Menjaga Ingatan Tragedi 11 September di Ground Zero
Peristiwa 11 September 2001 adalah tragedi terkelam dalam sejarah modern Amerika Serikat. Dua dekade sudah lewat. Namun, kenangan itu masih kuat membekas. Untuk beberapa hal, waktu sekalipun tak mudah menyembuhkan.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
Hari ini, 20 tahun yang lalu, dua menara kembar World Trade Center, New York, setinggi 110 lantai, ambruk. Kelompok teroris Al-Qaeda bertanggung-jawab atas tragedi itu.
Setelah membajak dua pesawat komersial, American Airlines 11 dan United Airlines 175, teroris menabrakkannya ke dua menara kembar World Trade Center (WTC). Di hari yang sama, teroris juga membajak dua pesawat lainnya. Satu pesawat menghantam sayap Barat gedung markas Pentagon, Washington D.C. Satu pesawat lagi yang ditargetkan menabrak Gedung Capitol, jatuh di sebuah lapangan di Pennsylvania. Total korban tewas dalam kejadian itu mencapai 2.977 jiwa.
Ingatan dunia akan tragedi 11 September 2001 itu tak akan hilang. Luka, duka, dan trauma para penyintas dan keluarga korban akan membekas. Banyak dari penyintas dan keluarga korban yang bertahun-tahun, bahkan sampai sekarang, tak mau lagi dekat-dekat dengan lokasi kejadian. Namun ada juga yang setiap tahun datang ke lokasi untuk memperingati tragedi dan mengenang mereka yang telah pergi.
Ada pula yang masih mencari jawaban soal apa yang sebenarnya terjadi pada keluarganya dalam peristiwa itu. Sebab, masih ada 1.113 korban tewas yang sampai saat ini belum teridentifikasi. Dugaannya, jasad mereka habis terbakar.
Proses pencarian dan identifikasi korban masih berlangsung sampai sekarang. Tim forensik masih mencari benda apa pun yang bisa menjadi petunjuk identifikasi korban di antara serpihan dan puing-puing WTC yang menggunung di tempat pembuangan akhir di Staten Island. Banyak barang milik para korban tewas maupun penyintas yang ditemukan, seperti kartu identitas, kartu kredit, sepatu, jaket, jam tangan, bendera, alat-alat perkantoran, koin, dan lain-lain.
Semua barang yang ditemukan dari reruntuhan WTC itu bisa dilihat di Museum 9/11 yang bersebelahan dengan Monumen 9/11 yang berada di bekas lokasi dua menara WTC. Monumen dan Museum 9/11 kini menjadi tujuan wisata bagi pelancong seperti halnya tujuan wisata lain di New York yakni Patung Liberty, Central Park, Broadway, dan Empire State Building.
Monumen peringatan 9/11 mulai dibuka untuk publik sejak 2011 saat peringatan 10 tahun 9/11. Gratis. Di monumen itu, terdapat dua "kolam" yang masing-masing berukuran hampir satu hektar, persis di bekas lokasi Menara Utara dan Menara Selatan WTC berdiri. Di dalam "kolam" itu dibuat air terjun dengan kedalaman sembilan meter.
Pada dinding pagar monumen, terukir nama-nama para korban tragedi 9/11. Di dinding berwarna abu-abu kehitaman yang dingin itu biasanya pengunjung diam tertunduk. Suasana terasa lebih sendu dan muram di malam hari.
Sementara, di pagi hari, banyak orang duduk-duduk di taman dengan pepohonan rimbun di sekitar monumen. Setiap tahun, tercatat enam juta orang mengunjungi monumen dan tiga juta orang mengunjung museum.
Museum 9/11 yang dibuka sejak 2014 itu menyimpan 70.000 artefak di dalam ruangan seluas 110.000 kaki persegi. Artefak yang dipamerkan antara lain kendaraan yang hancur tertimpa reruntuhan menara WTC, rekaman video saat serangan, foto para korban, dan kesaksian para penyintas.
