Thailand Beri Fasilitas Bebas Karantina untuk Wisman dari 10 Negara
Demi memulihkan perekonomian domestik, Thailand menyediakan jalur hijau alias bebas karantina bagi wisatawan asing dari 10 negara dengan risiko rendah Covid-19. Kebijakan ini berlaku per 1 November.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
BANGKOK, SELASA — Kabar gembira bagi para pelancong ke ”Negeri Gajah”. Mulai 1 November, Thailand akan kembali membuka industri pariwisatanya. Untuk tahap awal, pemerintah setempat memberikan fasilitas jalur hijau alias bebas karantina kepada wisatawan mancanegara dari 10 negara dengan risiko Covid-19 rendah.
Negara yang dimaksud, antara lain, Inggris, Amerika Serikat, China, Jerman, dan Singapura. ”Begitu tiba di sini, mereka (wisatawan) harus menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 dan harus tes lagi saat tiba di bandara. Barulah setelah hasilnya negatif, mereka boleh bebas jalan-jalan ke mana-mana," kata Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha, Selasa (12/10/2021).
Fasilitas jalur hijau ini merupakan pelonggaran dari kebijakan sebelumnya. Pada kebijakan sebelumnya, wisatawan yang masuk, meski sudah divaksin, tetap harus menjalani karantina selama tujuh hari di hotel. Khusus di daerah wisata Phuket, wisatawan boleh bergerak bebas dan harus berada di lokasi minimal selama sepekan.
Jika situasi terus membaik, Prayut berjanji akan menambah jumlah negara yang mendapat fasilitas bebas karantina. Evaluasinya akan dilakukan pada 1 Desember 2021 dan 1 Januari 2022. Prayut juga mengizinkan kembali penjualan alkohol di restoran sekaligus pembukaan tempat-tempat hiburan per 1 Desember dengan protokol kesehatan yang ketat.
Di luar 10 negara kategori risiko rendah tersebut, wisatawan asing tetap boleh masuk ke Thailand. Hanya saja ketentuan lama masih melekat, yakni mereka pertama-tama harus menjalani karantina selama tujuh hari saat tiba di Thailand.
Pemerintah Thailand, merujuk Bangkok Post, awalnya merencanakan membuka pariwisata per 1 November khusus untuk Bangkok dan beberapa provinsi. Provinsi lain yang dimaksud adalah Chon Buri (kota Pattaya, distrik Bang Lamung, dan distrik Sattahip), Phetchaburi (distrik Cha-am), Prachuap Khiri Khan ( distrik Hua Hin) dan Chiang Mai (distrik Muang, Mae Taeng, Mae Rim dan Doi Tao). Pengumuman pada Senin mengindikasikan pembukaan pariwisata akan berlaku untuk seluruh wilayah Thailand.
Kasus menurun
Kebijakan pembukaan kembali industri pariwisata Thailand, menurut Prayuth, diambil menyusul kasus Covid-19 domestik yang menurun. Pada saat yang sama, vaksinasi terus digenjot dengan target 70 persen dari total populasi Thailand.
Sejauh ini 48 persen warga Thailand sudah divaksin Covid-19, setidaknya satu kali. Sampai saat ini tercatat rata-rata 10.000 kasus baru Covid-19, mayoritas varian Delta. Jumlah total kasusnya 1,7 juta kasus dengan 17.751 kasus di antaranya berakhir dengan kematian.
Prayut menyadari keputusan membuka pintu kembali untuk wisatawan asing ini bukan tanpa risiko. Kasus Covid-19 bisa saja melonjak kembali. Namun, ia mengakui kerugiannya akan lebih besar bagi rakyatnya karena kehilangan peluang usaha, terutama bagi mereka yang bergerak di sektor pariwisata. ”Sudah saatnya kita harus bersiap-siap hidup berdampingan dengan Covid-19, seperti halnya kita hidup bersama penyakit lain,” ujarnya.
Industri pariwisata menjadi salah satu pilar ekonomi Thailand. Sebelum pandemi, sumbangannya kepada produk domestik bruto mencapai 20 persen dengan catatan kunjungan sedikitnya 40 juta wisatawan per tahun.
Menyusul penyebaran Covid-19 yang diikuti kebijakan pembatasan dan penutupan pintu perbatasan, jumlah wisatawan asing anjlok 83 persen, dari 39,9 juta orang pada 2019 menjadi 6,7 juta orang pada 2020. Akibatnya, Thailand pada tahun lalu kehilangan potensi keuntungan di sektor pariwisata sekitar 50 miliar dollar AS. (AFP/AP/LUK)