menunjukkan ketegangan dalam hubungan Israel-Rusia atas kebijakan terhadap Suriah.
Keterlibatan dan kebebasan bertindak Israel di Suriah sudah sangat dibatasi setelah Rusia menyediakan rudal canggih untuk pertahanan udara bagi pasukan Assad. Bantuan diberikan tak lama setelah insiden pada 2018 saat tentara Suriah yang membidik jet Israel malah menjatuhkan pesawat Rusia sehingga 15 orang di dalamnya tewas.
Israel telah melakukan ratusan serangan udara di dalam wilayah Suriah selama perang saudara di negara itu. Israel menargetkan yang disebutnya sebagai pengiriman senjata dan diyakini ditujukan untuk kelompok Hezbollah Lebanon. Kelompok ini didukung Iran dan bertempur bersama pasukan Pemerintah Suriah. Israel jarang mengakui atau membahas operasi semacam itu.
Sistem pertahanan udara Rusia di Suriah pada Agustus lalu menjatuhkan 22 rudal Israel yang ditembakkan ke Suriah. Beberapa minggu kemudian, satu rudal Rusia ditembakkan ke Israel tengah dari wilayah Suriah. Israel telah menyerang sejumlah aset dan milisi pro-Iran di Suriah karena mencoba memperkuat diri di perbatasan Israel sebelah utara dan mengirim senjata ke Hezbollah.
Pertemuan Bennett dan Putin kali ini didahului dengan saling menyapa lewat sambungan telepon internasional, 7 Oktober 2021. Saat itu, Bennett menyampaikan ucapan selamat kepada Putin yang merayakan hari ulang tahun ke-69. Kunjungan Bennett juga didahului lawatan Menlu Israel Yair Lapid ke Moskwa bulan lalu untuk bertemu Menlu Rusia Sergei Lavrov.
Bennett menjadi PM Israel pada Juni 2021 menggantikan Netanyahu yang telah 12 tahun berkuasa dan dekat dengan Putin. Tak lama setelah Bennett dilantik, Putin menyampaikan selamat dan mengatakan kerja sama Rusia-Israel akan memperkuat ”perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Timur Tengah.”
Kunjungan Bennet diperkirakan menjadi pertemuan tatap muka terakhir Putin dengan pemimpin negara lain akibat lonjakan kasus Covid-19 di Rusia. Negara itu akan memberlakukan pembatasan baru mulai pekan depan.
Kremlin mengatakan, Putin membatalkan pertemuan langsung selama satu minggu liburan nasional mulai 30 Oktober, yang dirancang untuk mengendalikan rekor kematian akibat virus. (AFP/REUTERS/AP)