Uni Eropa Janjikan Rp 16,3 Triliun untuk Rakyat Afghanistan
PBB memperingatkan bahwa ekonomi Afghanistan di ambang kehancuran. Afghanistan, sebelum pengambilalihan Taliban, telah bergantung pada bantuan internasional yang menyumbang 75 persen dari anggaran negara itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
ROMA, SELASA — Uni Eropa menjanjikan paket bantuan senilai 1 miliar euro atau lebih dari Rp 16,34 triliun guna mendukung rakyat Afghanistan. Namun, bantuan tidak ditujukan untuk pemerintahan Afghanistan di bawah Taliban. Negara-negara anggota G-20 juga menjanjikan bantuan di tengah kekhawatiran atas situasi keamanan dan keuangan yang sudah genting, terlebih mendekati musim dingin.
Janji paket bantuan UE dan tekad G-20 itu diumumkan masing-masing pihak dalam pertemuan tingkat tinggi virtual yang digelar G-20 di Roma, Selasa (12/10/2021). Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan, pertemuan itu merupakan respons multilateral pertama terhadap krisis di Afghanistan. Krisis dipicu penarikan pasukan NATO dari Afghanistan pada Agustus lalu dan pengambilalihan pemerintahan oleh Taliban.
Terkait janji bantuan UE, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan, dukungan senilai 1 miliar euro itu mencakup janji paket bantuan senilai 300 juta euro yang diumumkan UE sebelumnya. Paket bantuan ditujukan untuk penduduk Afghanistan saja dan negara-negara tetangga. Para pihak sebagian sudah mendapatkan bantuan kemanusiaan tak lama setelah kekacauan terjadi menjelang, saat, dan pasca-penarikan pasukan NATO dari Afghanistan.
UE tetap berhati-hati untuk tidak melegitimasi pemerintahan sementara Taliban di Afghanistan. ”Rakyat Afghanistan seharusnya tidak membayar harga dari tindakan Taliban,” kata Von der Leyen tentang akibat yang harus ditanggung warga Afghanistan dari kebijakan Taliban.
Para pemimpin G-20 menuntut pemerintahan Taliban memberikan akses kemanusiaan di Afghanistan dan memastikan keamanan Bandara Internasional Kabul.
Para pemimpin G-20 menuntut pemerintahan Taliban memberikan akses kemanusiaan di Afghanistan dan memastikan keamanan Bandara Internasional Kabul. Negara-negara anggota G-20 juga ingin agar perbatasan Afghanistan tetap terbuka. Selain itu, mereka menuntut Taliban menjamin kepastian keamanan staf kemanusiaan, staf diplomatik PBB, dan staf diplomatik setiap negara. Mereka juga mengulangi tuntutan sebelumnya agar hak-hak perempuan dihormati.
Draghi mengatakan kepada wartawan bahwa negosiasi dengan Taliban diperlukan untuk memastikan distribusi bantuan kemanusiaan ke Afghanistan. Namun, dia mengatakan kontak seperti itu sama sekali bukan pengakuan politik terhadap Taliban. Pengakuan atas Taliban, menurut Draghi, akan ”dinilai berdasarkan perbuatan, bukan kata-kata mereka”. ”Pemerintah (Taliban), seperti yang kita tahu, tidak benar-benar inklusif, tidak benar-benar representatif. Hak-hak perempuan, sejauh yang kami lihat, sepertinya kembali ke 20 tahun yang lalu,” kata Draghi.
PBB telah memperingatkan bahwa ekonomi Afghanistan berada di ambang kehancuran. Afghanistan sebelum pengambilalihan Taliban bergantung pada bantuan internasional yang menyumbang 75 persen dari anggaran negara itu. Afghanistan kini sedang bergulat dengan krisis likuiditas karena aset dibekukan di AS dan negara-negara lain. Pencairan bantuan organisasi-organisasi internasional pun ditunda.
”Kita semua tidak mendapatkan apa-apa jika seluruh sistem moneter atau keuangan di Afghanistan runtuh karena bantuan kemanusiaan juga tidak dapat diberikan lagi,” kata Kanselir Jerman Angela Merkel kepada wartawan di Berlin setelah pertemuan tingkat tinggi itu.
Presiden AS Joe Biden, dalam pidatonya, menugaskan PBB untuk mengoordinasikan bantuan kemanusiaan dan meminta lembaga keuangan internasional memastikan berfungsinya sistem keuangan Afghanistan. Dalam pernyataan resmi, Gedung Putih mengatakan, AS ”tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan komunitas internasional dan menggunakan sarana diplomatik, kemanusiaan, dan ekonomi untuk mengatasi situasi di Afghanistan serta mendukung rakyat Afghanistan.” Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, menegaskan, AS adalah donor tunggal terbesar ke Afghanistan dengan nilai bantuan 330 dollar AS untuk tahun ini saja.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidato melalui video mengatakan, komunitas internasional harus menjaga saluran dialog dengan Taliban tetap terbuka. Ia mendorong negara-negara menunggu dengan sabar sekaligus secara bertahap mengarahkan Taliban menuju pembentukan pemerintahan yang lebih inklusif. Dia mengungkapkan bahwa Turki, yang menampung lebih dari 3,6 juta pengungsi dari Suriah, tidak dapat dibebani dengan masuknya imigran dari Afghanistan.
Erdogan juga mengusulkan pembentukan kelompok kerja di Afghanistan dalam G-20. Turki bersedia memimpin kelompok semacam itu. Draghi mengatakan, proposal tersebut menarik, tetapi usulan seperti itu harus disetujui oleh semua anggota G-20. (AFP/REUTERS)