Babak Baru Hubungan Perdagangan RI-Uni Emirat Arab
Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Emirat Arab atau IUAE-CEPA diluncurkan. Ini disebut menandai babak baru hubungan perdagangan kedua negara.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab sepakat meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi melalui Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Emirat Arab atau Comprehensive Economic Partnership Agreement yang disebut IUAE-CEPA. Peluncuran IUAE-CEPA ini sekaligus menjadi babak baru dari hubungan perdagangan Indonesia dengan Uni Emirat Arab di berbagai bidang, termasuk energi terbarukan dan sektor ekonomi halal.
Secara historis, IUAE-CEPA adalah perundingan pertama Indonesia dengan negara di kawasan Teluk. Bagi Uni Emirat Arab, ini merupakan kemitraan ekonomi komprehensif dengan Indonesia.
Peluncuran IUAE-CEPA ditandai dengan penandatanganan dokumen Joint Ministerial Statement oleh Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi dan Minister of State for Foreign Trade Uni Arab Emirates Thani bin Ahmed Al Zeyoudi, di Bogor, Jawa Barat, Kamis (2/9/2021).
Penandatanganan tersebut sekaligus menjadi awal dimulainya perundingan putaran pertama IUAE-CEPA yang digelar pada 2-4 September 2021. Kedua negara sepakat mempererat kerja sama sehingga dapat saling melengkapi, terutama di masa pandemi yang penuh tantangan. ”Dibutuhkan terobosan baru untuk saling mendorong ekonomi kedua negara,” ujar Lutfi.
Baca juga: Kerja Sama Indonesia-Uni Emirat Arab Berlanjut
IUAE-CEPA diharapkan bukan sekadar kerja sama pemerintah dengan pemerintah (G to G), melainkan juga antarpelaku usaha (B to B) dan masyarakat kedua negara. IUAE-CEPA juga diharapkan akan semakin membangun kepercayaan kedua negara untuk lebih meningkatkan perdagangan dan investasi, serta meningkatkan intensitas pertemuan untuk kerja sama yang berkelanjutan.
Sebelumnya, kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi melalui IUAE-CEPA telah dicapai pada pertemuan Lutfi dengan Thani pada 8 April 2021 dan 30 Maret 2021. Rencana perundingan IUAE-CEPA ini juga telah mendapatkan persetujuan pemimpin kedua negara, yaitu Presiden RI Joko Widodo dan Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
”Hari ini kami dengan bangga meluncurkan negosiasi IUAE-CEPA yang sekaligus menandai babak baru hubungan perdagangan kedua negara. Ini adalah upaya sangat penting dan substansial yang dilakukan Indonesia dan UEA untuk meningkatkan perdagangan bilateral yang dapat memberikan manfaat bagi perekonomian kedua negara dan menyejahterakan masyarakat,” kata Lutfi.
Sebagai kesepakatan yang komprehensif, inisiatif ini akan mencakup akses pasar, aturan untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi, serta kerja sama ekonomi. ”CEPA harus menjadi platform ekonomi yang andal dan inklusif yang akan mengangkat berbagai sektor bisnis dari semua skala, dari perusahaan multinasional hingga usaha kecil dan menengah,” ujar Lutfi.
Menurut Lutfi, IUAE-CEPA dapat secara signifikan mendorong peningkatan produktivitas, inovasi, penciptaan lapangan kerja, kolaborasi bisnis, dan berkontribusi pada pengentasan rakyat dari kemiskinan bagi dua negara.
”Saya berharap putaran pertama perundingan yang dimulai hari ini akan membawa hasil yang bermanfaat. Mari dukung negosiator kita untuk bekerja dengan cepat dan menyelesaikan CEPA dalam waktu satu tahun. Saya percaya IUAE-CEPA akan menjadi dasar bagi pemulihan ekonomi di kedua negara dan meningkatkan peran dalam rantai pasokan global,” kata Mendag.
Masa depan hijau
Thani menyebut bahwa hubungan bilateral Uni Emirat Arab dan Indonesia sudah berlangsung selama 45 tahun berdasarkan pada ikatan budaya yang erat sejak tahun 1976. Ikatan erat tersebut kemudian dilanjutkan dengan komitmen bersama meningkatkan pembangunan ekonomi dan kemakmuran rakyat kedua negara.
”IUAE-CEPA akan menjadi dasar bagi kemitraan yang lebih erat untuk kemajuan bersama dengan menciptakan berbagai peluang baru, menarik investasi dan tenaga kerja yang lebih besar, serta mengakselerasi pemulihan ekonomi global,” kata Thani yang juga dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Jokowi pada 3 September 2021.
Thani mencontohkan bahwa pada awal tahun ini, Uni Emirat Arab telah mengumumkan rencana untuk investasi 10 miliar dollar AS di berbagai bidang, seperti infrastruktur pariwisata dan pertanian. Selama lima tahun terakhir, total volume perdagangan nonminyak antara Indonesia dan Uni Emirat Arab melebihi 11 miliar dolar AS. Uni Emirat Arab telah menjadi salah satu negara tujuan utama ekspor dari Indonesia. Uni Emirat Arab disebut mengimpor barang dari Indonesia senilai 8,5 miliar dollar AS.
