Saat BTS dan Pasukan Penggemarnya Mulai Bergerak
”Boy band” Korsel, BTS, memiliki kekuatan puluhan juta penggemar, ARMY, yang ikut bergerak menggaungkan isu-isu sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Kekuatan anak muda inilah yang dimanfaatkan PBB untuk kampanye SDG’s.
”Berlebihan jika menganggap anak muda sekarang generasi yang hilang akibat Covid-19. Orang dewasa saja yang tak bisa melihat jalan yang mereka lalui...’
Begitu cuplikan pesan Kim Nam-joon atau RM (Rap Monster), presiden kelompok boy band asal Korea Selatan, BTS atau Bangtan Boys atau Beyond the Scene, saat berpidato selama 7 menit di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Senin (20/9/2021). Dia mewakili BTS sebagai Utusan Khusus Presiden Korea Selatan untuk Urusan Generasi Masa Depan dan Budaya.
Kim Seok-jin kemudian menambahkan pesan yang lebih tegas. ”Mereka bukan generasi yang hilang, melainkan justru generasi yang berani mencoba banyak hal baru dan tidak takut pada perubahan,” kata anggota tertua BTS itu.
Baca juga : Pesan Tujuh Menit dan Aksi Jingkrak-jingkrak BTS di Markas Besar PBB
Kepedulian dan keberpihakan BTS, yang mulai berkiprah tahun 2013, pada generasi muda membuat mereka dipercaya Pemerintah Korsel dan PBB untuk menjembatani generasi tua dan muda. Mereka sekaligus menjadi duta bagi isu penting dan genting dalam Target-target Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) PBB 2030. Di dalamnya termasuk mengakhiri kemiskinan, merawat Bumi, dan mewujudkan kesetaraan jender.
Presiden Korsel Moon Jae-in mengakui kekuatan BTS yang beranggotakan RM, Kim Seok-jin, Min Yoon-gi (Suga), Jung Ho-seok (J-Hope), Park Ji-min, Kim Tae-hyung (V), dan Jeon Jeong-guk (Jungkook) bersama puluhan juta penggemar di seluruh dunia yang tergabung dalam pasukan Adorable Representative MC for Youth (ARMY). Kekuatan BTS dengan ARMY di belakangnya ini dimanfaatkan untuk mengampanyekan isu-isu SDG’s.
Baca juga : BTS Kembali Bawakan Suara Jutaan Anak Muda untuk Dunia
Cara Moon ini terbilang jitu. Mungkin belum sampai bisa membuat orang betul-betul memahami isu SDG’s, tetapi setidaknya berhasil menarik perhatian anak muda, khususnya ARMY, untuk mendengarkan pidato BTS soal isu itu. Atau setidaknya menggambarkan ”rumah rakyat dunia”, yakni PBB, yang tidak lagi kaku dan lebih terbuka pada generasi muda. BTS pun bebas menyanyi dan menari jingkrak-jingkrak di gedung itu dengan lagu barunya, Permission to Dance, hasil kolaborasi BTS dengan penyanyi Ed Sheeran.
Kekuatan BTS tak hanya terletak pada faktor penampilan fisik atau gaya tarian ketujuh anggotanya. Lirik lagu-lagu mereka selama ini sarat pesan untuk senantiasa bersikap dan berpandangan positif, mencintai dan menghargai diri sendiri serta lingkungan sekitarnya, sepelik apa pun situasi dan persoalan yang dihadapi. BTS tidak berjarak dengan penggemar karena mereka pernah mengalami masalah hidup yang dihadapi penggemarnya.
