Gelombang ketiga infeksi Covid-19 di Australia telah memaksa 25 juta penduduk negara itu berdiam diri di rumah karena aturan pembatasan sosial yang ketat. Layanan kesehatan dipersiapkan agar tidak kolaps.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
SYDNEY, SELASA — Australia sedang berusaha menahan gelombang infeksi ketiga infeksi Covid-19 yang telah melanda beberapa kota utamanya, yaitu Sydney, Melbourne, dan Canberra. Gelombang ketiga ini telah memaksa 25 juta penduduk negara itu berdiam diri di rumah karena aturan pembatasan sosial yang ketat. Sydney, episentrum infeksi Covid-19 terbesar Australia, diperkirakan akan mengalami puncak infeksi harian pekan depan.
Menteri Besar Negara Bagian New South Wales Gladys Berejiklian, Senin (6/9/2021), mengatakan, pemodelan yang dilakukan tim ahli pemerintah memperkirakan mereka akan membutuhkan banyak tempat tidur untuk perawatan intensif pasien Covid-19 pada awal Oktober. Dia juga mengakui, bila hal itu tidak diantisipasi sejak dini, pusat-pusat layanan kesehatan dan rumah sakit akan mengalami tekanan pada sistem kesehatannya.
”Jika terlalu banyak dari kita, warga, melakukan kesalahan, (jika) ada terlalu banyak peristiwa kluster penyebaran super (super-spreader), kita sekalian akan melihat angka-angka itu melonjak lebih tinggi,” kata Berejiklian.
Saat ini, jumlah kasus Covid-19 yang ditangani oleh rumah sakit negara bagian mencapai 1.071 kasus. Sebanyak 177 pasien memerlukan perawatan intensif dan 67 pasien di antaranya memerlukan alat bantuan pernapasan atau ventilator. Otoritas kesehatan menyatakan, sejak awal tahun mereka telah melipatgandakan kapasitas tempat tidur pada unit perawatan insentif hingga empat kali lipat menjadi sekitar 2.000 tempat tidur untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan seperti yang dihadapi saat ini.
Kasus harian di negara bagian itu mencapai 1.281 kasus dan sebagian besar terjadi di Sydney, seperti tercatat pada Senin. Otoritas kesehatan juga mencatat lima kematian akibat Covid-19 pada hari yang sama. Meski dinilai akan mencapai puncak di awal Oktober, jumlah infeksi pada Senin turun dari 1.485 kasus baru sehari sebelumnya.
Sementara di Negara Bagian Victoria, yang mencakup Melbourne, dilaporkan 246 kasus baru pada Senin, kenaikan harian terbesar tahun ini. Terlepas dari laju infeksi sekarang, jumlah kasus di Australia relatif rendah dengan total 63.000 kasus dan 1.044 kematian. Hal ini bisa terjadi karena kebijakan karantina yang keras dan penutupan perbatasan dari lalu lintas manusia.
Vaksinasi
Pemerintah Australia memandang vaksinasi adalah salah satu upaya yang dilakukan agar mereka bisa melonggarkan kebijakan pembatasan sosial warga, termasuk pembukaan kembali perbatasan. Hal itu bisa dilakukan bila 70-80 persen populasi berusia di atas 16 tahun telah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Saat ini, baru sekitar 38 persen populasi orang dewasa di Australia yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap. Dengan kecepatan vaksinasi sekarang, pemerintah optimistis 70 persen populasi warga berusia di atas 16 tahun yang wajib divaksinasi bisa tercapai pada November nanti.
Pemerintah Federal Australia telah menggandakan dosis vaksin Pfizer untuk September setelah menandatangani kesepakatan vaksin dengan Inggris dan Singapura sebanyak 4,5 juta dosis. Sebanyak 500.000 dosis di antaranya telah tiba pada Senin malam.
Letnan Jenderal John Frewen, Ketua Satgas Vaksinasi Pemerintah Federal Australia, mengatakan, setiap pekan Australia akan menerima 1 juta dosis vaksin yang telah disepakati. ”Dalam beberapa hari ke depan akan ada pengiriman lain. Selama empat pekan ke depan, Australia akan menerima 4 juta vaksin untuk kebutuhan vaksinasi,” kata Frewen.
Pelonggaran di Selandia Baru
Berbeda dengan Australia yang masih melakukan pembatasan gerak warganya, Pemerintah Selandia Baru secara perlahan mencabut kebijakan pembatasan di beberapa kota. Karantina dan pembatasan gerak warga yang ketat hanya berlaku di Auckland, termasuk perintah bagi warga untuk tetap tinggal di rumah hingga setidaknya sepekan ke depan.
Pencabutan kebijakan pembatasan ini membuat sekitar 3 juta orang bisa memiliki sedikit kebebasan untuk bergerak, yang dimulai pada Selasa (7/9/2021) malam ini. Menurut rencana, kegiatan belajar mengajar juga akan mulai dibuka kembali Kamis (9/9/2021).
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, ada kemajuan positif dalam menurunkan jumlah kasus, tetapi varian Delta yang sangat menular adalah ”pengubah permainan” yang berarti pembatasan Auckland tidak dapat dilonggarkan terlalu cepat.
”Kami telah melakukannya dengan sangat baik untuk mengendalikan wabah ini, pembatasan level empat (karantina keras) berhasil tetapi pekerjaan belum selesai,” katanya.
Keputusan pembatasan ketat yang diambil PM Ardern mengakhiri perjalanan enam bulan tanpa transmisi lokal di Selandia Baru, yang telah menjadi salah satu zona bebas Covid-19 terakhir di dunia. Sepanjang masa pembatasan kali ini, seorang pasien perempuan berusia 90 tahun meninggal dan menjadi kasus kematian pertama karena Covid-19 sejak Februari lalu. Total, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di negara ini adalah 27 orang.
Seperti halnya Australia, Pemerintah Selandia Baru terus berupaya untuk memvaksinasi warganya. Hingga saat ini baru sekitar 30 persen dari 5,1 juta penduduk Selandia Baru yang telah divaksinasi sepenuhnya. (AFP/REUTERS)