Kabul di Ambang Jatuh ke Taliban, AS-Inggris Mulai Evakuasi Warganya
Sejumlah pihak menyebut, hanya soal waktu Taliban segera menguasai ibu kota Kabul, Afghanistan. Sebelum Kabul jatuh ke tangan Taliban, AS, Inggris, dan Kanada mengevakuasi warganya keluar dari Afghanistan.
Oleh
Kris Mada
·5 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Amerika Serikat dan Inggris kembali mengirimkan ribuan tentara ke Afghanistan untuk mengamankan evakuasi warga masing-masing dari negara tersebut. Kanada, seperti diungkapkan sumber pemerintahan kepada Associated Press, juga akan mengirim pasukan khususnya untuk mengevakuasi para diplomat dan stafnya sebelum menutup kedutaan besarnya di Kabul.
Afghanistan semakin dikuasai kelompok Taliban. Hingga Jumat (13/8/2021), Taliban menduduki 11 ibu kota provinsi dari 34 provinsi di negara itu. Ibu kota Afghanistan, Kabul, nyaris terisolasi karena daerah sekitarnya sudah diduduki milisi Taliban. Pada Kamis, Taliban menduduki Ghazni, Herat, dan Kandahar.
Ghazni berlokasi di jalur jalan raya antara Kandahar dan Kabul, berjarak sekitar 150 kilometer barat daya Kabul. Adapun Herat dan Kandahar merupakan dua kota terbesar di Afghanistan setelah Kabul. Kemenangan di ibu kota-ibu kota provinsi itu menunjukkan Taliban semakin sulit ditahan oleh pasukan dan milisi pendukung pemerintah.
Taliban menolak tawaran pemerintah untuk menghentikan serangan di berbagai penjuru Afghanistan. Kelompok militan itu menegaskan tidak mau bekerja sama dengan pemerintahan Ashraf Ghani yang dituding sebagai boneka asing. ”Kami tidak mau menerima tawaran ini karena tidak mau bermitra dengan pemerintahan Kabul,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Pernyataan Mujahid membuat semakin banyak pihak pesimistis bahwa proses perundingan Taliban dan dengan pemerintah akan membawa hasil. Sejak beberapa bulan terakhir, delegasi pemerintah dan Taliban berunding di berbagai negara. Hari Kamis (12/8/2021), delegasi Taliban dan pemerintahan Afghanistan berada di Doha, Qatar. Mereka ditemui oleh perwakilan AS, China, dan negara-negara lain, yang menyerukan akselerasi proses perdamaian.
Beberapa kali kubu Taliban dan pemerintahan setuju bahwa kekerasan harus dihentikan. Walakin, fakta di lapangan menunjukkan baku tembak tidak kunjung berhenti. Pertempuran di berbagai penjuru Afghanistan membuat berbagai negara cemas. Karena itu, mereka berusaha mengevakuasi warganya dari sana.
Taliban dan Washington sama-sama belum berkomentar soal informasi bahwa AS meminta Taliban tidak menyentuh Kedutaan Besar AS jika Taliban menduduki Kabul. Setelah wilayah sekitarnya diduduki, sejumlah pihak menyebut bahwa hanya soal waktu Taliban akan kembali masuk Kabul dan menguasai ibu kota Afghanistan itu.
Kirim 3.000 tentara
Departemen Luar Negeri AS meminta warganya yang tidak bekerja untuk pemerintah segera keluar dengan penerbangan komersial. Pemerintah AS akan memberikan pinjaman jika warga tidak mampu membeli tiket penerbangan keluar dari Afghanistan.
Sementara untuk warga AS yang bekerja bagi Washington disiapkan evakuasi. Untuk keperluan itu, Dephan AS mengirimkan 3.000 tentara.
Juru bicara Dephan AS, John Kirby, membenarkan pengiriman dua batalyon marinir dan satu batalyon prajurit Angkatan Darat (AD) AS itu. Tambahan pasukan akan bertahap hingga dua hari ke depan. ”Untuk membantu pengurangan karyawan sipil di kedutaan Kabul,” katanya.
Selain tiga batalyon marinir dan tentara darat itu, ada 1.000 pasukan gabungan Angkatan Udara (AU) dan AD. Tugas mereka mempercepat proses visa imigran khusus (SIV). Visa itu diberikan kepada warga Afghanistan yang membantu pasukan AS dan sekutunya selama menduduki Afghanistan sejak 2001.
Sebelum menambah 4.000 tentara, AS masih mempunyai 650 prajurit di Kabul. Tugas utama mereka menjaga kedutaan dan aset AS di bandara Kabul. AS juga bersiap mengirim hampir 3.000 tentara dari Timur Tengah ke Afghanistan untuk membantu proses evakuasi warga dan pemohon SIV.
Warga AS akan diterbangkan pulang ke negara mereka. Sementara penerima SIV akan ditempatkan di pangkalan-pangkalan AS di sejumlah negara. Kirby tidak bisa memastikan mereka akan diangkut ke mana dan berapa lama akan di sana.
Beberapa waktu lalu, Gedung Putih mengumumkan pemohon SIV akan dievakuasi ke pangkalan AS di sekitar Afghanistan. Kala visa keluar, mereka boleh masuk AS. Sejauh ini, sudah 995 penerima SIV masuk AS dan 15.000 lagi masih diproses permohonannya.
Selain AS, tambahan pasukan juga dikirim Inggris. Menhan Inggris Ben Wallace mengumumkan, hingga 600 tentara akan dikirim ke Afghanistan. Seperti tentara AS, pasukan Inggris juga dikirim untuk membantu evakuasi warga Inggris dari sana.
”Saya telah mengesahkan pengiriman pasukan tambahan untuk mendukung tugas diplomatik di Kabul, membantu warga Inggris meninggalkan negara itu, dan membantu relokasi para mantan staf Afghanistan yang nyawa mereka terancam saat membantu kami. Proses ini panjang dan penting bagi kami untuk membuat keputusan berdasarkan perkembangan di lapangan,” tuturnya.
Adapun Jerman, yang sudah menarik semua pasukannya dari Afghanistan, tidak mengikuti langkah Inggris dan AS. Berlin hanya meminta warganya segera meninggalkan Afghanistan karena situasi semakin memburuk.
UE kecam Taliban
Kepala Kebijakan Pertahanan dan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, Taliban melanggar Kesepakatan Doha lewat rangkaian serangan sekarang. UE mengecam peningkatan kekerasan dalam rangkaian serangan itu.
Borrell mengacu pada kesepakatan Taliban dengan AS pada Februari 2020 di Doha, Qatar. Kala itu, Taliban setuju memutuskan hubungan dengan semua kelompok teroris dan militan asing. Sementara AS sepakat keluar dari Afghanistan paling lambat 11 September 2021. Setelah AS mulai mewujudkan janjinya, sekutu-sekutu Washington pun ikut menarik pasukan.
Penarikan pasukan asing dimanfaatkan oleh Taliban untuk meningkatkan serangan ke berbagai penjuru Afghanistan. Sejumlah pihak melaporkan, Taliban melanggar kesepakatan Doha dalam rangkaian serangan itu. Sebab, milisi berbagai kelompok teror dilibatkan bersama milisi Taliban dalam rangkaian serbuan itu.
Borrell meminta Taliban segera menghentikan serangan dan melanjutkan perundingan damai. Ia mengancam akan menghentikan semua dukungan kemanusiaan Brussels ke Kabul jika Taliban menguasai Afghanistan. Brussels juga akan mengisolasi Kabul bila Taliban berkuasa di Afghanistan dengan jalan kekerasan seperti sekarang. (AFP/REUTERS)