Faktor kedekatan ini yang membuat penggemar loyal dan militan BTS bertambah banyak. Apa pun yang mereka lakukan menjadi hit. Seperti lagu Permission to Dance yang dirilis pertama kali melalui kanal YouTube Hype Labels, 9 Juli 2021. Dalam waktu kurang dari 22 jam, video itu ditonton 65 juta kali. Video lagu yang sama yang direkam di dalam ruangan Assembly Hall dan halaman markas PBB dan diputar di kanal YouTube PBB juga ditonton sedikitnya 13 juta kali per Rabu (22/9). Ini melebihi jumlah rata-rata pengunjung kanal YouTube PBB yang ”hanya” puluhan ribu.
Baca juga : Fenomena BTS Meal, Bertemunya Kekuatan Industri dan Kekuatan Cinta Penggemar
Rekaman pidato BTS di PBB juga ditonton lebih dari 6,5 juta kali. Sementara saat live stream pidato, ada kira-kira 1 juta penonton. Kira-kira begitu juga kondisinya saat BTS pidato di PBB pertama kalinya tahun 2018 dan tahun 2020. Pada 2018, BTS berbicara di ajang UNICEF ”Generation Unlimited” yang bertujuan menangani krisis pendidikan dunia dan menjamin akses pendidikan bagi semua orang. Program Unicef ini sejalan dengan kampanye BTS, ”Love Myself”, untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak dan remaja. Kampanye ini terbilang sukses karena mampu mengumpulkan dana hingga 1 juta dollar AS dan tagar #BTSLoveMyself disebarkan 6,7 juta kali.
Dobrak tradisi
Sejak awal, BTS tak mau sekadar menjadi seperti kelompok K-pop lainnya yang ada di dalam industri populer Korea Selatan. Mereka kerap mencoba gaya berbeda dengen genre musik beragam, seperti hip-hop, jazz, EDM, R&B, pop Latin, balada, country, dan rock. Lagu-lagu yang sebagian besar mereka tulis dan produksi sendiri membahas isu-isu, seperti kesehatan mental, maskulinitas, pemberdayaan perempuan, mencintai diri, kapitalisme, kelelahan, dan perjuangan untuk tumbuh dewasa. Banyak topik lagu mereka yang masih terbilang tabu di Asia yang cenderung konservatif.
BTS berbeda karena biasanya artis-artis K-pop tidak bisa menentukan sendiri lagunya. Semua serba diatur. Musiknya ditulis dan diproduksi sesuai standar industri. BTS mendobrak kebiasaan dengan memulai tren baru yang mengeksplorasi tema yang lebih kompleks dan berdampak. ”Orang cenderung menghindar bicara soal kesehatan mental, tetapi BTS memakai bahasa universal musik untuk mengingatkan pentingnya isu ini,” kata seorang ARMY, Atanu Roy Chowdhury.
Baca juga: ”Streaming” K-Pop Berselancar ke Penjuru Dunia
BTS berhasil memanfaatkan platform musiknya untuk menyebarkan pesan ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial yang sering dihadapi anak muda. BTS tak hanya mematahkan stereotip masyarakat dan menciptakan kesadaran. Mereka berharap para penggemar pun akan melakukan hal yang sama.
CedarBough Saeji, asisten profesor Bahasa dan Budaya Asia Timur di Indiana University Bloomington, menilai, musik BTS kian digemari karena menjadi ”obat positif” bagi mereka yang sudah lelah dengan situasi sulit selama pandemi Covid-19. ”Musik mereka sarat konten, riang, dan membangkitkan semangat. Bagi mereka yang merasa kesepian dan stres, lagu BTS bisa membantu,” ujarnya kepada kantor berita Yonhap.
Lee Gyu-tag, asisten profesor studi budaya di George Mason University Korea, menilai, BTS berbeda karena pengaruhnya menguat sebagai musisi yang sadar isu sosial dengan jangkauan global. BTS dengan dukungan ARMY kerap berkampanye dan berdonasi, antara lain untuk gerakan Black Lives Matter di Amerika Serikat tahun lalu. Ketika dunia heboh dengan isu rasisme, BTS menyuarakan antirasisme dan antikekerasan. BTS dan ARMY pun kerap menggalang bantuan untuk mereka yang membutuhkan. ”Jika ada yang bisa kami lakukan atau jika suara kami bisa memberi kekuatan, itu yang akan terus kami lakukan,” kata Jungkook.
