Biden Tegaskan Akhir Agustus Jadi Batas Waktu Evakuasi dari Kabul
Gedung Putih menyatakan tetap akan memberikan fasilitas evakuasi bagi warga Afghanistan. Namun, Taliban meminta warga yang hendak keluar dari Kabul untuk pulang.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, tanggal 31 Agustus 2021 menjadi batas waktu evakuasi warganya dan warga-warga negara asing dari Kabul. Dalam pernyataan yang disampaikannya di Gedung Putih, Selasa (24/8/2021), Biden mengatakan, pemenuhan tenggat waktu itu harus jelas karena kekhawatiran meningkatnya ancaman serangan militan.
”Semakin cepat kita bisa menyelesaikannya, semakin baik,” kata Biden. ”Setiap (penambahan) hari operasi membawa risiko tambahan bagi pasukan kami.” Ia mengatakan, koordinasi yang berkelanjutan dengan Taliban tetap penting untuk memenuhi tenggat waktu. Namun, dia menyebut soal situasi yang diwarnai ketidakpastian tinggi. Kondisi itu memiliki ”risiko serius yang sifatnya menghancurkan seiring berjalannya waktu.”
Sebelumnya Taliban juga menyatakan bahwa batas waktu evakuasi warga asing dari negara itu diberikan hingga akhir Agustus ini. Menurut Biden, perpanjangan tenggat waktu evakuasi, jika ada, sangat bergantung pada komunikasi dan kesepakatan lanjutan dengan Taliban. Biden mengatakan, dirinya meminta Pentagon dan Departemen Luar Negeri untuk mengembangkan rencana darurat guna melewati tenggat waktu jika itu terbukti perlu.
Biden mengungkapkan, sejak 14 Agustus, AS telah membantu mengevakuasi 70.700 orang. Di tengah kritik keras dari dalam dan luar negeri atas kekacauan di Afghanistan sehubungan penarikan pasukan internasional dari Kabul, Biden mengatakan, pemerintahannya sedang bekerja untuk membangun kembali sistem bagi para pengungsi. Sistem itu, kata Biden, telah ”sengaja dihancurkan” oleh pendahulunya dari Partai Republik, Donald Trump. ”Kita semua harus bekerja sama untuk memukimkan kembali ribuan warga Afghanistan yang pada akhirnya memenuhi syarat untuk memperoleh status sebagai pengungsi. Amerika Serikat akan melakukan bagian kami,” katanya.
Dua sumber dari kalangan pejabat AS menyebutkan, timbul kekhawatiran serangan, khususnya serangan bom bunuh diri, dari kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Bandara Kabul. Serangan itu dikatakan hampir pasti dan hanya tinggal menunggu waktu.
Dua sumber dari kalangan pejabat AS menyebutkan, timbul kekhawatiran serangan, khususnya serangan bom bunuh diri, dari kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Bandara Kabul. Serangan itu dikatakan hampir pasti dan hanya tinggal menunggu waktu. Padahal, bandara itu kondisinya masih terus dipenuhi warga asing dan warga Afghanistan yang ingin segera meninggalkan Kabul. Pentagon mengatakan, ratusan tentara AS telah meninggalkan Kabul. Evakuasi anggota militer ditegaskan tidak akan memengaruhi evakuasi warga-warga lain secara keseluruhan.
Kelompok Taliban mengatakan kepada ribuan warga Afghanistan yang memadati bandara bahwa mereka tidak perlu takut dan harus pulang. ”Kami menjamin keamanan mereka,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, pada konferensi pers di Kabul. Gelombang evakuasi dari Kabul terus terjadi sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan karena kekhawatiran atas pembalasan Taliban kepada orang-orang tersebut.
Mujahid mengatakan, Taliban belum menyetujui perpanjangan batas waktu 31 Agustus. Kabul meminta AS untuk tidak mendorong warga Afghanistan meninggalkan tanah air mereka. Mujahid juga mendesak kedutaan asing untuk tidak menutup atau menghentikan aktivitas misi mereka di Afghanistan.
Gedung Putih mengatakan tetap akan memberikan fasilitas evakuasi bagi warga Afghanistan. Syaratnya, mereka memenuhi syarat untuk mendapatkan visa khusus. Untuk itu, Washington tetap membuka kesempatan bagi mereka dievakuasi dari Afghanistan melalui Bandara Kabul.
Komitmen G7
Dari London dilaporkan, para pemimpin tujuh negara industri besar (G-7), yakni Inggris, AS, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang, bertemu secara virtual untuk membahas perkembangan di Kabul. Para pemimpin G-7 menyatakan akan tetap berkomitmen untuk Afghanistan dan mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mengoordinasikan bantuan kemanusiaan secepatnya di tengah gelombang baru pengungsi.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengungkapkan, pembicaraan G-7 tidak menghasilkan ”tanggal baru” tentang batas akhir evakuasi. Hanya dikatakan terjadi diskusi intensif tentang apakah bandara yang dioperasikan sipil di Kabul dapat digunakan setelah 31 Agustus 2021. Para pemimpin G-7 sepakat tentang perlunya menekan Taliban untuk mengizinkan evakuasi tetap berlanjut setelah 31 Agustus, kata Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. ”Setiap anggota pasukan asing bekerja dengan kecepatan perang untuk memenuhi tenggat waktu,” kata seorang diplomat NATO, yang menolak disebutkan namanya.
Biden pun mengomentari pembicaraan G-7 itu di Washington. ”Kami sepakat bahwa legitimasi setiap pemerintahan masa depan bergantung pada pendekatan yang sekarang diambil untuk menegakkan kewajiban internasional mereka, termasuk mencegah Afghanistan digunakan sebagai basis terorisme. Kami sepakat bahwa tidak ada satu pun dari kami akan mendengarkan kata-kata Taliban dan akan menilai mereka dengan tindakan mereka.”
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, jika dana besar untuk Afghanistan akan dicairkan, negara itu tidak boleh menjadi tempat berkembang biak bagi terorisme. Adapun menurut Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia David Beasley, sebuah langkah politik atas Afghanistan perlu diputuskan dengan cepat. Sebab, kombinasi konflik, kekeringan, dan pandemi Covid-19 dapat mengakibatkan 14 juta warga Afghanistan menghadapi kelaparan. (AFP/REUTERS)