Perang Saudara Berlanjut, Afghanistan Berisiko Menuju Negara Gagal
Perundingan macet sedangkan kekerasan jalan terus. Sampai dengan Jumat (13/8/2021), Taliban telah menguasai 18 dari 34 ibu kota provinsi di Afghanistan. Ribuan penduduk mengungsi. Warga asing keluar dari negara itu.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
KABUL, JUMAT – Pendudukan Taliban semakin meluas. Sampai dengan Jumat (13/8/2021), 18 dari 34 ibu kota provinsi telah jatuh ke tangan kelompok itu. Perang saudara dan negara gagal berisiko jadi masa depan Afghanistan. Sementara kelompok radikal seperti Al Qaeda berpotensi berkembang kembali dan menjadi ancaman lagi bagi Barat.
Sebagaimana dilaporkan Jumat kemarin, Taliban merebut empat ibu kota provinsi di sekitar Kabul, yakni Feroz Koh (Firozkoh), Qala-e Naw, Kandahar, dan Herat. Kandahar dan Herat adalah dua kota terbesar setelah Kabul.
Kota Kandahar dan Herat adalah dua kota terbesar kedua dan ketiga setelah Kabul. Kandahar berpenduduk lebih dari 610.000 jiwa dan Herat berpenduduk lebih dari 436.000 jiwa. Kandahar yang terletak di tepi Sungai Arghadab adalah tempat kelahiran dan benteng pertahanan terakhir Taliban sebelum Amerika Serikat (AS) menggulingkan pemerintahan mereka, akhir 2001.
Jatuhnya Herat dan Kandahar, serta kota Kunduz yang telah direbut Taliban beberapa hari sebelumnya, menjadi pukulan telak bagi pasukan Presiden Ashraf Ghani. Kunduz menghubungkan Mazari Sharif dan Kabul, serta negara Tajikistan. Taliban kini mengincar Mazari Sharif, basis pertahanan milisi anti-Taliban yang pro-pemerintahan Ghani.
Pukulan telak lainnya adalah adalah hilangnya Lashkar Gah, ibu kota Provinsi Helmand, Minggu lalu. Helmand merupakan basis pasukan AS, Inggris, dan sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam beberapa pertempuran paling berdarah selama 20 tahun perang di Afghanistan. Ratusan tentara asing tewas di provinsi yang menjadi pusat utama opium itu.
“Para pemberontak telah merebut 18 dari 34 ibu kota provinsi di negara itu dalam beberapa hari terakhir. Taliban sekarang menguasai lebih dari dua pertiga negara itu hanya beberapa minggu sebelum AS mengakhiri penarikan pasukan,” tulis kantor berita AP.
Taliban juga telah begerak mengepung Puli-e Alim, ibu kota Provinsi Logar, tepat di sisi selatan Kabul. Bahkan, di kota berjarak 80 km dari Kabul itu, Taliban mengklaim menguasai markas polisi dan penjara yang menawan ribuan anggota mereka. Kabar ini sulit diverifikasi secara independen.
Taliban menolak tawaran pemerintah untuk menghentikan serangan di berbagai penjuru Afghanistan. Kelompok militan itu menegaskan tidak mau bekerja sama dengan pemerintahan Ashraf Ghani yang dituding sebagai boneka asing. ”Kami tidak mau menerima tawaran ini karena tidak mau bermitra dengan pemerintahan Kabul,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Sebuah bendera Taliban berkibar saat warga berkumpul di sekitar alun-alun kota utama di Pul-e-Khumri ibu kota Provinsi Baghlan sekitar 200 kilometer sebelah utara Kabul, Afghanistan.
Taliban berjanji untuk menerapkan pemerintahan berdasarkan “sistem Islam sejati”. Di antaranya adalah dengan membatasi hak-hak perempuan dan melakukan eksekusi di depan umum.
