Selama 90 hari, ketiga astronot berada di modul Tianhe. Mereka melakukan berbagai penelitian dan percobaan untuk melihat kondisi orbit Bumi, di samping webinar daring dengan peserta dari Bumi.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
BEIJING, KAMIS — Tiga taikonot, sebutan bagi astronot dari China, yakni Nie Haisheng, Liu Boming, dan Tang Hongbo, dalam perjalanan pulang ke Bumi setelah menuntaskan misi selama 90 hari di luar angkasa. Ini adalah misi terlama China sekaligus simbol bahwa negara tersebut bisa mewujudkan ambisi memanfaatkan antariksa untuk kepentingan negara dan masyarakat dunia.
Stasiun televisi nasional China, CCTV, pada Kamis (16/9/2021) pagi, menyiarkan secara langsung proses ketika pesawat antariksa Shenzhou-12 melepaskan diri dari Stasiun Luar Angkasa Tiangong. Apabila semua hal berjalan lancar, ketiga astronot akan tiba di Bumi pada Jumat.
Para astronot itu lepas landas dari lapangan udara di Jiuquan, Provinsi Gansu, pada 17 Juni lalu. Perjalanan mereka memakan waktu 6 jam sampai akhirnya tiba di Stasiun Luar Angkasa Tiangong. Di stasiun yang berbobot 70 ton itu, mereka menempati modul bernama Tianhe.
Selama 90 hari, Nie, Liu, dan Tang berada di Tianhe. Mereka melakukan berbagai penelitian dan percobaan untuk melihat kondisi orbit Bumi. Di samping itu, mereka juga beberapa kali melakukan seminar dengan berbagai peneliti, dosen, guru, mahasiswa, dan siswa sekolah melalui komunikasi daring.
Salah satu seminar ialah dengan 300 peserta dari Hong Kong yang mayoritas mahasiswa dan siswa SMA. Dalam pertemuan virtual itu, para astronot menunjukkan kegiatan sehari-hari mereka di luar angkasa, mulai dari mendaur ulang air, olahraga, hingga memotret kondisi Bumi dari nun jauh di sana. Kegiatan itu, selain menunjukkan kemajuan capaian China dalam teknologi kedirgantaraan dan antariksa, juga untuk menggaet minat anak-anak muda Hong Kong terkait potensi prestasi yang bisa digapai dengan China.
”Pertemuan ini adalah hadiah dari pemerintah pusat kepada para patriot muda Hong Kong,” kata Wakil Kepala Kantor Urusan Pemerintah Pusat Hong Kong Tan Tieniu ketika memberikan sambutan, seperti dikutip kantor berita nasional Xinhua.
Pengiriman Nie dan kawan-kawan ini merupakan misi ketiga China dari total sebelas misi yang dijadwalkan tuntas pada akhir tahun 2021. Setelah ini akan ada tiga misi pengiriman astronot ke Tianhe. Rencananya, stasiun itu akan menambah beberapa modul sehingga semakin layak huni untuk misi yang lebih lama.
Medan baru
Luar angkasa merupakan sektor strategis yang digarap negara-negara maju. Adanya komitmen berbagai negara untuk menghentikan emisi karbon per tahun 2050 membuat pemerintahan di dunia mencari alternatif energi yang bersih dan juga melimpah. Sumber energi terbesar adalah sinar matahari. Pada tahun 2008, Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa pembangunan panel surya di luar angkasa untuk diarahkan dan diserap oleh Bumi menjadi rencana strategis nasional.
Namun, China lebih dulu mempraktikkan rencana itu. Menurut publikasi ChinaScience Daily, pada tahun 2030 pemerintah berniat mengirim stasiun luar angkasa yang mampu memanen 1 megawatt energi surya di luar angkasa. Energi ini kemudian dipantulkan ke Bumi, tepatnya ke lapangan panel di Chongqing. China menargetkan bisa dekarbonisasi pada tahun 2060, satu dekade lebih lambat dibandingkan Uni Eropa dan Amerika Serikat.
”Pembangunan lapangan, jika sesuai rencana, selesai pada akhir tahun 2021,” kata dosen teknik listrik Universitas Chongqing, Zhong Yuanchang, yang terlibat dalam pembangunan tersebut kepada surat kabar South China Morning Post. Pada tahun 2049, ketika Republik Rakyat China genap berumur 100 tahun, pemerintah akan menaikkan kapasitas stasiun luar angkasa panel surya itu menjadi 1 gigawatt.
Luar angkasa juga menjadi pasar bagi sektor swasta. Di China memang belum terlihat ada pengusaha yang ingin bermain dengan potensi pemanfaatan luar angkasa. Akan tetapi, di negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, para miliarder sudah menjadikan luar angkasa sebagai tujuan perjalanan mereka. Pada Rabu (15/9/2021), SpaceX meluncurkan Inspiration4 yang diawaki empat orang.
Ini adalah masa ketika ada banyak orang di luar angkasa. Sebagai gambaran, tahun 2009 ada 13 astronot di antariksa dan semuanya berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang merupakan kerja sama sejumlah negara, di antaranya AS, Uni Eropa, Rusia, dan Jepang. Pada tahun 2021 pekan ini, ada 14 orang di antariksa dalam tiga misi berbeda, yaitu ISS, Tiangong, dan Inspiration4.
”Semakin bertambahnya jumlah orang kaya membuat semakin banyak kalangan sipil yang mampu membayar biaya perjalanan ke luar angkasa. Ini bukan lagi sektor yang didominasi pemerintah negara adidaya,” kata Elliott Bryner, dosen teknik mesin Universitas Aeronautika Embry-Riddle Arizona, kepada harian NewYork Times.