NATO mengusir delapan anggota perwakilan Rusia di NATO karena mereka diduga anggota intelijen Rusia. Karena statusnya itu, dan tidak dilaporkan sebelumnya, mereka dianggap sebagai mata-mata.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
BRUSSELS, KAMIS —Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO mengusir delapan anggota perwakilan Rusia di NATO karena mereka diduga menjadi mata-mata. Kedelapan anggota perwakilan itu disebut termasuk dalam ”perwira intelijen Rusia yang tidak dilaporkan”. Tak hanya mengusir, NATO juga mengurangi ”jatah” anggota perwakilan dari Rusia di NATO yang sebelumnya 20 orang menjadi hanya 10 orang. Perkembangan terbaru ini menunjukkan hubungan Timur dan Barat berada di titik terendah pasca-Perang Dingin.
Informasi pengusiran perwakilan Rusia itu awalnya dilaporkan Sky News, Rabu (6/10/2021). Sky News menyebutkan, perwakilan atau misi Rusia di NATO akan dikurangi karena ada dugaan Rusia melakukan aktivitas-aktivitas yang merugikan, termasuk pembunuhan dan spionase. Keputusan mengurangi jatah perwakilan Rusia ini akan mulai berlaku akhir bulan ini dan sudah disetujui oleh ke-30 negara anggota NATO.
”Memang benar, kami mencabut akreditasi delapan anggota misi Rusia di NATO yang tidak menyatakan dirinya sebagai perwira intelijen Rusia,” kata salah seorang pejabat di NATO yang tidak mau disebutkan namanya.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko menuding NATO bermuka dua dan sengaja memanfaatkan tuduhan adanya ancaman dari Rusia untuk kepentingannya sendiri. ”Baru kemarin para pemimpin NATO bicara soal dukungan dimulainya kembali dialog dalam kerangka Dewan NATO dan Rusia,” kata Grushko kepada harian Kommersant.
Kantor berita Interfax mengutip Kepala Komite Urusan Internasional di DPR Rusia Leonid Slutsky, yang menyatakan Rusia akan membalas tindakan NATO. ”Perbuatan NATO itu merusak peluang dialog Rusia dan Barat. Mereka (Barat) masih saja mengajak konfrontasi dengan Rusia,” ujarnya.
Rusia pun tidak suka dengan langkah NATO yang dianggap provokatif karena memperluas infrastruktur militernya di dekat perbatasan Rusia. Sebaliknya NATO berkeras memperkuat posisinya di garis perbatasan Rusia untuk membantu memperkuat pertahanan dan keamanan negara-negara tetangga Rusia.
Meskipun demikian, seorang pejabat NATO menegaskan kebijakan NATO terhadap Rusia tetap konsisten. NATO tetap memperkuat pencegahan dan pertahanan dalam menghadapi sikap agresif Rusia. Tetapi di sisi lain, NATO juga tetap terbuka untuk berdialog dengan Rusia.
Hubungan Barat dengan Rusia memang masih diliputi ketegangan. Beragam isu mulai dari isu pencaplokan wilayah Krimea di Ukraina, dugaan campur tangan Rusia pada pemilu Amerika Serikat, hingga soal dugaan peracunan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya di Inggris pada 2018 membuat kedua pihak masih menyimpan ”kecurigaan”.
Di sisi lain, kedua pihak juga mencoba membangun ”jembatan”. Sejak lama Rusia sudah mengirimkan tim pemantau di NATO. Ini merupakan bagian dari kerangka dialog NATO-Dewan Rusia yang dimulai 20 tahun lalu. Tujuannya, mendorong kerja sama dalam sektor keamanan. Namun, Rusia bukan anggota dari NATO. Perwakilan Rusia di NATO sudah pernah dikurangi setelah tujuh orang diusir gara-gara kasus peracunan Skripal. Permohonan akreditasi tiga diplomat Rusia ditolak.
Sebenarnya kerangka dialog antara NATO dan Dewan Rusia itu tak berjalan baik—jika tidak dikatakan tidak ada gunanya—karena Rusia tetap mencaplok Krimea. Kremlin juga tetap mendukung kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina, dan tetap mengembangkan persenjataan termasuk rudal. Namun, bagi NATO, kerangka dialog itu tetap penting dan harus ada. Masalahnya, keberlanjutan dialog itu kini tergantung sepenuhnya pada Rusia. (REUTERS/AFP/AP)