Memperingati Hari Kemerdekaan Ke-76 RI, Konsulat Jenderal RI di Mumbai bekerja sama dengan Keraton Yogyakarta menggelar Wayang Orang Gana Kalajaya. Pentas virtual itu bertepatan dengan Festival Ganesh Chaturthi di India.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto dan Harris Firdaus
·5 menit baca
Gerimis mengiring saat dua lelaki bertubuh besar berdiri berhadap-hadapan di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta, Selasa (21/9/2021) malam. Mulanya, keduanya bertarung dengan tangan kosong. Namun, sesudah beberapa adegan, mereka bertarung dengan senjata sehingga pertempuran pun berlangsung lebih seru.
Menjelang malam, saat kota Yogyakarta masih berbalut gerimis, dua orang bertelanjang dada dan hanya memakai kain batik sebagai bawahan serta blangkon untuk penutup kepala itu terus bertarung. Di bawah cahaya lampu, bayangan badan mereka bergerak dengan tempo yang kadang cepat dan kadang lambat.
Akan tetapi, jangan bayangkan duel satu lawan satu itu adalah ”pertarungan jalanan”. Pertarungan itu merupakan bagian dari latihan pementasan Wayang Orang bertajuk ”Gana Kalajaya”.
Lakon yang berkisah tentang Batara Gana atau Dewa Ganesha, dewa berkepala gajah, itu digelar pada Sabtu (25/9) malam. Wayang orang yang digelar di halaman dalam Keraton Yogyakarta itu mementaskan kisah kelahiran Gana, termasuk kisah mengapa dia berkepala gajah hingga dinobatkan sebagai dewa ilmu pengetahuan. Pertunjukan itu merupakan kerja sama Konsulat Jenderal RI di Mumbai, India, dengan Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
Selain disaksikan langsung hanya oleh keluarga Keraton Yogyakarta, pertunjukan itu juga disaksikan wakil dari negara-negara sahabat, perwakilan RI di luar negeri, dan warga dari beberapa negara secara virtual melalui Zoom dan Youtube.
Pementasan itu diawali tayangan video tentang Kota Yogyakarta dan tari Bedhaya Sang Amurwabhumi. Tari tersebut, dan lakon Gana Kalajaya, merupakan kreasi Yasan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam sebuah perbincangan, Konsul Jenderal RI di Mumbai Agus Prihatin Saptono mengatakan, pertunjukan itu merupakan bagian dari promosi pariwisata Indonesia, khususnya untuk masyarakat India dan dunia. ”Yang kedua adalah mengangkat kemiripan dan keunikan cultural heritage yang dimiliki Indonesia dan India,” kata Agus.
Sementara itu, Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya menyoroti perjumpaan India-Indonesia termasuk Yogyakarta. Salah satunya, ia merujuk pada kunjungan penyair India, Rabindranath Tagore, ke Yogyakarta pada 1927. Ia kagum pada adaptasi pujangga dan seniman Jawa pada literasi India. Ada unsur yang sama, tetapi juga kaya dengan yang baru yang tidak ada dalam literasi India.
Menteri Pariwisata, Lingkungan, dan Protokol Pemerintah Negara Bagian Maharashtra HE Aaditya Thackeray dalam sambutannya menyampaikan rasa gembiranya dengan insiatif Konjen RI Mumbai untuk membuat sebuah pertunjukan yang menarik. Selain menunjukkan kedekatan hubungan budaya India dengan Indonesia, menurut dia, pertunjukan ini juga mengangkat cerita yang menjadi perhatian masyarakat India, yaitu tentang Dewa Ganesha.
Aaditya berharap kedekatan budaya dan promosi wisata ini dapat memantapkan kerja sama dua pihak, sekaligus membuka pintu kolaborasi di masa mendatang.
Festival tahunan
Pementasan Gana Kalajaya bertepatan dengan festival atau perayaan Ganesh Chaturthi di India. Merujuk laman Britannica.com, Ganesh Chaturthi biasanya digelar pada hari keempat (chaturthi) bulan Bhadrapada (Agustus-September) atau bulan keenam dalam kalender Hindu.
