Gempa Bermagnitudo 7,2 Guncang Haiti, Ratusan Warga Tewas
Gempa bumi mengguncang Haiti. Ratusan warga menjadi korban. Bencana alam membuat situasi Haiti kian memprihatinkan.
Oleh
B Josie Susilo H
·3 menit baca
PORT-AU-PRINCE, MINGGU — Hingga Sabtu setidaknya lebih dari 304 warga Haiti tewas dan ribuan lainnya terluka setelah gempa bumi bermagnitudo 7,2 mengguncang Petit Trou de Nippes. Berdasarkan Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), getaran gempa terjadi pada Sabtu (14/8/2021) pagi itu dirasakan hingga Kuba dan Jamaika. Pusat gempa yang diikuti oleh beberapa gempa susulan itu berada di kedalaman 10 kilometer.
Dinas Layanan Perlindungan Sipil Haiti mengatakan, operasi tanggap darurat awal berhasil menyelamatkan banyak warga keluar dari reruntuhan. Gempa itu, menurut otoritas setempat, menyebabkan 949 rumah, 7 gereja, 2 hotel, dan 3 sekolah hancur atau rusak berat.
Setelah melakukan peninjauan melalui udara, Perdana Menteri Ariel Henry menetapkan keadaan darurat selama satu bulan.
Salah satu kota yang turut terdampak gempa di Petit Trou de Nippes adalah kota Les Cayes. Banyak bangunan rusak berat. Seorang warga, Jean Marie Simon, mengatakan, ia melihat banyak jenazah dievakuasi dari bawah reruntuhan bangunan. Ia dan keluarganya berhasil menyelamatkan diri setelah berlari ke halaman, beberapa detik sebuah bagian depan rumahnya runtuh. Bersama istri dan anak mereka yang berusia 2 tahun, Simon saat ini mengungsi ke sebuah gereja. ”Kakiku masih gemetar,” kata Simon.
USGS mengatakan, selain gempa susulan, ada bahaya tanah longsor yang bisa datang sewaktu-waktu. Situasi itu membahayakan warga, terutama di wilayah Les Cayes dan Jeremie City. Saat ini, beberapa ruas jalan di kedua kota itu tertimbun tanah longsor.
Situasi di Haiti, terutama di kota-kota yang terdampak gempa, dapat semakin berbahaya karena negara itu berada di jalur badai tropis Grace. Badai tropis itu berpotensi menyebabkan hujan lebat dan angin kencang.
Sejumlah pihak prihatin dengan situasi di Haiti, apalagi jika faktor keamanan dan kemiskinan disertakan. Akses darat ke wilayah selatan negara itu, terutama di wilayah Martissant—di mana gempa terjadi—dikontrol oleh sejumlah geng bersenjata. Untuk menjamin keamanan operasi bantuan, PM Henry mengatakan, polisi akan mengawal konvoi bantuan ke wilayah gempa.
”Kita semua tahu bahwa kita memiliki masalah di Martissant,” kata PM Henry saat jumpa pers pada Sabtu malam.
Sebagai catatan, gempa itu terjadi sebulan pasca-pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise.
”Negara ini tidak pernah beristirahat,” kata Marc Alain, seorang pengusaha Haiti. Menurut dia, efek kumulatif dari beragam bencana—termasuk persoalan kelaparan dan terbatasnya layanan akses layanan kesehatan untuk menanggapi pandemi Covid-19—membuat Haiti semakin rentan terhadap beragam persoalan.
Sebagai catatan, Haiti baru saja pulih dari kerusakan besar akibat terjangan badai Matthew. Badai itu menerjang Haiti pada tahun 2016 dan menyebabkan ratusan orang tewas serta menyebabkan kehancuran di banyak wilayah.
Selain itu, warga pun masih trauma dengan gempa besar yang terjadi pada tahun 2010. Kala itu, gempa bermagnitudo 7,0 menyebabkan Port-au-Prince dan kota-kota di sekitarnya hancur. Sebanyak 200.000 orang tewas. Oleh karena itu, ketika gempa mengguncang Sabtu pagi, trauma gempa tahun 2010 membuat warga—termasuk penduduk kota Port-au-Prince yang berjarak 150 dari Petit—berhamburan keluar rumah.
Amerika Serikat dan sejumlah negara tetangga menjanjikan bantuan untuk Haiti. ”Dalam masa yang sangat menantang bagi rakyat Haiti, saya sedih dengan gempa bumi yang menghancurkan ini,” kata Presiden AS Joe Biden. Ia menegaskan, AS segara mengirim bantuan untuk membantuk upaya pemulihan. (AFP/REUTERS)