Korsel-Korut Saling Uji Rudal, Pacuan Senjata di Semenanjung Korea Memanas
Hanya berselang beberapa jam setelah Korut menembakkan dua rudal balistik jarak pendek, yang jatuh di perairan zona ekonomi eksklusif Jepang, Korsel menembakkan rudal balistik pertamanya dari kapal selam.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
SEOUL, RABU — Korea Selatan dan Korea Utara saling menembakkan rudal balistik pada hari yang sama, Rabu (15/9/2021). Di tengah kebuntuan perundingan di Semenanjung Korea, dua negara bertetangga itu memacu pengembangan senjata canggih masing-masing, meningkatkan tensi perlombaan senjata dan ketegangan di kawasan.
Korea Selatan (Korsel) menembakkan rudal balistiknya dari kapal selam atau dikenal dengan istilah rudal balistik dari kapal selam (submarine-launched ballistic missile/SLBM), disaksikan langsung oleh Presiden Moon Jae-in. Bagi Seoul, ini uji rudal SLBM pertama.
Disebutkan, rudal buatan dalam negeri itu ditembakkan dari kapal selam dan menghantam target yang telah ditetapkan. Moon mengatakan, peningkatan kemampuan rudal negaranya akan digunakan ”jelas untuk menangkis provokasi Korea Utara”.
Beberapa jam sebelumnya, Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut. Pimpinan Staf Bersama (JCS) Korsel dalam pernyataan tertulis menyebut, dua rudal Korut itu ditembakkan tepat setelah pukul 12.30 waktu setempat, terbang sejauh 800 kilometer pada ketinggian maksimum 60 kilometer.
Kementerian Pertahanan Jepang, seperti dilaporkan NHK, dua rudal Korut tersebut jatuh di perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang. Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menyatakan, ”(Uji rudal Korut itu) mengancam perdamaian dan keamanan Jepang serta kawasan dan benar-benar kasar.”
Dua rudal Korut tersebut ditembakkan hanya dua hari setelah Pyongyang menguji rudal jelajah jarak jauh terbarunya, yang diyakini berkemampuan nuklir. Dalam pernyataan yang dirilis kantor berita KCNA setelah Korsel ”membalas” uji rudal negaranya, Kim Yo Jong, adik perempuan Pemimpin Korut Kim Jong Un, menyebut pernyataan Moon saat uji rudal Korsel tidak pantas. Ia menambahkan, hubungan dua Korea bisa terputus jika Moon terus memfitnah Korut.
Perlombaan senjata
Korut terus mengembangkan sistem persenjataannya di tengah kebuntuan perundingan denuklirisasi di Semenanjung Korea sejak 2019. Korsel tak mau kalah. Mereka juga mengembangkan seperangkat sistem persenjataan militer baru, termasuk rudal-rudal balistik, kapal selam, dan kapal induk pertamanya.
Ramon Pacheco Pardo, pengamat Korea pada King’s College London, mengatakan, perlombaan senjata meningkat saat Korsel dipimpin Moon. Hal ini, antara lain, dinilai sebagai upaya Seoul untuk memperoleh otonomi lebih luas dalam kebijakan luar negeri, tak mau terlalu bergantung lagi pada AS.
”Korea Selatan akan menghadapi banyak kendala politik dan hukum untuk mengembangkan senjata nuklir, baik dari eksternal maupun internal,” kata Pardo. ”Mereka akan mengembangkan kemampuan (senjata) lainnya guna menangkal Korea Utara dan menunjukkan Korea mana yang terkuat.”
John Delury, profesor dari Yonsey University, menyoroti pemilihan waktu (timing) uji rudal kedua Korea, yang juga bersamaan hari dengan kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Korsel. ”Ini pemilihan waktu yang luar biasa, Anda melihat—tak hanya satu Korea, tetapi—dua Korea menembakkan rudal balistik di hari yang sama,” katanya.
”Hal ini benar-benar memperlihatkan fakta bahwa perlombaan senjata di kawasan itu harus dicermati semua pihak.”
Rudal Korsel ditembakkan tidak lama setelah Wang bertemu dengan Menlu Korsel dan Presiden Moon. Korsel mengharapkan China lebih berperan dalam proses denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Seperti dilaporkan kantor berita Yonhap, Wang berharap semua negara membantu ”mewujudkan perdamaian stabilitas di Semenanjung Korea. ”Misalnya, bukan hanya (Korea) Utara, melainkan juga negara lain yang tengah terlibat aktivitas militer,” kata Wang.
Di Beijing, jubir Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menambahkan, China berharap ”pihak-pihak terkait menahan diri”. (AP/AFP/REUTERS/SAM)