Saat perayaan itu dimulai, warga meletakkan patung Ganesha di sebuah panggung kecil di dalam rumah. Panggung itu kemudian diberi hiasan warna-warni. Pada akhir festival, patung itu kemudian dibawa ke sungai dengan diiringi arakan besar disertai tabuhan genderang, nyanyian suci, dan tarian. Ritual itu melambangkan perjalanan kembali Ganesha ke tempat orangtuanya, Dewa Siwa dan Parwati.
Tahun 1893, ketika Pemerintah Kolonial Inggris melarang pertemuan politik, festival tersebut dihidupkan kembali oleh pemimpin nasionalis India, Bal Gangadhar Tilak.
Dalam sebuah artikel bertajuk ”Ganesh Chaturthi 2021: History, Importance and Rituals of Vinayaka Chavithi” (Times of India, Kamis, 9 September 2021) disebutkan, selain dikenal sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan dan Kebijaksanaan, Ganesha juga dikenal sebagai Dewa Kemakmuran. Ia adalah sosok Vighnakarta (pencipta rintangan) untuk para raksasa (setan). Dia adalah sosok penjaga. Itulah alasan mengapa umat Hindu ”mengenangnya” dengan syahdu. Di India, Ganesh Chaturthi dirayakan secara besar-besaran di Maharashtra, Gujarat, Goa, Madhya Pradesh, Karnataka, dan Telangana.
Di Indonesia, Ganesha juga sangat dihormati pemeluk Hindu. Ganesha juga akrab dalam khazanah budaya Indonesia. Selain patung atau gambar, Ganesha pun menjadi nama universitas, serta logo salah satu lembaga pendidikan ternama di Indonesia, Institut Teknologi Bandung.
Yang pertama
Kali ini, di tangan Sri Sultan, kisah Ganesha itu mewujud dalam seni pertunjukan nan elok. Dalam pentas Wayang Orang Gana Kalajaya, ada tiga pemain yang memerankan tokoh Batara Gana. Sebab, dalam pertunjukan itu, tokoh Batara Gana ditampilkan dalam tiga fase, yakni anak-anak, remaja, dan dewasa.
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardawa Keraton Yogyakarta Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro mengatakan, pertunjukan wayang orang pada Sabtu malam itu merupakan kali pertama lakon Gana Kalajaya dipentaskan. Tak heran jika para pemain, yang sebagian besar adalah abdi dalem dan keluarga Keraton Yogyakarta, harus aktif mencari rujukan.
Pemeran Batara Gana dewasa, Raden Jajar Widyatmoko Harsomatoyo, mengatakan, tokoh Batara Gana sangat jarang muncul dalam pertunjukan tari dan wayang orang di Yogyakarta. Bahkan, selama sekitar 10 tahun terakhir, Widyatmoko mengaku hanya pernah satu kali melihat tokoh Batara Gana muncul dalam satu adegan sebuah pentas wayang orang.
”Tokoh Batara Gana ini sangat jarang keluar. Jadi, terus terang saja, referensi tokoh Batara Gana versi Yogyakarta ini sangat minim. Kesulitan yang saya alami seperti itu,” ungkap Widyatmoko.
Untuk mengatasi masalah minimnya referensi, Widyatmoko banyak berdiskusi dengan KPH Notonegoro dan para pengajar tari di Keraton Yogyakarta. Dari hasil diskusi itulah Widyatmoko bisa mendapat gambaran yang lebih detail mengenai tokoh Batara Gana.
Sebagaimana ungkapan ”hasil tidak mengkhianati proses”, pertunjukan Wayang Orang Gana Kalajaya berlangsung apik. Seorang penonton dari Malaysia, dalam life chat menulis, sangat menikmati pertunjukan yang disebutnya fantastis. Sementara itu, seorang warga India, Dayaram Ghindwani, menyatakan kekagumannya dan ingin mengunjungi Yogyakarta.
Lebih dari itu, ada dua hal penting yang patut dicatat. Pertama, pertunjukan Gana Kalajaya memperlihatkan betapa kayanya keberagaman seni dan budaya Indonesia. Kedua, pentas Wayang Orang Gana Kalajaya itu memperlihatkan ”intimnya” pertemuan antara masyarakat Indonesia dan India yang berlangsung sejak ribuan tahun lalu.