Perseteruan Aljazair-Maroko Ancam Pasokan Gas ke Eropa
Ketegangan diplomatik antara Aljazair dan Maroko bisa berdampak pada tersendatnya pasokan gas dari Aljazair ke Eropa, yang tengah memasuki musim dingin. Aljazair adalah pengekspor gas alam terbesar di Afrika.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
ALGIERS, KAMIS — Ketegangan diplomatik antara Aljazair dan Maroko saat ini bisa berdampak pada terputusnya pasokan gas ke Eropa, terutama Spanyol dan Portugal. Perjanjian kerja sama pipa gas dua negara di Afrika Utara itu kemungkinan sulit diperpanjang pada Oktober 2021 setelah Algiers memutuskan hubungan dengan Rabat, Agustus lalu.
Kantor berita AFP, Kamis (30/9/2021), melaporkan, keran pipa gas dari Aljazair kemungkinan besar akan dimatikan oleh Maroko. Kondisi itu bisa memukul pasokan gas ke Spanyol dan Portugal tepat di saat harga gas alam sedang melonjak tajam di seluruh Eropa menjelang datangnya musim dingin.
Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares Bueno dijadwalkan berada di Aljazair, Kamis waktu setempat. Dia bermaksud membahas masalah tersebut dengan otoritas terkait di Algiers.
Aljazair adalah pengekspor gas alam terbesar di Afrika dan telah menggunakan pipa Gaz-Maghreb-Europe (GME) sejak tahun 1996 untuk mengirimkan miliaran meter kubik (bcm) per tahun ke Eropa.
Namun, kontrak GME akan berakhir pada akhir Oktober, sekitar dua bulan setelah Algiers memutuskan hubungan diplomatik dengan Rabat yang dinilai melakukan ”tindakan permusuhan”.
Agustus lalu, Menteri Energi Aljazair Mohamed Arkab mengatakan kepada Duta Besar Spanyol di Algiers Fernando Moran bahwa Aljazair siap menyuplai gas ke Spanyol melalui pipa alternatif bawah laut lewat Maroko. Namun, Algiers pada 24 Agustus lalu justru memutuskan hubungan diplomatik dengan Rabat karena ”tindakan permusuhan”.
”Kesepakatan untuk melanjutkan perjanjian GME sebelum 31 Oktober (2021) sangat tidak mungkin,” kata Geoff Porter, pakar geopolitik Afrika Utara. ”Mengingat kurangnya saluran diplomatik antara Rabat dan Algiers, sulit pula untuk mengharapkan jalur negosiasi apa pun.”
Tidak seperti perbatasan mereka, yang ditutup sejak 1994, jalur pipa GME tetap terbuka selama seperempat abad meskipun terjadi krisis berulang kali.
Menurut seorang ahli energi Maroko yang meminta namanya dirahasiakan, baik Maroko maupun Aljazair sama-sama mendapat keuntungan dari suplai minyak ke Spanyol dan Portugal.
Dilaporkan, Maroko mendapat sekitar satu miliar meter kubik (bcm) gas per tahun. Separuh dari jumlah tersebut diperoleh dari gas yang dibeli negara pengimpor dan separuh lagi sebagai biaya transit senilai sekitar 50 juta dollar AS per tahun.
Sebagai imbalannya, Aljazair mendapatkan rute hemat biaya hingga sekitar separuh dari total ekspor gas ke Spanyol dan Portugis. Namun, akibat ketegangan diplomatik yang muncul dua bulan menjelang kontrak berakhir, tampaknya belum bisa dipastikan bakal tercapai kesepakatan baru terkait kerja sama pipa gas Aljazair-Maroko.
Pemutusan hubungan
Pemutusan hubungan diplomatik dengan Rabat dilakukan Algiers setelah keduanya bersitegang selama berbulan-bulan. Sebagian pemicu lainnya disebabkan oleh normalisasi hubungan Maroko-Israel dengan imbalan Washington mengakui kedaulatan Rabat atas Sahara Barat.
Aljazair, yang menjadi basis gerakan kemerdekaan Polisario dan mendukung perjuangan Palestina, pada Agustus menuduh tetangganya, Maroko, telah melakukan ”tindakan permusuhan”. Misalnya, Rabat dituding terlibat kebakaran hutan yang mematikan, mendukung separatis di wilayah Kabylie, dan menggunakan spyware Pegasus untuk memata-matai pejabat Aljazair.