Menurut Thani, Indonesia dan Uni Emirat Arab juga sama-sama punya komitmen untuk menggunakan energi terbarukan. Indonesia berencana menggunakan energi terbarukan hingga 23 persen dari permintaan energi pada 2025. Uni Emirat Arab juga berupaya meningkatkan kontribusi energi bersih hingga 50 persen pada 2050.
Thani berharap Indonesia dan Uni Emirat Arab bisa berkolaborasi untuk mendukung transisi penggunaan energi terbarukan, antara lain dalam proyek pembangkit listrik tenaga surya. ”Berbagi visi yang sama untuk masa depan yang lebih hijau dan bersih. Dengan penggunaan energi terbarukan untuk keanekaragaman sumber energi,” ujar Thani yang sempat menyebut angka investasi pertama senilai 140 juta dollar AS untuk sektor energi terbarukan di Asia.
IUAE-CEPA dinilai menjanjikan platform kerja sama ekonomi yang modern dan dinamis yang merefleksikan hubungan yang kuat dan strategis. ”Menyangkut investasi perdagangan dan kerja sama ekonomi untuk mendukung pemulihan ekonomi dunia meski menghadapi banyak tantangan hari-hari ini, saya optimistis tentang masa depan dan percaya bahwa perdagangan bisa menjadi katalisastor untuk perubahan yang positif,” tambahnya.
Dua sektor penting
Dalam peluncuran perundingan IUAE-CEPA, Lutfi menjelaskan terbukanya kemungkinan untuk mendorong dua sektor penting, yaitu halal dan niaga elektronik (e-commerce).
”Terkait dengan halal, saya bercita-cita membangun industri halal kolaboratif yang kuat antara Indonesia-UEA. Tidak hanya untuk pasar kedua negara, tetapi juga untuk dunia. Kedua negara termasuk negara terkemuka dalam industri halal global sehingga masalah halal menjadi salah satu prioritas utama dalam persetujuan ini,” jelasnya.
Berdasarkan laporan The State of Global Islamic Economic 2020-2021, diperkirakan pertumbuhan pasar halal global mencapai 2,4 triliun dollar AS pada 2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan kumulatif (commulative annual growth rate/CAGR) lima tahun sebesar 3,1 persen.
Menurut Lutfi, saat ini niaga elektronik menjadi garda terdepan dalam perdagangan. Meskipun belum ada konsensus internasional mengenai pengaturan niaga elektronik, perlu didorong terciptanya lingkungan bisnis yang kondusif agar niaga elektronik dapat semakin maju. Niaga elektronik dapat mendorong perdagangan barang dan jasa yang pada akhirnya membuka peluang dan kesempatan bagi para pelaku UKM untuk memperluas pasar ke mancanegara.
Lutfi juga menyebut bahwa Indonesia telah menyederhanakan 79 undang-undang melalui omnibus law atau Undang-Undang Cipta Kerja. UU Cipta Kerja terdiri atas 11 kluster, salah satunya mengenai peningkatan ekosistem investasi dan aktivitas bisnis di berbagai sektor. IUAE-CEPA ini akan menjadi landasan bagi investor untuk menjadi bagian dalam transformasi ekonomi Indonesia.
Uni Emirat Arab sebagai anggota Gulf Cooperation Council (GCC) merupakan salah satu pasar ekspor nontradisional yang menjadi hub perdagangan internasional ke tujuan pasar Timur Tengah, Afrika, dan Eropa. Total perdagangan Indonesia-Uni Emirat Arab pada periode Januari-Juni 2021 tercatat 1,85 miliar dollar AS. Ekspor Indonesia ke Uni Emirat Arab pada periode Januari-Juni 2021 tercatat 852,26 juta dollar AS, sedangkan impor Indonesia dari Uni Emirat Arab pada periode yang sama tercatat 1 miliar dolar AS.
Baca juga: Ekspor Indonesia Pulih Tercepat di Asia Pasifik
Sementara, total perdagangan Indonesia-Uni Emirat Arab pada 2020 tercatat 2,92 miliar dollar AS. Ekspor Indonesia ke Uni Emirat Arab pada 2020 tercatat 1,24 miliar dollar AS, sedangkan impor Indonesia dari Uni Emirat Arab 1,68 miliar dollar AS.
Produk ekspor Indonesia ke Uni Emirat Arab antara lain berupa minyak kelapa sawit dan turunannya, barang perhiasan, kain, dan benang filamen sintetis. Impor Indonesia dari Uni Emirat Arab berupa produk setengah jadi dari besi atau baja, acyclis hydrocarbons, aluminium yang belum ditempa, emas, dan kurma.