Aktivis sosial
Jika BTS sudah berkehendak, ARMY segera bergerak dan menggaungkan pesan-pesan BTS melalui media sosial. Kanal YouTube BTS memiliki 40 juta pengikut. ARMY juga mengelola akun Twitter dengan 30 juta pengikut. Beberapa tahun terakhir ARMY bergerak layaknya aktivis juga dengan memproduksi tagar-tagar bermuatan konten sosial politik, seperti #WhiteLivesMatter, #WhiteoutWednesday, dan #ARMYvaccinatedtoo.
Majalah Esquire menyebutkan, ARMY berbeda dengan klub-klub penggemar pada umumnya karena ARMY lebih konkret mewujudkan pesan BTS. Mereka berdonasi untuk macam-macam hal, mulai dari program reboisasi hutan hujan, mengadopsi ikan paus, mendanai ratusan jam kelas menari bagi anak muda Rwanda, hingga mengumpulkan uang untuk memberi bantuan makanan kepada pengungsi.
Baca juga : Gerakan Peduli Isu Perubahan Iklim ala Pasukan K-Pop
ARMY bergerak secara daring dan luring. Majalah Time, 18 November 2020, menyebutkan, ini dimungkinkan dengan adanya One In An ARMY (OIAA) yang berkolaborasi dengan organisasi-organisasi nonprofit di seluruh dunia dan mendorong donasi-donasi mikro di mana-mana. Gerakan pertama mereka dilakukan pada April 2018 bekerja sama dengan organisasi nonprofit Medical Teams International yang membantu obat-obatan dan peralatan medis lain ke Suriah. OIAA juga pernah mengumpulkan 3.800 dollar AS untuk beasiswa kepada anak.
Kalau klub penggemar lain mungkin akan memberi kado boneka atau kartu ucapan kepada idolanya saat ulang tahun, ARMY mampu mengumpulkan dana sampai 20.000 dollar AS sebagai kado ulang tahun ke-26 RM. Dana itu digunakan untuk membuka kelas digital malam hari bagi anak-anak di wilayah perdesaan selama krisis Covid-19.
”Kami dan ARMY saling menyemangati. Kami jadi semangat setelah dengar berbagai program tutor, bantuan, dan lain-lain yang dilakukan ARMY. Ini membuat kami ingin menjadi orang yang lebih baik. Kami bersama ARMY di seluruh dunia selama 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu,” kata RM.
Mengundang BTS lagi mengisyaratkan PBB membutuhkan generasi muda untuk mewujudkan rencana-rencananya. Diplomat-diplomat dari ”generasi tua” tak lagi cukup memberi solusi. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bahkan merasa banyak pemerintahan membuat anak muda kecewa. ”Kita harus membuktikan kepada anak-anak dan anak muda kita punya rencana dan pemerintah akan mewujudkannya,” ujarnya.
Baca juga : K-Pop dan Diplomasi Ekonomi Korea
Guru Besar Studi Aktivisme Anak Muda di University of Wisconsin, AS, Connie Flanagan mendorong agar PBB selalu melibatkan anak muda dan memanfaatkan kekuatan mereka dalam inisiatif apa pun. Pasalnya, anak muda lebih bisa cepat bergerak, adaptif terhadap perubahan, dan lebih semangat berkolaborasi untuk mewujudkan apa pun. ”Buka jalan untuk generasi muda dan libatkan mereka pada isu-isu ’berat’," ujarnya.
Sudah terbukti, setidaknya pada BTS dan ARMY, jika anak muda di seluruh dunia sudah bergerak bersama-sama menuju satu tujuan yang sama, apa pun bisa terjadi. (REUTERS/AFP/AP)