Amerika Serikat yang sering disebut ”mbahnya kapitalis” saja memperjuangkan kesejahteraan kurir ojek ”online” (ojol). Dewan Kota New York baru-baru ini mengesahkan aturan yang menjamin hak dan kesejahteraan kurir ojol.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
Perusahaan pengiriman berbasis aplikasi menuai omzet masif dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, dua tahun terakhir, dengan adanya pandemi Covid-19, kegiatan jasa pengiriman berbasis aplikasi tumbuh meroket. Namun, kurir pengiriman atau yang di Indonesia adalah sopir ojek on line (ojol) sebagai ujung tombak bisnis tak mendapatkan kesejahteraan yang sepadan. Bahkan, banyak pihak menganggap kurir pengiriman dieksploitasi.
Persoalan ini menjadi perhatian Dewan Kota New York, Amerika Serikat (AS). Bahkan, Dewan Kota New York, setelah melalui pemungutan suara pada Jumat (1/10/2021), mengesahkan paket aturan upah dan standar minimum bagi kurir pengiriman. Aturan ini mengikat perusahaan-perusahaan berbasis aplikasi seperti DoorDash, Uber Eats, dan Grubhub.
Ketua Dewan Kota New York Corey Johnson, Kamis (30/9/2021), menyatakan, aturan itu akan memberi kurir hak yang layak mereka dapatkan. Ia juga berharap langkah itu menginspirasi munculnya aturan serupa di berbagai tempat lain.
”New York sekarang akan menjadi kota pertama di negara ini yang memastikan kurir pengiriman tidak dieksploitasi, memastikan mereka diperlakukan dengan bermartabat dan hormat, memastikan mereka mendapatkan upah mereka, dan memastikan bahwa mereka tidak dieksploitasi oleh perusahaan bernilai miliaran dollar ini,” kata Johnson, sebagaimana dikutip The Guardian.
Aturan perlindungan kurir pengiriman itu disusun Dewan Kota New York bersama dengan kelompok pekerja pengiriman berbasis aplikasi, Los Deliveristas Unidos (LDU). Sebagian besar kurir pengiriman di AS adalah imigran. Kelompok ini telah lama mendorong upah layak, akses toilet, dan hak untuk berorganisasi. Selama pandemi, jasa kurir pengiriman semakin dibutuhkan. Bahkan, masyarakat bergantung pada layanan mereka.
Aturan terkait upah dan standar minimum itu diharapkan memungkinkan para pekerja untuk menyimpan lebih banyak uang tip yang mereka dapatkan serta membatasi jarak tempuh kurir. Aturan itu juga termasuk menjamin akses pekerja ke toilet, sebuah masalah yang kerap ditemui di kota besar seperti New York dan diperburuk oleh kebijakan pembatasan selama pandemi Covid-19.
Aktivitas di sektor pengiriman berbasis aplikasi tumbuh sangat pesat di AS dalam setahun terakhir. Uber Eats, segmen pengiriman makanan dari perusahaan transportasi online Uber, kinerjanya melonjak 190 persen pada 2020 dan menambah hingga 36.000 kurir di New York saja. Namun, para pekerja minim perlindungan, semisal nihil tunjangan kesehatan dan minim keamanan kerja.
Uber Eats, segmen pengiriman makanan dari perusahaan transportasi online Uber, kinerjanya melonjak 190 persen pada 2020 dan menambah hingga 36.000 kurir di New York City saja.
Merujuk studi dari Worke’s Justice Project, upah rata-rata per jam para kurir pengiriman di New York adalah 7,94 dollar AS pada 2020 atau sekitar Rp 113.000. Ini di luar uang tip. Gaji bersih per jam dengan memasukkan variabel uang tip pun dilaporkan masih di bawah upah minimum Kota New York, yakni rata-rata 12,21 dollar AS berbanding 15 dollar AS.
Para pendukung terbitnya aturan ini berharap bahwa kebijakan politik serupa dapat menjadi preseden untuk aturan serupa di tempat lain di AS. ”Paket aturan ini bersejarah. Kami berharap kota-kota lain akan mencari inspirasi dari kami,” kata anggota Dewan Kota New York, Carlina Rivera.
Rivera adalah penyusun salah satu protokol yang mewajibkan restoran untuk mengizinkan kurir pengiriman berbasis aplikasi menggunakan kamar mandi mereka. ”Ini adalah industri bernilai miliaran dollar. Mereka (perusahaan aplikasi) jelas-jelas berusaha meraup keuntungan, tetapi ini tidak boleh dengan mengorbankan para pekerja ini,” katanya kepada Thomson Reuters Foundation melalui telepon.
Selain upah minimum, aturan itu juga mengamanatkan transparansi tentang bagaimana tip dihitung dan membatasi jarak para pekerja dalam memenuhi permintaan konsumen dalam waktu tertentu. Jumlah kurir pengiriman berbasis aplikasi di New York diperkirakan mencapai 65.000 orang.
Direktur Proyek Keadilan Pekerja, Ligia Guallpa, menyatakan, para kurir pengiriman menyaksikan untuk pertama kalinya bahwa suara mereka didengar. Proyek Keadilan Pekerja adalah kelompok hak-hak buruh yang bermitra dengan kurir pengiriman untuk menuntut tindakan legislatif. ”Kota ini mengakui bahwa para kurir pengiriman adalah pekerja garis depan yang penting. Ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar,” kata Guallpa pada rapat umum setelah rancangan peraturan itu disahkan oleh Dewan Kota New York.
Grubhub, DoorDash, dan Uber Eats, tiga perusahaan terbesar dalam industri pengiriman berbasis aplikasi di AS, mengajukan gugatan terhadap Dewan Kota New York, awal bulan lalu, untuk membatalkan peraturan yang akan mengurangi keuntungan yang dapat mereka ambil dari biaya pengiriman itu. Namun, menjelang akhir September lalu, manajemen Grubhub mengatakan dalam sebuah pernyataan surat elektronik bahwa pihaknya mendukung langkah-langkah yang disahkan Dewan Kota New York itu.
Seorang juru bicara DoorDash mengatakan, perusahaan memiliki tujuan yang sama dengan Dewan Kota New York, yakni menyejahterakan kurir. Namun, perusahaan keberatan soal batasan jangkauan pengiriman karena akan memiliki konsekuensi lain yang tidak diinginkan. Manajemen Uber Eats tidak menanggapi permintaan konfirmasi atas hal itu. (Thomson Reuters Foundation/BEN)