Maroko juga dituding mendukung kelompok separatis dan gagal dalam komitmen bilateral, termasuk soal Sahara Barat. ”Sejarah menunjukkan, Maroko tidak pernah berhenti melancarkan tindakan permusuhan terhadap Aljazair,” kata Menlu Aljazair Ramtane Lamamra, 24 Agustus lalu.
Lamamra menuduh para pemimpin Maroko ”bertanggung jawab atas krisis yang berulang” dan perilaku yang ”menyebabkan konflik” di Afrika Utara. Walau demikian, Lamamra juga mengatakan, kantor konsulat di kedua negara akan tetap beroperasi.
Rabat saat itu merespons dengan menyatakan penyesalan atas keputusan yang diambil Algiers. Rabat menyesali ”keputusan yang tidak dapat dibenarkan” dan akan tetap menjadi ”mitra yang kredibel dan setia” bagi Algiers. Langkah Algiers dinilai berdasarkan ”dalih yang salah, bahkan tidak masuk akal”.
Opsi Aljazair
Terkait perjanjian kerja sama pipa gas, pakar energi Afrika Utara, Roger Carvalho, mengatakan, Aljazair dapat menghapus biaya transit di Maroko, salah satu sumber pendapatan utama dan stabil bagi Rabat, tetapi juga pasokan gas dengan harga yang bagus. ”Aljazair memiliki kewajiban (terhadap Spanyol dan Portugal) dan tidak dapat menghilangkan pendapatan internasional dari kontrak ini. Jadi harus mencari rute pengiriman lain,” kata Carvalho.
Aljazair memang memiliki dua alternatif untuk GME, tetapi keduanya memiliki kekurangan. Pipa bawah laut Medgaz, yang mengangkut gas Aljazair langsung ke pantai Spanyol, sudah beroperasi mendekati kapasitas penuhnya sebesar 8 bcm per tahun—sekitar separuh dari total ekspor gas Aljazair ke Spanyol.
”Jika Aljazair berhasil mengirimkan cukup gas melalui Medgaz, mereka mungkin akan melakukannya,” kata Carvalho.
Namun, di pihak lain, perusahaan energi negara Aljazair, Sonatrach, dan mitra Spanyol-nya, Naturgy, telah berjanji untuk meningkatkan kapasitas Medgaz menjadi 10 bcm per tahun dalam beberapa bulan mendatang. Itu masih jauh dari total yang dibutuhkan saat ini.
Opsi kedua adalah mengirimkan gasnya ke Spanyol dengan kapal. Namun, Porter mengatakan, opsi ini ”tidak masuk akal secara finansial”. Akibatnya, Aljazair berpotensi kehilangan sebagian pendapatan penjualan ekspor gas jika jalur Maroko dihilangkan.
Seorang pakar energi Maroko mengatakan bahwa menutup pipa akan merugikan Aljazair, tetapi hanya berdampak sangat kecil bagi di Maroko. ”GME adalah kesempatan bagi Aljazair. Jika mereka melewatkannya, itu akan menjadi keputusan yang tidak rasional dan mereka akan menjadi pecundang terbesar,” katanya.
Rabat mengatakan ingin menjaga GME tetap terbuka. Namun, terlepas dari kesepakatan langsung antarperusahaan yang mengelola kontrak, banyak analis meyakini keran gas dari Aljazair akan dimatikan oleh Maroko.
Matthew Cunningham, ekonom di konsultan FocusEconomics yang berbasis di Barcelona, mengatakan, masalah tersebut akan menyebabkan gangguan pasokan yang cukup besar untuk Spanyol. Negara di Eropa barat daya ini telah didorong untuk menurunkan pajak listrik dan memberlakukan batasan biaya karena tagihan gas melonjak di seluruh Eropa.
Kementerian Lingkungan Spanyol mengatakan, Aljazair telah memberikan ”jaminan yang diperlukan bahwa impor gas dari Aljazair tidak akan terancam meskipun krisis saat ini”. Namun, Carvalho memperingatkan, penutupan GME dalam jangka panjang dapat mendorong Spanyol dan Portugal untuk mendiversifikasi pasokan mereka dari Aljazair. (AFP/REUTERS)