Kuba, Negara Pertama yang Vaksinasi Covid-19 pada Anak Balita
Vaksin Abdala dan Soberana yang dikembangkan Kuba adalah vaksin yang dibuat berdasarkan teknologi protein rekombinan. Vaksin itu belum diakui penggunaannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
HAVANA, SENIN — Kuba menjadi negara pertama di dunia yang memvaksinasi Covid-19 terhadap anak-anak dari usia 2 tahun. Pemerintah Kuba memutuskan vaksin yang digunakan adalah vaksin yang dikembangkan oleh otoritas di negara itu yang belum diakui penggunaannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kuba adalah negara komunis berpenduduk 11,2 juta jiwa. Program vaksinasi atas anak balita digelar mulai Senin (6/9/2021) sebagai bagian dari tekad negara itu memulai membuka kembali sekolah di seluruh wilayahnya. Seluruh sekolah di negara yang terletak di Kepuluan Karibia itu sudah ditutup akibat pandemi Covid-19 sejak Maret 2020.
Seluruh sekolah di Kuba memulai tahun ajaran baru pada awal pekan ini. Program belajar mengajar seluruh di negara itu digelar melalui media televisi. Sebab, sebagian besar rumah di Kuba tidak memiliki akses terhadap internet.
Sejak ditutup pada Maret 2020, beberapa sekolah sudah dibuka kembali selama beberapa pekan pada akhir tahun lalu sebelum ditutup lagi pada Januari 2021. Pemerintah telah mengumumkan sekolah akan dibuka kembali secara bertahap, pada Oktober dan November mendatang, tetapi hanya setelah semua anak divaksinasi.
Vaksin yang digunakan adalah vaksin Abdala dan Soberana. Kedua vaksin yang dikembangkan secara lokal di Kuba itu digunakan setelah otoritas setempat menyelesaikan uji klinis pada anak di bawah umur.
Program vaksinasi terhadap anak balita dicanangkan di Havana pada Jumat (3/9/2021) pekan lalu. Vaksin yang digunakan adalah vaksin Abdala dan Soberana. Kedua vaksin yang dikembangkan secara lokal di Kuba itu digunakan setelah otoritas setempat menyelesaikan uji klinis pada anak di bawah umur.
Saat program vaksinasi dicanangkan pekan lalu, kedua vaksin itu disuntikkan pada anak-anak berusia 12 tahun ke atas. Namun, sejak Senin pekan ini program vaksinasi mulai dilakukan terhadap anak-anak berusia 2-11 tahun. Program vaksinasi mulai digelar di Cienfuegos, provinsi yang terletak di tengah Kuba.
Beberapa negara lain telah memvaksinasi anak-anak dari usia 12 tahun, dan beberapa melakukan uji coba pada anak-anak di bawah usia 12 tahun. Namun, sejauh ini Kuba adalah yang pertama menggelar vaksinasi bagi anak balita. Negara-negara seperti China, Uni Emirat Arab, dan Venezuela juga telah mengumumkan rencana memvaksinasi anak-anak yang lebih kecil. Chile pada awal pekan ini menyetujui penggunaan vaksin Sinovac yang dikembangkan perusahaan di China bagi anak-anak usia 6-12 tahun.
Vaksin Abdala dan Soberana yang dikembangkan oleh otoritas di Kuba adalah vaksin yang pertama kali dikembangkan di Amerika Latin. Kedua vaksin itu diketahui belum atau tidak menjalani tinjauan ilmiah internasional. Keduanya didasarkan pada teknologi protein rekombinan.
Tidak seperti banyak vaksin Covid-19 lain yang telah digunakan, vaksin dengan metode pengembangan rekombinan tidak memerlukan sistem pendinginan yang ekstrim. Teknik pengembangan itu juga digunakan dalam pengembangan vaksin Novavax di Amerika Serikat dan Sanofi di Perancis. Vaksin Novavax dan Sanofi tengah menunggu persetujuan WHO.
Kuba mengalami ledakan infeksi Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi itu pun memberikan tekanan pada sistem kesehatannya. Dari 5.700 kematian akibat Covid-19 yang tercatat sejak wabah dimulai di negara itu, hampir setengahnya terjadi pada bulan lalu saja.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) telah menyerukan sekolah-sekolah di seluruh dunia untuk dibuka kembali sesegera mungkin. Hal itu berkaitan dengan ”biaya penutupan jangka panjang yang terlalu tinggi dan sulit untuk dibenarkan”. Di tengah tekanan pembukaan sekolah itu, Pemerintah Kuba memutuskan menggelar sedini mungkin dari sisi usia target program vaksinasinya.
Laura Lantigua (17), warga Kuba, mendapat suntikan pertamanya akhir pekan lalu. Itu adalah suntikan pertama dari rencana tiga suntikan. Ia mendapatkan vaksin itu di sekolahnya, sekolah menengah Saul Delgado di ibu kota Kuba, Havana. ”Saya selalu ingin divaksinasi,” kata Lantigua. Dia mengatakan bahwa dokter mengukur tekanan darah dan suhu sebelum memberinya suntikan, kemudian menyuruhnya menunggu selama satu jam untuk memastikan dia tidak mengalami efek samping. ”Saya merasa normal, baik-baik saja,” imbuhnya. (AFP/REUTERS)