AS Kukuhkan Singapura-Vietnam Sebagai Sekutu Utama di Asia Tenggara
Sementara Singapura dan Vietnam dikunjungi pejabat tinggi AS, Indonesia-Thailand disambangi pejabat lebih rendah. Lawatan pejabat AS ke Asia Tenggara terjadi setelah para menlu ASEAN merasa AS tak serius di kawasan itu.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
SINGAPURA, MINGGU -- Amerika Serikat mengukuhkan Singapura dan Vietnam sebagai sekutu utama di Asia Tenggara. Washington juga menunjukkan keseriusan berinteraksi dengan Indo-Pasifik. Setelah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Juli lalu, kini giliran Wakil Presiden AS Kamala Harris menyambangi dua negara itu.
Harris mendarat di Pangkalan Udara Paya Lebar, Singapura, pada Minggu (22/8/2021). Ia melanjutkan lawatan ke Vietnam, Selasa besok. Singapura dan Vietnam sama-sama disambangi pejabat tinggi AS.
Adapun Indonesia-Thailand disambangi pejabat lebih rendah. Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman bertandang ke Indonesia, Kamboja, dan Thailand pada Mei. Wakil Tetap AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield melawat ke Thailand, Agustus.
Rangkaian lawatan pejabat AS ke kawasan terjadi setelah mayoritas menlu ASEAN kecewa dan merasa AS di bawah Biden tidak serius pada kawasan. Hal itu dipicu rangkaian lawatan pejabat AS ke Asia Timur, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Selanjutnya, Menlu AS Antony Blinken gagal tersambung dengan para menlu ASEAN kala mereka akan berbincang virtual pada Mei lalu.
Lawatan Harris terjadi di tengah keraguan banyak sekutu AS atas komitmen Washington pada sekutu dan mitra terkait perkembangan di Afghanistan. “Perkembangan di Afghanistan mengecewakan dan membuat marah banyak negara. Pokok masalahnya, (dugaan) jika suatu saat AS menganggap Anda tak penting, mereka akan meninggalkan Anda dan Anda tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Yun Sun, Direktur Program Asia Timur pada Stimson Center, AS.
Kesan itu sulit dihapus karena Presiden AS Joe Biden bolak-balik menegaskan bahwa AS sudah tidak mempunyai kepentingan di Afghanistan. Karena itu, AS tidak akan terus mempertahankan pasukan di sana.
Selepas AS mundur, Taliban kembali berkuasa di Afghanistan. Washington dinilai tidak berdaya mengurus evakuasi ribuan warganya dan warga Afghanistan yang pernah membantu AS selama menduduki Afghanistan.
Bagi Indo-Pasifik, kekhawatiran itu semakin beralasan karena AS terus mengajak kawasan untuk menentang China. Dengan perkembangan di Afghanistan, ada kekhawatiran AS akan meninggalkan kawasan saat perseteruan dengan China sedang sengit.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS menyebut, lawatan Harris untuk menunjukkan komitmen AS pada kawasan. Washington akan tetap berada di Indo-Pasifik. “Jelas sekali, Asia Tenggara dan Indo-Pasifik sangat penting. Karena itu, beliau (Harris) melawat (ke Singapura dan Vietnam),” ujar pejabat yang menolak namanya diungkap itu.
Harris Ia dijadwalkan berada di Singapura sampai Selasa. Setelah itu, Harris dan rombongan bertolak ke Vietnam dan di sana sampai Kamis.
Di Singapura, Harris antara lain akan bertemu Presiden Singapura Halimah Yacob dan PM Singapura Lee Hsien Loong. Ia juga akan menyambangi Pangkalan Angkatan Laut Changi. Pangkalan ini kerap disambangi kapal perang AS untuk bekal ulang.
Di antara lawatan Austin-Harris, Presiden Biden mengusulkan pengusaha Jonathan Kaplan untuk menjadi duta besar di Singapura. Sejak Juli 2019, misi diplomatik AS di Singapura dipimpin Kuasa Usaha Rafik Mansour yang ikut menyambut Harris di Paya Lebar.
“Hubungan kami yang terus berlanjut membawa kekuatan dan stabilitas bagi AS, Singapura, dan seluruh kawasan Indo-Pasifik,” kata Mansour.
Guru besar emeritus pada University of New South Wales, Carl Thayer, menyebut lawatan Harris dan sejumlah pejabat AS menunjukkan Indo-Pasifik sebagai kawasan prioritas utama. “Singapura dan Vietnam dipandang sebagai mitra penting bagi AS untuk menjaga ketertiban berdasarkan peraturan di kawasan,” ujarnya.
Mantan Duta Besar AS untuk Singapura, Frank Lavin, mengatakan bahwa lawatan Harris menunjukkan AS ingin memperlihatkan upayanya berhubungan dengan kawasan. Washington juga dinyatakan ingin meningkatkan hubungan saat ini. “AS harus terlibat karena semua bergerak, jadi kita juga harus bergerak,” ujarnya.
Kembali ke multilateral
Dalam pernyataan pekan lalu, PM Singapura Lee Hsien Loong menyebut, lawatan Harris amat berharga. Misi muhibah itu akan menunjukkan AS berupaya di kawasan.
“Menunjukkan ada kepentingan yang harus dilindungi dan dikembangkan. AS kembali ke pendekatan yang lebih konvensional dalam kebijakan luar negeri, penekanan pada multilateralisme, dan memfokuskan ulang pada jaringan global sekutu dan mitra. Hal ini melegakan bukan hanya bagi Asia Pasifik, melainkan juga seluruh dunia,” tuturnya.
Menlu Singapura Vivian Balakrishnan mengatakan hal senada. “Mereka mencoba berhubungan secara multilateral. Berhubungan cukup sistematis dengan para sekutu, mitra, dan pemangku kepentingan,” kata dia kepada Channel News Asia.
Seperti disampaikan pejabat Departemen Luar Negeri AS, lawatan Harris antara lain membahas kerja sama digital. Keamanan sibernatika dan perdagangan digital menjadi fokus selain juga pertahanan. Harris juga akan mendorong peningkatan hubungan masyarakat AS-Asia Tenggara. Penanganan Covid-19 juga menjadi perhatian.
Balakrishnan mengatakan, tidak kalah penting adalah membahas perubahan iklim. Bagi Singapura, kerja sama AS-China dalam isu amat penting demi masa depan Bumi. “Jika dalam tiga tahun mendatang kita tidak bisa membuat AS dan China di ruang yang sama, duduk semeja, dan melakukan hal yang diperlukan untuk planet kita, kita dalam masalah besar,” ujarnya.
Sebaliknya, jika AS-China bisa bekerja sama, akan ada masa keemasan. Sebab, kerja sama mereka memungkinkan berbagai peluang hadir. Gabungan investasi dan inovasi akan menghasilkan lonjakan kreatifitas, kewirausahaan, dan inovasi.
Sementara jika kondisi memburuk sehingga rantai pasok terganggu, perkembangan dunia akan lebih lambat. “Akan jadi masalah bagi negara seperti kita,” kata dia. (AFP/REUTERS)