Produsen vaksin Moderna Inc akan menarik 1,63 juta dosis vaksin yang diduga tercemar partikel besi tahan karat yang beredar di Jepang. Pihak berwenang tengah menyelidiki kematian dua pasien terkait kontaminasi ini.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Produsen vaksin asal Amerika Serikat, Moderna Inc, dan perusahaan lokal Jepang, Takeda Pharmaceutical Co Ltd, akan menarik tiga kelompok vaksin Covid-19 yang diduga tercemar partikel baja tahan karat pada botol penyimpanannya. Dampak dari temuan ini, otoritas berwenang Jepang menangguhkan penggunaan 1,63 juta dosis vaksin produksi Moderna yang diduga tercemar.
Pada saat yang sama, pihak berwenang Jepang sedang menyelidiki penyebab kematian dua pria yang menerima dosis dari kelompok vaksin yang tercemar. Sejauh ini, sekitar 500.000 orang telah menerima suntikan vaksin Moderna yang diduga terkontaminasi.
Dalam pernyataannya, Rabu (1/9/2021), Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan, Moderna sebagai produsen tidak memercayai adanya kontaminasi partikel baja tahan karat dan efeknya terhadap warga yang menerima vaksin. Namun, Moderna mengakui kontaminasi partikel baja tahan karat itu mungkin terjadi pada saat proses produksi.
Dalam pernyataan bersama Moderna dan Takeda, kontaminasi itu kemungkinan besar terjadi saat adanya gesekan dua potong logam di mesin yang memasang sumbat pada botol atau ampul vaksin. Bahannya telah dipastikan adalah baja tahan karat.
Masih dalam pernyataannya, Moderna dan Takeda mengatakan, kontaminasi yang terjadi pada satu dari tiga lot yang ditangguhkan telah ditelusuri kembali proses produksinya. Penelusuran juga termasuk menyelidiki cacat pada lini produksi di pabrik yang dijalankan oleh kontraktor Spanyol, ROVI Pharma Industrial Services.
Namun, sekali lagi, Moderna dan Takeda menyatakan, keberadaan partikel baja tahan karat yang sangat jarang dalam produk vaksin mereka tidak akan menimbulkan risiko kesehatan yang tidak semestinya terhadap pasien. Partikel itu, menurut Moderna dan Takeda, juga tidak memengaruhi manfaat vaksin.
Partikel logam yang disuntikkan ke otot dapat menyebabkan reaksi pada kulit, tempat vaksin itu disuntikkan. Namun, tidak lebih dari itu.
”Baja tahan karat telah banyak digunakan oleh manusia untuk memperbaiki kesehatan mereka, digunakan secara rutin di katup jantung, penggantian sendi, dan lainnya. Dengan demikian, keberadaan partikel yang masuk ke dalam tubuh pasien dalam lot (yang tercemar) ini tidak akan mengakibatkan peningkatan risiko medis,” kata kedua perusahaan.
Mengenai kematian dua pria yang menerima dosis vaksin yang diduga tercemar, Moderna mengatakan, belum ada bukti bahwa kematian tersebut terkait dengan kontaminasi vaksin. Untuk saat ini, menurut Moderna, hubungan kematian dan vaksin yang diduga tercemar dianggap sebagai sebuah kebetulan.
Dampak kejadian ini membuat upaya pemerintah Jepang untuk memvaksinasi warganya terhenti untuk sementara waktu di tiga lokasi. Dalam beberapa kasus, zat asing ditemukan di dalam botol yang tidak digunakan, termasuk adanya sumbat karet botol yang putus karena penusukan jarum suntik secara tidak benar.
Meski begitu, saat ini, populasi Jepang yang telah mendapatkan vaksinasi penuh telah mencapai 46 persen.
Masalah kontaminasi menjadi perhatian publik dan Kementerian Kesehatan Jepang setelah pada Sabtu (28/8/2021), dua pria, masing-masing berusia 38 tahun dan 30 tahun, meninggal beberapa hari setelah menerima dosis kedua vaksin Moderna. Masing-masing telah menerima dosis dari salah satu lot yang ditangguhkan.
Meski ada kejadian ini, pasar saham tidak terpengaruh. Bahkan, saham Moderna naik 2,6 persen menyusul pernyataan perusahaan soal adanya vaksin yang terkontaminasi. Hal yang sama juga terjadi pada saham Rovi yang naik 4,5 persen setelah sempat turun hingga 10 persen ketika ada berita soal penangguhan penggunaan vaksin. Adapun saham Takeda naik lebih dari 2 persen. (AFP/REUTERS)