Xi Bicara dengan Tiga Astronot di Luar Angkasa, Tegaskan Ambisi Antariksa China
Presiden China Xi Jinping menegaskan dalam komunikasi dengan tiga astronot negaranya di stasiun luar angkasa bahwa China harus menjadi perintis untuk misi antariksa yang inklusif dan bermanfaat bagi Bumi.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
BEIJING, RABU — Presiden China Xi Jinping melakukan kontak pertama dengan para astronot atau taikonot yang sedang berada di Stasiun Luar Angkasa Tiangong. Ketiga astronot itu melaporkan bahwa situasi sejauh ini baik-baik saja dan bersiap untuk melakukan berbagai eksperiman di luar badan stasiun. Keberadaan tiga astronot ini, menurut Xi, adalah terobosan tidak hanya dalam sejarah teknologi antariksa China, tetapi juga dunia.
”Senang sekali melihat Anda bertiga dalam keadaan sehat dan semua sarana di Tiangong berfungsi dengan baik. Kami tidak sabar menunggu cerita lebih lanjut dari misi Anda,” kata Xi yang berbicara kepada para astronot melalui Pusat Kendali Antariksa di Beijing pada Rabu (23/6/2021) pagi waktu setempat.
Menurut Xi, China harus menjadi perintis untuk misi antariksa yang inklusif dan bermanfaat bagi Bumi.
Ketiga astronot itu adalah Nie Haisheng, Liu Boming, dan Tang Hongbo. Para mantan pilot angkatan udara China itu berbaris tegap dan sejajar di depan kamera. Mereka menyampaikan ucapan terima kasih kepada tanah air dan Partai Komunis China yang telah mendukung misi tersebut. Mereka akan tinggal di Tianhe, modul utama di Stasiun Luar Angkasa Tiangong, selama tiga bulan ke depan.
”Ini misi ketiga saya ke luar angkasa, tetapi kali ini saya punya rumah dan kantor,” kata Nie, astronot yang paling senior di antara rekan-rekannya.
Mereka meninggalkan Bumi pada tanggal 17 Juni pagi waktu setempat dari pusat peluncuran roket di Jiuquan, Provinsi Gansu, dengan menggunakan pesawat Shenzhou-12 yang dilontarkan memakai roket Long March-2F.
Keberangkatan Nie dan kawan-kawan adalah misi ketiga untuk program Stasiun Luar Angkasa Tiangong. Menurut rencana, sampai dengan akhir tahun 2022 akan ada total 11 misi. Targetnya adalah enam astronot tinggal di stasiun itu selama enam bulan untuk melakukan berbagai penelitian sekaligus mengajar murid sekolah dan mahasiswa di China mengenai antariksa.
Liu mengungkapkan, pada hari Rabu mereka melakukan misi keluar dari stasiun untuk menjelajah wilayah sekitar. Selain itu, ada sejumlah kegiatan menguji kemampuan lengan robotik yang menempel di stasiun.
Daur ulang urine
Di Bumi, sosialisasi mengenai misi Tiangong terus digaungkan kepada masyarakat China. Salah satu yang sedang ramai dibahas, menurut kantor berita nasional Xinhua, adalah cara daur ulang urine, napas, dan keringat di modul utama Tianhe. Sistem daur ulang ini bisa menghemat biaya operasional stasiun hingga 15,5 juta dollar Amerika Serikat (AS) untuk enam bulan ke depan.
Cui Guangzhi, salah satu insinyur yang merancang sistem tersebut, menjelaskan bahwa di Bumi sistem penyulingan air baku umumnya ialah merebus air kotor atau terkontaminasi hingga muncul uap. Uap inilah yang diendapkan dan didinginkan menjadi air baku dan disaring dalam proses lanjutan untuk memastikan kebersihannya.
Di dalam modul Tianhe, penyulingan harus dilakukan menggunakan tekanan rendah. Alatnya harus terus berputar karena tidak ada daya gravitasi. Melalui gerakan sentrifugal ini, air, udara, dan amonia bisa dipisahkan. Air kemudian dibekukan dan apabila hendak disaring harus dimasukkan ke dalam tangki bertekanan tinggi. Dari dalamnya akan keluar air baku yang bisa dipakai untuk menyiram toilet ataupun keperluan laboratorium lainnya.
”Akan tetapi, inti kami mengembangkan sistem penyulingan air ini adalah untuk memproduksi oksigen secara mandiri. Sistem bisa mendaur ulang 2 liter urine per hari. Dari 6 liter urine bisa diperoleh 5 liter air baku,” papar Cui.
China terus berusaha membuat terobosan untuk program luar angkasanya. Apalagi, Stasiun Luar Angkasa Tiangong akan berfungsi untuk 15 tahun ke depan. Pesaing mereka, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang digawangi oleh AS, Rusia, dan sejumlah negara Barat lainnya, akan berakhir masa pakainya pada tahun 2028.
Rusia, melalui Dmitry Rogozin, Kepala Badan Luar Angkasa Roscosmos, telah mengemukakan niat untuk keluar dari ISS setelah berakhirnya kerja sama itu. Alasannya karena AS berusaha menyetir program antariksa ini ke arah politik, padahal ISS lahir dari upaya berbagai negara dan banyak pihak.
Rogozin mengatakan, pihaknya sudah menandatangani kerja sama pembuatan stasiun luar angkasa di Bulan dengan China dan akan bersaing dengan proyek Artemis milik AS. (AP)