Kala Warga Sydney Terbelah Menanggapi Penguncian Covid-19
Kebijakan pencegahan Covid-19 di Sydney ternyata mendapatkan aneka reaksi dari warga. Pembatasan dan pengawasan keras ironisnya telah memicu kebencian pada warganya yang paling rentan, khususnya di kalangan pendatang.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
SYDNEY, SELASA — Penanganan pandemi Covid-19 di kota Sydney, Australia, menimbulkan kebingungan dan reaksi beragam bagi warganya. Kebijakan penutupan diberlakukan di sejumlah wilayah, tetapi tidak menyeluruh. Otoritas setempat cenderung menambah luasan penerapan kebijakan-kebijakan pembatasan seiring penambahan kasus Covid-19 varian Delta.
Di Pantai Bondi, kawasan timur Sydney, para peselancar dan pejalan kaki berdesak-desakan di tengah aktivitas hariannya. Para penggemar kebugaran pun terlihat berkerumun di sekitar lokasi peralatan olahraga umum ditempatkan. Warga terlihat menikmati hari-hari mereka.
Sementara di bagian barat Sydney, kondisinya bertolak belakang. Kawasan-kawasan yang terdata menjadi tempat paling parah penularan Covid-19 terlihat lengang. Toko-toko tutup dan jalan-jalan kosong. Beberapa lingkungan padat yang dihuni mayoritas warga migran di Australia itu dikunci secara lebih ketat. Polisi dengan dukungan militer mengawasi kawasan-kawasan itu.
”Masyarakat di sini benar-benar berjuang saat ini dan mereka merasakan adanya standar ganda,” kata Bilal El-Hayek, seorang anggota Dewan Kota Sydney. El-Hayek mengaku menghabiskan sebagian besar hari-harinya membantu mengirimkan paket makanan kepada orang-orang yang tidak memenuhi syarat terkait pandemi. ”Anda melihat foto dan video di kawasan timur, orang-orang di pantai, sedangkan di sini jalanan benar-benar kosong.”
Sekitar tiga perempat dari hampir 5.000 kasus aktif Covid-19 di Negara Bagian New South Wales, Australia, berasal dari sembilan distrik di Sydney. Kawasan urban itu membentang sekitar 12 kilometer, mulai dari kawasan barat daya Sydney Harbour Bridge hingga kaki bukit Blue Mountains.
Australia memperluas kebijakan penguncian Covid-19 ke kawasaan perdesaan dan wilayah pesisir Teluk Byron pada awal pekan ini. Kekhawatiran bertambah karena virus varian Delta telah menyebar dari Sydney hingga ke ujung utara negara bagian terpadat di negara itu. Menteri Utama New South Wales Gladys Berejiklian menyatakan, Tamworth–sebuah kota pertanian yang berjarak 414 km barat laut Sydney–dan Byron Bay–tempat wisata sekitar 770 kilometer utara Sydney–bakal dikunci selama tujuh hari.
Australia memperluas kebijakan penguncian Covid-19 ke kawasaan perdesaan dan wilayah pesisir Teluk Byron pada awal pekan ini. Kekhawatiran bertambah bahwa virus varian Delta telah menyebar dari Sydney ke ujung utara negara bagian terpadat di negara itu.
Baik Tamworth maupun Byron Bay belum mencatat kasus Covid-19. Namun, Berejiklian mengatakan, dua orang yang terinfeksi penyakit itu telah melanggar larangan perjalanan dan bepergian ke sana. New South Wales melaporkan 283 kasus Covid-19 lokal dalam 24 jam terakhir, naik dari 262 kasus sehari sebelumnya. ”Sebagai tindakan pencegahan, para ahli kesehatan merekomendasikan agar kami mengunci Tamworth selama satu pekan,” kata Berejiklian kepada wartawan.
Kebijakan pencegahan itu ternyata mendapatkan aneka reaksi dari warga, terutama terkait perbedaan pemilihan wilayah. Pembatasan yang lebih keras dan pengawasan yang lebih ketat di lingkungan yang paling terkena dampak telah memicu kebencian pada warganya yang paling rentan. Warga dilarang meninggalkan lingkungan sekitar mereka dan melakukan pekerjaan tatap muka.
