Hasil penyelidikan asal mula virus korona jenis baru tidak lama lagi akan diterbitkan agar bisa dibaca oleh publik. Setelah hampir dua tahun pandemi Covid-19 berjalan, penelusuran asal-usulnya semakin sukar dilakukan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·2 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Penyelidikan tim intelijen Amerika Serikat mengenai asal-usul virus SARS-CoV-2 atau virus korona jenis baru yang menyebabkan Covid-19 dikabarkan telah selesai. Hasil penyelidikan tidak lama lagi akan diterbitkan agar bisa dibaca publik. Menanggapi hal tersebut, China menuduh AS mengambinghitamkan mereka agar dipandang sebagai antagonis.
”Presiden Joe Biden telah menerima laporan dan masih membacanya. Setelah itu, laporan akan kami olah agar bisa dikonsumsi publik,” kata juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, di Washington, Rabu (25/8/2021). Ia tidak mengatakan tenggat waktu yang dibutuhkan sampai laporan itu bisa diakses oleh masyarakat.
Biden memerintahkan penyelidikan mengenai asal-usul Covid-19 pada Mei. Tujuannya untuk menghentikan perdebatan teori yang terjadi di kalangan intelijen, pertahanan, maupun kesehatan. Ada teori yang mengatakan virus korona baru itu menyebar karena kebocoran laboratorium Institut Virologi Wuhan di China. Ada pula teori bahwa virus muncul secara alamiah dari binatang, terutama kelelawar, dan menular ke manusia melalui pasar-pasar basah.
Pada awal 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengirim tim pakar untuk menyelidiki kemungkinan kebocoran laboratorium di Wuhan. Setelah dua bulan melakukan penyelidikan, WHO menyatakan bahwa teori ini tidak benar. Akan tetapi, AS menolak laporan itu dengan alasan terdapat sejumlah data yang ditutup-tutupi Pemerintah China. Asal-usul virus korona baru tetap menjadi polemik dunia.
Penyelidikan atas perintah Biden ini dilakukan oleh tim intelijen. Meskipun begitu, beberapa anggota tim yang bersedia dikutip dengan syarat identitas ditutupi mengaku tidak yakin penyelidikan terbaru ini akan menjawab pertanyaan mengenai asal-usul SARS-CoV-2. Sejauh ini, berdasarkan data Worldometer, Covid-19 telah menulari 214.741.111 penduduk global dan menelan korban jiwa 4.476.008 orang.
Susah ditelusuri
Pakar-pakar kesehatan berpendapat, setelah hampir dua tahun pandemi Covid-19 berjalan, penelusuran asal-usulnya semakin sukar dilakukan. Dilansir dari majalah Newsweek, para pakar epidemiologi dan virologi mengatakan, perlu pemeriksaan antibodi berskala raksasa di China dan di luar China. Akan tetapi, mengingat antibodi pascainfeksi Covid-19 hanya bertahan selama tiga bulan, mencari orang-orang yang tertular sebelum kasus pertama diumumkan pada tahun 2019 dapat dibilang mustahil.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Cambridge, Inggris, James Wood menuturkan, kemungkinan terbesar tetap karena sebab alamiah, yaitu penularan dari hewan ke manusia. Covid-19 juga ditemukan pada sejumlah hewan, antara lain, kelelawar, trenggiling, rusa, dan harimau. Virus ini bisa berpindah dari hewan ke manusia dan sebaliknya.
”Faktor yang paling menentukan adalah krisis iklim yang mengakibatkan kerusakan ekosistem dan kian berkurangnya keanekaragaman hayati. Ini ancaman lebih besar, tidak hanya dari virus korona, tapi juga risiko memunculkan penyakit-penyakit baru yang tidak siap dihadapi umat manusia,” ujar Wood kepada surat kabar The Guardian.
Tersinggung
Pemerintah China mengemukakan kemarahan mereka atas penyelidikan oleh intelijen AS itu. Mereka menuduh AS mengambinghitamkan China agar reputasinya rusak di mata dunia. ”Penyelidikan ini murni politik, bukan berlandaskan ilmu pengetahuan dan bukan untuk menjelaskan perkara,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Persenjataan Kementerian Luar Negeri China Fu Cong.
Kantor berita nasional Xinhua mengabarkan bahwa Kedutaan Besar China di Washington telah bersurat kepada WHO. Mereka meminta WHO menurunkan tim untuk menyelidiki laboratorium di Pangkalan Militer Fort Detrick di Negara Bagian Maryland dan laboratorium di Universitas North Carolina. Menurut Beijing, kedua lokasi itu juga melakukan penelitian terhadap berbagai macam virus. (Reuters)