Mohammad Omer Sherzad, Gubernur Provinsi Uruzgan, Afghanistan selatan, mengatakan dia telah didekati oleh para tetua suku yang memintanya untuk bernegosiasi menarik pasukan. Namun, katanya, pasukan pemerintah masih memerangi Taliban di sekitar Tirin Kot, ibu kota provinsi itu.
Dua anggota parlemen dari Provinsi Uruzgan, Afghanistan selatan, mengatakan bahwa para pejabat lokal telah menyerahkan Tirin Kot, ibu ibu kota provinsi itu kepada Taliban. Bismillah Jan Mohammad dan Qudratullah Rahimi, dua anggota parlemen itu, membenarkan penyerahan diri pada Jumat. Mohammad mengatakan gubernur sedang dalam perjalanan ke bandara untuk lari ke Kabul.
Seorang dokter memeriksa anak-anak pengungsi yang melarikan diri dari provinsi Kunduz, Takhar dan Baghlan karena pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan di tenda penampungan sementara di Sara-e-Shamali di Kabul, Afghanistan, Rabu (11/8/2021).Intelijen militer AS memperkirakan, Kabul bisa jatuh ke tangan Taliban dalam waktu 30 hari. Penguasaan penuh Taliban terhadap Afghanistan bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Pendudukan demi pendudukan Taliban itu terjadi setelah AS dan NATO mulai menarik pasukan pada Mei lalu dan akan tuntas per 31 Agustus 2021.
AS pun berencana mengirim 3.000 orang tentaranya ke Afghanistan guna membantu evakuasi beberapa pegawai Kedutaan Besar AS di Kabul. Langkah serupa juga dilakukan Inggris dengan mengerahkan 600 orang tentaranya. Beberapa negara lain juga siap melakukan hal sama.
Kementerian Luar Negeri Iran mendesak Taliban untuk menjamin keamanan para diplomat dan staf konsulat mereka di kota Herat, Afghanistan barat. "Mengingat dominasi Taliban atas kota Herat, kami meminta perhatian serius mereka untuk memastikan keselamatan dan kesehatan para diplomat dan fasilitas diplomatik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh di Twitter.
Sementara itu, ribuan warga Afghanistan telah meninggalkan rumah mereka. Warga khawatir bahwa Taliban akan kembali memaksakan pemerintahan yang brutal dan represif. Pakistan membuka penyeberangan di Chaman, kota perbatasan dengan Afghanistan, untuk warga Afghanistan. Menurut Juma Khan, pejabat Kota Chaman, gerbang dibuka lagi setelah pembicaraan dengan Taliban.
Dialog damai intra-Afghanistan, yang melibatkan Pemerintah Afghanistan dan kelompok Taliban, di Doha, Qatar, macet total. Melihat perkembangan itu dan situasi politik-keamanan di Afghanistan yang memburuk, AS bersama dengan negara-negara Eropa dan Asia, memperingatkan bahwa mereka akan menolak setiap pemerintah yang dibentuk dengan kekerasan.
“Kami menuntut segera diakhirinya serangan terhadap kota-kota, mendesak penyelesaian politik, dan memperingatkan bahwa pemerintah yang dipaksakan akan menjadi negara paria,” kata Utusan AS untuk Dialog Damai Afghanistan, Zalmay Khalilzad.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, Jumat, mengatakan, Afghanistan kini sedang bergerak menuju negara gagal dan di ambang perang saudara. Perluasan pendudukan Taliban akan membuat banyak kelompok militan, termasuk Al Qaeda, berkembang. Ini akan menimbulkan ancaman bagi Barat.
"Saya benar-benar khawatir bahwa negara-negara gagal biasanya menjadi tempat berkembangnya orang-orang seperti itu. Al Qaeda mungkin akan bangkit lagi," kata Wallace sambil mengingatkan, Taliban bukan entitas tunggal tapi entitas dengan ragam kepentingan. (AP/AFP/REUTERS/CAL)