Pekerja yang berwenang harus diuji setiap tiga hari dan masker wajib dikenakan di luar rumah. ”Bahkan terhadap komunitas pengungsi yang datang ke sini 40 tahun lalu, menurut kami bagaimana perasaan orang-orang ini dalam situasi seperti ini?” kata Elfa Moraitakis, CEO SydWest Multicultural Services, yang menyediakan layanan perawatan lanjut usia dan permukiman bagi pengungsi. ”Tentu saja mereka merasa menjadi sasaran.”
Mervat Altarazi, seorang pengungsi Palestina yang juga seorang pekerja SydWest, mengatakan, kehadiran polisi dan tentara telah menimbulkan keraguan pada kliennya. Banyak dari mereka berasal dari negara-negara seperti Irak dan Suriah. ”Ini seperti kejutan bagi mereka karena mereka percaya tiba di negara bebas dan mereka berkata, ’kita menghadapi apa yang kita hadapi di negara (rumah) kita’,” katanya. ”Beberapa dari mereka mengatakan kepada saya, kami bukan virus.”
Polisi New South Wales menolak berkomentar. Namun, secara terbuka kepolisian mengatakan, 300 personel keamanan yang membantu penerapan ”pemeriksaan kepatuhan” dilatih mengelola masyarakat dan mereka dipastikan tidak bersenjata. Tim Soutphommasane, mantan komisioner diskriminasi ras federal, menyebut Sydney adalah ”jantung multikultural Australia”. ”Jika kita tidak melakukannya dengan benar, kita akan merusak tatanan sosial kota ini hingga bertahun-tahun yang akan datang,” katanya melalui surat elektronik.
Pukulan ekonomi
Penguncian yang lebih ketat di sejumlah wilayah Sydney juga memberikan pukulan ekonomi. Pemerintah federal khawatir penutupan itu dapat berujung terjadinya resesi kedua dalam dua tahun terakhir. Kinerja ekonomi Sydney menyumbang sekitar 7 persen terhadap ekonomi nasional. Nilainya mencapai 1,6 triliun dollar Australia (1,2 triliun dollar AS) melalui operasi logistik dan pusat manufaktur yang ada di wilayah itu.
Sekitar tiga perempat penduduk Barat Australia tinggal di luar kota dan mereka adalah pendatang di Australia. Sebelum penguncian, tiga perempat dari 1 juta pekerja di daerah itu meninggalkan lingkungan mereka setiap hari untuk bekerja. ”Para pekerja ini telah beralih dari mendapatkan upah menjadi mengantre untuk pertama kalinya dalam hidup mereka,” kata Direktur Eksekutif Business Western Sydney (BWS), sebuah asosiasi industri di kota itu.
Pemerintah negara bagian telah mengatakan akan membiarkan 80.000 pekerja konstruksi dari barat kembali ke lokasi kerja mereka setelah mendapat vaksinasi kedua. Namun, hal itu tidak mudah diwujudkan karena seumlah kendala, paling tidak dalam jangka pendek. Australia masih mengalami kekurangan pasokan vaksin Covid-19. Pada saat sama terjadi perubahan anjuran tentang vaksin untuk warga berusia di bawah 40 tahun. Hingga kini kurang dari seperenam pemuda Australia telah mendapatkan suntikan kedua.
Tak heran bila restoran di seluruh kota Sydney dilarang melayani makan di tempat. Mereka pun mengandalkan pelanggan yang membeli dengan cara dibawa pulang. Para pengelola restoran di barat Sydney mengaku mengalami penurunan pendapatan akibat pembatasan pergerakan warga. ”Satu aturan berlaku di barat, satu aturan lainnya berlaku di timur,” kata Abdul Eldick, pemilik restoran Libanon Little Tripoli di barat Sydney. Ia mengaku sudah beroperasi selama 12 tahun. ”Saya tidak butuh uang pemerintah. Saya bisa menghasilkan uang sendiri. Kembalikan saja usaha kami.” (REUTERS)