Selain itu, ada bagian pameran Foundation Hall atau dinding tanah fondasi WTC. Dan ada pula Last Column atau balok baja setinggi 11 meter. Ini adalah kolom WTC terakhir yang masih berdiri setelah kejadian ambruknya menara itu. Kolom itu dilepas terakhir dari lokasi sebagai penanda berakhirnya pemulihan lokasi WTC selama sembilan bulan.
Bagi sebagian orang, tak mudah melihat isi museum yang menyimpan terlalu banyak kesedihan seperti itu. Ada pengunjung yang bisa tahan berada di dalam museum selama 2-3 jam. Tetapi banyak juga yang baru sebentar saja sudah buru-buru mau keluar.
"Kami tak punya banyak artefak. Tujuan museum ini sebenarnya berbagi sejarah melalui cerita-cerita orang-orang yang ada di sini pada hari itu," kata Joan Mastropaolo, salah satu dari ribuan relawan yang menjadi pemandu wisata museum itu.
Kepala Kurator dan Direktur Koleksi Museum 9/11, Jan Ramirez, mengatakan, monumen dan museum ini memberi keluarga korban tempat untuk mengenang anggota keluarganya. "Setiap potongan artefak atau cerita adalah bagian dari teka-teki yang besar. Potongan-potongan ini yang menjembatani orang dengan apa yang terjadi," ujarnya.
Saat menemani rombongan anak sekolah, Mastropaolo selalu menceritakan kehidupan masyarakat di lingkungan sekitar WTC yang berada di kawasan Lower Manhattan, pusat Kota New York sebelum serangan 9/11. Ia merasa berkewajiban berbagi cerita ke generasi muda supaya ingatan serangan 9/11 tak hilang. Ia bisa menceritakan rincian kejadian 9/11 karena kebetulan tinggal di dekat WTC. "Dengan mata kepala saya sendiri, saya lihat pesawat mengarah ke Menara Utara dan langsung menabrak," ujarnya.
Ian Crites (15) tertegun mendengarkan cerita Mastropaolo. Ia sering melihat video rekaman serangan 9/11 saat di sekolah. Namun melihat langsung ke lokasi dan melihat foto-foto korban memberi pengalaman yang berbeda. "Rasanya sedih dan lama-lama tidak kuat juga melihatnya," kata pelajar itu.
Salah satu tugas terpenting Presiden dan CEO Monumen dan Museum 9/11, Alice Greenwald, adalah mengedukasi dan menginspirasi generasi muda. Ia juga bertugas memastikan heroisme dan pengorbanan pada saat 9/11 tidak akan pernah terlupakan.
"Puluhan juta anak muda sekarang lahir setelah 2001. Sebagian lagi masih anak-anak ketika 9/11 terjadi. Ini kenapa sejarah 9/11 harus diajarkan. Peristiwa itu mengajarkan kita bahwa kita mampu bersatu, memiliki harapan, dan mampu bertahan dan bangkit menghadapi situasi sesulit apapun," ujarnya.
Semangat inilah yang ingin diingatkan terus melalui monumen yang dirancang oleh Michael Arad dan museum yang didesain oleh Daniel Libeskind itu. Pembangunan kembali lokasi WTC pun menunjukkan semangat AS untuk bangkit dari keterpurukan.
Lynne B. Sagalyn dari Columbia University mengatakan pembangunan kembali daerah di sekitar WTC pasca 9/11 penting karena lokasi itu merupakan simbol nadi perekonomian AS. Sama pentingnya dengan lokasi Times Square yang menjadi simbol jiwa New York.
Menurut pemilik lahan WTC, Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey, pemerintah dan sektor swasta sudah berinvestasi sekitar 25 miliar dollar AS untuk pembangunan kembali kawasan di sekitar WTC. "Ini jantungnya New York dan sekarang jadi tempat terbuka bagi semua orang," kata Libeskind. (REUTERS/AP)